Sabtu, 19 Februari 2011

Pesta Seks Kejutan

Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Imam dan Muklas ,selama ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Kiki dan Indah, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Ratna yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.

Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Kiki dikaruniai tubuh putih mulus tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok berukuran 38B yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Kiki tidak sulit diajak ‘naik ranjang’ karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Indah mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Kiki walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Indah termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.

Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Kiki protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Indah yang ikut mendukung Kiki karena pacarnya juga tidak boleh diajak.
“Emangnya lu ngundang siapa lagi sih Ni, masa si Chevy aja ga boleh ikutan ?” kata Indah
“Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih” timpal Kiki
“Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh ! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh”
Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Imam dan Muklas.

Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Imam lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Imam tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Imam seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Kiki yang hari itu pakaiannya seksi berupa rok mini dan sebuah tank top merah berdada rendah sehingga payudaranya seakan mau keluar. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Muklas. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

“Eh…sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk” ajakku pada mereka
Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya
“Wei…gila lo Ni, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana ?” tegur Indah
“Iya Ni, lagian kan kalo si tua Imam itu dateng gimana tuh” sambung Kiki
“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Imam udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti” bujukku sambil menarik tangan Kiki
Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Kiki baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.

Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.
“Ni, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Kiki
Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.
“Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Imam dan Muklas segera kesini karena pesta akan segera dimulai.

“Iya neng, kita segera ke sana” sahut Muklas sambil menutup gagang telepon
Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.
“Wah udah ga sabaran nih, dari tadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng” kata Pak Imam
“Pokoknya yang payudaranya gede itu buat saya dulu yah neng” ujar Muklas merujuk pada Kiki.
"Saya juga mau yang dadanya aduhai itu neng" lanjut Pak Imam
“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok” kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu”
Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Kiki. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Kiki masih berendam di air.

“Ki, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih” pintaku padanya “lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana”
Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Imam dan Muklas yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Kiki memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.
“Kenapa Ni, ada perlu apa emang ?” tanyanya.
“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka. Sebelum Kiki sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Kiki yang terkejut tentu saja meronta-ronta , namun pemberontakkan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Imam dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Muklas berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Kiki.
“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng” komentar Muklas sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Kiki, diperlakukan seperti itu Kiki cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Imam begitu kokoh.
“Hei, jangan rakus dong Klas, dia kan buat Pak Imam, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana” kataku padanya
Mengingat kembali sasarannya semula, Muklas menurunkan kembali kaki Kiki dan bergegas menuju ke kolam.
“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu” godaku

Setelah Muklas keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Imam langsung menghempaskan dirinya bersama Kiki ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Muklas. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Muklas, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.
“Jangan…tolong !!” jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Muklas
Muklas dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat Muklas menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Indah tentu saja bukan tandingan Muklas yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Indah mengendur setelah Muklas mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Muklas menggerayangi tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Muklas memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Imam dan Kiki untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Kiki juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Imam. Waktu aku menghampiri mereka Pak Imam sedang menjilati paha mulus Kiki sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Kiki.
“Aduh Ni…tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini…ahhh !!” kata Kiki ditengah desahannya
“Tenang Ki, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong” kataku seraya melumat bibirnya

Aku berpagutan dengan Kiki beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Imam mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Kiki secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Kiki tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.
“Hhhmmhh…tetek Neng Kiki ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng” kata Pak Imam disela aktivitasnya.
Memang sih diantara kami bereempat, payudara Kiki termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Imam pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Kiki ditelan olehnya dan Pak Imam juga mengocok penisnya diantara himpitan payudara montok Kiki….ach..aach..desah Kiki yang sangat menikmati kocokan penis di payudaranya.

Puas menetek pada Kiki, Pak Imam bersiap memasuki vagina Kiki dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Kiki dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.
“Ouch…sakit , duh kasar banget sih babu lu” Kiki meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Imam mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu
“Tahan Ki, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Imam.
Pak Imam menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Kiki pun tidak bisa menahan jeritannya, Kiki kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Imam mulai menggarap Kiki dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Kiki menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh…aku mendesah merasakan jari-jari Kiki menggerayangi kemaluanku.

Aku lalu naik ke wajah Kiki berhadapan dengan Pak Imam yang sedang menggenjotnya. Kiki langsung menjilati kemaluanku dan Pak Imam menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Kiki, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Kiki pada vaginaku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Kiki juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

Aku mendesah tak karuan marasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Imam merambat naik dari dadaku hingga hinggap di bibirku, kami berCiuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.
“Aahh…oohh…gua dah mau…Pak !!” erang Kiki bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.
Melihat reaksi Kiki, Pak Imam semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan segera menyusul Kiki, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Kiki mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Kiki. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Imam semakin liar.

Setelah aku ambruk ke samping, Pak Imam menindih Kiki dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Kiki, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.
“Hhmmpphh…sluurrpp…cup…cup…” demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Imam cukup pengertian akan kondisi Kiki yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

Permainan Pak Imam sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Kiki terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan penis sedangkan Kiki dikocok dengan jari-jarinya. Kiki membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Imam bermain lebih leluasa.
“Aduhh…aahh…gila Ki…enak banget !!” ceracauku sambil merem-melek
“Oohh…terus Pak…kocok terus” Kiki terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

“Yak…dikit lagi…aahh…Pak…udah mau” aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks
“Neng Nia…Neng Kiki…bapak juga…mau keluar…eerrhh” geramnya dengan mempercepat gerakkannya.
Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Kiki berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Kiki berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Kiki menikmati penis Pak Imam. Kiki mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati ‘sosis’ itu.

Di tengah kulumannya mendadak Kiki merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Imam mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan
“Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak kalo rebutan gini” katanya terbata-bata
Setelah tidak ada yang keluar lagi Kiki menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Imam jatuh tepat di dada Kiki.

Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indah dan Muklas. Aku tiba di kolam melihat Muklas sedang menggarap tubuh mungil Indah. Di daerah dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Muklas dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Muklas yang buruk rupa tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.
“Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih ?” sapaku
“Edan Ni…gua sampe klimaks tiga kali…aahh !!” desah Indah tak karuan
“Neng….temennya enak banget, udah cantik, memeknya seret lagi” komentar Muklas sambil terus menggenjot.

Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Muklas menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indah naik turun berkali kali mengikuti gerakan Muklas. Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Indah, Muklas memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.
“Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja daripada ngocok sendiri”

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya.
“Gila nih kontol, masih keras juga…udah keluar berapa kali tadi ?” tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih ‘lapar’ itu.
“Baru sekali tadi…abis saya masih nungguin neng sih” godanya saambil nyengir.
Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.

Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Muklas ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Muklas mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.

Kalau dibandingkan dengan Pak Imam, memang sodokan Muklas lebih mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada Pak Imam yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga…ternyata si Kiki, dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai payudaranya menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah serangan Muklas yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Muklas memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.

Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Muklas yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Kiki dan Pak Imam sudah tak nampak lagi, di sisi lain Indah yang sudah pulih merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.

Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur. Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Indah, filenya akan disimpan dalam komputer Indah untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Imam dan Muklas kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Kiki melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Kiki.

Kiki sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Muklas menyusupkan tangannya ke kimono Kiki meraih payudaranya yang tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Imam menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Kiki dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Kiki terhenti, kini dia malah mengelus-elus penis Muklas yang menegang sambil memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Imam dan dadanya diremas Mulkas. Aku melihat lidah Pak Imam menjalar jari belahan bawah hingga puncak kemaluan Kiki, lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya. Kiki tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan penis Muklas ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Indah dengan kamera-HP nya.

Kiki terengah-engah melayani penis super Muklas, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Indah sebagai juru kameranya. Pak Imam yang baru saja melepaskan kolornya menggesek-gesekkan benda itu ke payudara Kiki, sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Kiki terpampang begitu Muklas menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Imam mempergencar rangsangannya dengan menCiumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Kiki yang sudah kesurupan ‘setan seks’ itu jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu

“Ahhh…awww…Pak enak banget….masukin aja sekarang !!” rintihnya manja sambil meraih penis Pak Imam yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.
Pak Imam pun mendorong penis itu membelah kedua belahan kemaluan Kiki diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Indah yang juga sudah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Kiki nampak sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, dan Muklas yang menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya. Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Muklas, lalu melumat leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Kiki tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada penis Muklas.

Serangan Pak Imam pada vagina Kiki semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat
“Aaakhhh…aahhh !!” jerit Kiki dengan melengkungkan tubuhnya ke atas
Kiki telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Imam yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga direkam oleh Indah, difokuskan terutama pada wajah Kiki yang sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Muklas menaikkan Kiki ke pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Kiki dikocok oleh penis Muklas. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Muklas. Muklas yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Kiki menikmati pijatan kemaluannya. Pak Imam mengistirahatkan penisnya sambil menyusu dari kedua payudara Kiki secara bergantian. Aku semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku.

Bosan dengan gaya berpangkuan, Muklas berbaring telentang dan membiarkan Kiki bergoyang di atas penisnya. Kemudian dia menyuruh Indah naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Indah yang daritadi sudah terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu. Seluruh wajah Muklas tertutup oleh daster transparan Indah, namun aku masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju payudaranya. Pak Imam yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling sambil berCiuman penuh nafsu. Dengan tetap berCiuman Pak Imam memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus menjilati leherku. Aku masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.

Aku melihat Muklas masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya kali ini Indah sudah bertukar posisi dengan Kiki. Sekarang mereka saling berhadapan, Indah bergoyang naik turun diatas penis Muklas sambil berCiuman dengan Kiki yang mekangkangi wajah Muklas. Kiki membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Muklas sampai terdengar suara sluurrpp…. sshhrrpp…Ketika aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali. Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah sadar ketika Pak Imam menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Kiki sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang mengalir bak mata air.



Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Muklas menyodok memek Kiki tubuh keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk aku pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Kiki maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Indah yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk membangunkannya.
“Gimana Dah…puas semalem ?” tanyaku
“Gila gua dientotin sampe kelenger , barbar banget tuh dua orang, eh…omong-omong pada kemana yang lain si Kiki juga ga ada ?”
“Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu yuk…udah lengket gini” ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba menempel di sana.

Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Kiki dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Kiki sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi. Muklas sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Imam berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus ‘bekerja’. Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti Indah dari belakang. Air hangat mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Indah. Demikian juga Indah dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.

Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.
“Uuhh...Ni !!” dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling berhimpit.
Tangan Indah yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat ditambah lagi adegan panas Kiki dengan kedua pria itu membuatku makin naik. Indah mendekatkan wajahnya padaku dan menCium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku memutar badanku membelakangi Indah supaya bisa lebih nyaman menonton Kiki.

Aku melihat wajah horny Kiki yang cantik, dia meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak Imam pada vaginanya, sementara Muklas hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Kiki. Mataku tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Indah pada daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku, putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Indah yang mengobok-obok vaginaku dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.

Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di vaginaku ketika Muklas yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Kiki berjalan ke arahku, penisnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di payudara kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda. Lalu aku merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Indah tapi penis Muklas yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri sambil digerayangi Indah dari belakang. Tubuhku seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira.

Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Indah dan Kiki keluar dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga aku dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya ampun...ternyata mereka sedang bermain ‘short time’ sambil menungguku.

Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Imam menyodokinya dari belakang sambil memegangi payudaranya yang tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Kiki berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Muklas yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka, Muklas menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi payudara dan pantatnya.
“Weleh...weleh...masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita” kataku sambil geleng-geleng kepala.
“Tengan neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja kok” tanggap Pak Imam dengan terengah-engah

Akhirnya setelah 15 menitan Pak Imam melepas penisnya dan memanggilku untuk bergabung dengan Indah menjilatinya. Aku tadinya menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya aku berjongkok di sebelah Indah.
“Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur” kataku padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu
Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Imam menggeram dan cepat-cepat kuberikan penis itu pada Indah yang segera memasukkan ke mulutnya. Pria itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke mulut Indah, Indah sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu lama mengisapnya.
“Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah ?” ujar Kiki yang sudah merapikan kembali pakaiannya.
Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si Ratna yang hari ini absen.
Selengkapnya...

Sales Girl

Pagi ini aku duduk didepan rumah ketika tiba tiba liwat didepanku Siska, seorang cewek yang bekerja sebagai penjual kosmetik disebuah supermarket. Ia tersenyum manis melihatku, aku hanya bisa mengangguk saja ketika ia menyapaku. Padahal sebenarnya aku sangat tertarik sekali kepadanya.

Siska benar benar cewek yang seksi sekali, badannya tidak terlalu tinggi, tetapi kulitnya putih dan montok. Keberaniannya untuk memakai rok mini membuat aku selalu ingin mengetahui apa yang ada dibalik roknya yang sangat minim itu. Namun semuanya hanya menjadi lamunanku saja, karena selama ini kami hanya bertegur sapa dijalan saja. Namun saat ini , ketika isteriku tidak dirumah dan keadaan benar benar sepi, keberanianku mendadak muncul. Saat itu Siska yang sudah berjalan agak jauh melewati rumahku aku kejar dan aku panggil, dia menoleh.

Mulanya dia agak ragu, namun ketika aku memanggilnya lagi, ia segera kembali dan mendatangi aku. Didepan pintu pagar ia bertanya sopan ..ada apa Oom, kok tumben manggil. Aku hanya tersenyum dan membalasnya, kamu mau masuk kerja ya, kok udah rapi jam berapa sih masuknya...mampir dulu dong. Saat itu memang dia sudah sangat rapi dan cantik sekali, wajahnya yang putih tidak terlalu kena makeup namun justru memancarkan keseksiannya sebagai akibat dari rok mini serta blouse yang dipakainya. Dia tersenyum dan mengatakan kalau memang dia berangkat agak pagi karena mau mampir kerumah temannya untuk suatu keperluan. Aku mempersilahkan dia masuk dan dia menurut saja, bahkan dia tanya...Ibu dimana...kok sepi... Aku jawab dengan ringan kalau isteriku sedang keluar kota. Kulihat dia hanya mengangguk angguk saja, kugiring dia duduk diteras samping rumahku yang lebar dan rimbun itu.

Kita duduk disini saja ya, biar santai, sambil saya ganti pakaian dulu. Dia segera duduk disofa sambil tangannya meraih majalah yang ada disitu. Aku jadi agak senang, karena majalah yang diraihnya itu adalah majalah porno yang aku dapat dari luar negeri. Didalam aku segera mengganti piyamaku dengan kaos dan celana pendek tanpa celana dalam, karena aku berniat memanfaatkan saat ini untuk menikmati keseksiannya. Ketika aku keluar, kulihat dia masih asyik memperhatikan majalah porno itu, dari belakang kuperhatikan gambar apa yang menjadi perhatiannya, ternyata gambar cewek yang sedang dijilati nonoknya. Dengan bergaya tidak tahu aku segera duduk didepannya. Siska tertawa menyeringai sambil berkata : "aduh Oom majalahnya kok serem sekali ya". Aku tidak menanggapi, tetapi aku hanya tersenyum saja. Aku membuka omongan dengan menanyakan dimana dia bekerja sebenarnya, lalu produk apa saja yang kira kira bisa aku pakai dari omong omong itu aku tahu kalau dia bekerja di Sarinah dicounter kosmetik mahal untuk pria . Dalam sekejap aku sudah menghabiskan uang 800 ribu untuk memesan kosmetik pada dia. Siska sangat senang karena aku demikian boros membelanjakan uangku untuk kosmetik itu, entah disengaja entah tidak, duduknya mulai tidak rapi sehingga pahanya agak renggang. Saat itu aku sekilas melihat celana dalamnya yang berwarna kuning, kontolku langsung bergetar karena pemandangan yang sekilas itu.
Ketika kurasakan sudah cukup aku membuat dia masuk dalam pengaruhku, akupun mulai melaksanakan jebakan yang aku rencanakan tadi.

"Siska, kamu suka berenang nggak ? Dia menjawab spontan..suka sekali Oom kenapa ya ? Aku menjawab lagi, enggak Oom punya baju renang yang bagus sekali yang Oom beli di Amerika, tetapi Tante tidak berani memakainya, kamu mau ya ? Mau saja Oom, asalkan tante nggak marah kan?" Aku segera mengambil pakaian renang yang aku maksudkan itu, memang aku pernah membeli beberapa baju renang yang seksi dan aku berikan kepada beberapa kenalanku yang berani memakainya, saat ini aku masih mempunyai beberapa buah dan aku pilih yang paling seksi buat Siska. Meskipun pakaian renang ini bukan bikini, tetapi potongannya benar benar akan membuat tubuh yang memakainya jadi menonjolkan keseksiannya.

Ketika kutunjukkan pada Siska, matanya berbinar binar.. aduh Oom bagus sekali ya, tetapi ini pasti mahal sekali harganya. Aku hanya mengangguk kataku, biar mahal kalau yang memakai pantas kan jadi tambah bagus. Kalau Siska nggak keberatan, Oom kepengen lihat Siska pakai pakaian renang ini mau kan ?
Siska pertamanya agak ragu ragu mendengar tawaranku itu, tetapi akhirnya dia bertanya, dimana saya bisa ganti Oom. Disini saja diruang tamu, aku sengaja menunjuk kedalam ruang tamuku. Oom tunggu disini ya katanya. Aku hanya mengangguk dan

Siska masuk keruang tamuku untuk mencoba pakaian renang itu. Aku menahan diriku untuk tidak masuk kedalam melihat Siska ganti, karena aku kuatir dia lepas dari perangkapku itu. Dengan hati berdebar debar aku menunggunya keluar, namun ternyata ia tidak kunjung keluar juga. Tiba tiba kudengar Siska memanggilku...Oom , Oom kesini saja Siska malu keluar. Aku tergesa gesa masuk keruang tamuku. Kulihat pakaian Siska bergeletakan dilantai sementara tubuhnya sudah dibalut pakaian renang yang aku berikan itu. Benar benar pas buat Siska, buah dadanya yang besar itu menggantung manja dibalik pakaian renang itu dan dari samping sebagian buah dadanya menyembul keluar. Secara tiba tiba Siska mengangkat kedua tangannya untuk membetulkan letak rambutnya yang kacau, saat itu aku melihat kerimbunan bulu ketiaknya. Kontolku langsung ngaceng penuh melihat ketiak Siska ini, Tetapi aku masih coba menahan nafsuku dulu, dengan tenang kutarik ia keluar ruang tamuku agar keluar keteras. "Disini lebih jelas Siska, kan pakaian renang memakainya diluar ruangan bukan didalam". Ia hanya tertawa tetapi menurut saja ketika kutarik itu. Diluar kubiarkan ia berdiri sambil bersandar ditembok sementara mataku menatap keindahan tubuhnya yang hanya dilapisi pakaian renang itu.

Ternyata pakaian renang itu tidak dapat menyembunyikan pentil susu Siska yang tampak menonjol itu dan juga potongannya yang berani menyebabkan sebagian bulu kemaluan Siska yang hitam keriting itu keluar disisi paha tanpa disadari oleh pemiliknya. Aku tertawa sambil berkata, aduh Siska..bulumu luar biasa ya..sampai keluar semua tuh ! Siska agak terkejut dan melihat kearah yang kutunjuk, tangannya berusaha menutupi bagian itu tetapi aku segera mendekatinya dan kupegang bahunya sambil bertanya lagi. Memangnya lebat ya Sis kok sampai keluar semua. Siska menjawab enteng juga, "habis pakaian renangnya seksi sih jadi ya mestinya dicukur sedikit biar nggak keluar semua".

Aku bilang pada Siska : "Sudah Sis sana kamu ganti saja dengan pakaianmu sendiri". Kalau tadi aku tidak mengikuti ketika

Siska mencoba pakaian renang, saat ini aku ikut masuk dan menunggunya ganti. Siska berkata.."lho Oom kenapa kok disini..Oom keluar dulu dong Siska mau ganti" katanya manja. Aku diam saja.."sudahlah apa bedanya telanjang dengan pakai pakaian renang ini, toh Oom sudah bisa membayangkan didalamnya". Siska memang berani sambil menyeringai dia segera melepas pakaian renang itu semuanya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat.

Mataku terbelalak melihat buah dadanya yang montok dan bulu jembutnya yang lebat itu, benar benar diluar ukuran, super lebat dan gondrong. Aku sudah tak tahan lagi dengan sigap aku berdiri dan mendekati Siska, kuremas susunya dan kucium bibirnya. Siska hanya pasrah saja, tanpa tunggu komando lagi celanaku langsung kupelorotkan dan kusuruh Siska memegang kontolku. Siska langsung menggenggamnya dengan halus, aku yang sudah bernafsu segera menarik Siska pelan pelan kesofa sambil tetap berciuman dan Siska masih menggenggam kontolku. Ketika aku sudah berhasil duduk disofa, kusuruh Siska duduk dipangkuanku dan kuselipkan kontolku dibibir nonoknya. Dengan sekali tekan, kontolku amblas diliang nonok Siska. Ternyata Siska memang betul betul sudah nggak perawan, tetapi nonoknya masih terasa seret.. mungkin masih jarang dipakai. Gerakan pantat Siska cepat sekali naik turun sementara ia mencium dan memeluk aku erat erat. Kurasakan hangatnya liang nonok Siska yang masih peret itu, geseran buah dadanya didadaku membuat aku makin bernafsu. Merasakan ganasnya Siska yang menduduki kontolku, aku kuatir kalau aku akan cepat ambrol, dengan tergesa gesa kudorong Siska sehingga ia berdiri dan terlepaslah kontolku dari liang nonoknya. Aku mendudukkan dia diatas sofa dan kuangkat kakinya keatas sehingga membuat nonoknya terkuak lebar dengan bibirnya yang berwarna merah muda sudah mulai berkilat oleh lendir dari nonoknya sendiri. Langsung saja lidahku menjilati itil Siska yang membengkak seperti kacang tanah itu.

Siska menggeliat sambil merintih, jembutnya yang lebat kusisihkan kesamping sehingga lidahku makin leluasa menyusuri tepi bibir nonok Siska untuk kemudian ujung lidahku kumasukkan keliang nonoknya yang menganga itu. Siska betul betul tidak tahan dengan jilatanku ini, tangannya meremas remas susunya sendiri, sedang mulutnya merintih rintih. Ketika kulihat lendir nonok Siska sudah membanjir, aku berdiri untuk segera menyetubuhi Siska, saat itu tiba tiba saja Siska menangkap kontolku dan langsung dimasukkannya kedalam mulutnya, dihisapnya kontolku kuat kuat. Kuluman Siska tidak terlalu enak, tetapi aku tertegun melihat Siska yang begitu rakus. Aku memuaskan mataku dengan pemandangan yang indah sekali buah dada Siska berjuntai montok dan kenyal sementara bibirnya yang dipulas lipstick tipis mengulum kontolku. Tak tahan dengan semua ini segera kucabut kontolku dari bibir Siska dan kudorong Siska hingga terbaring , pelan pelan kuletakkan kontolku dibibir nonoknya yang berbulu lebat itu, Siska membantuku dengan menyibakkan jembutnya serta menguakkan nonoknya, pelan pelan aku menusukkan kontolku untuk merasakan liang nonok Siska yang hangat itu sampai akhirnya kontolku mencapai dasar nonok Siska. Siska mengangkat kakinya tinggi tinggi dan pantatnya mulai diputar kekiri dan berganti kekanan. Aku tidak sempat merojokkan kontolku, karena goyangan Siska yang alami membuat aku tidak mampu menahan rasa nikmat yang luar biasa ini, aku hanya mampu menghisap pentil susu Siska sementara air maniku menyembur keluar oleh empotan dan goyangan Siska itu. Aku tahu kalau Siska belum mencapai kepuasan, tetapi aku tidak perduli, yang penting aku puas dan aku sudah membayarnya.
Benar saja, setelah beberapa lama aku terhanyut oleh rasa nikmat yang diberikannya, Sisca segera mendorongku dan mengatakan kalau dia mau segera pergi, bahkan dia minta ijin padaku untuk mandi terlebih dahulu. Aku hanya mengiakan apa yang diminta Siska, rasanya aku masih terbius oleh semua ini. Satu kalimat yang aku pesankan pada Siska, sering seringlah mampir, pasti ada bonus yang menarik untuknya bila selalu membuatku puas seperti pagi ini

T H E E N D
Selengkapnya...

Liana, Istri Yang Bahagia

SUATU kali di sebuah milis, aku membaca sebuah thread dari seorang pria. Dia minta foto-foto bugil versi voyeurisme. Karena aku punya koleksi, aku kirim lewat japri kepadanya. Dia membalas melalui email, mengucapkan terima kasih dan minta koleksi lain kalau ada. Aku kirim. Balasan selanjutnya, pria itu menceritakan tentang keanehan yang ada pada dirinya. Dia sangat suka mengintip, baik orang yang lagi ML maupun perempuan bugil. Bahkan istrinya sendiri pun dia intip. "Ada kepuasan tersendiri, walau ngintip istri sendiri," tulisnya.
Sejak itu kami sering berkirim email. Aku juga tahu bahwa Om Han tinggal di kota yang sama denganku. Dia selalu bercerita tentang dirinya. Dari situ aku tahu, laki-laki itu agak lemah secara seksual. Dia menyadari betul. Dia baru bisa terangsang secara hebat jika sudah mengintip. Sementara istrinya termasuk perempuan yang amat doyan seks. Selalu meminta, tapi jarang terpenuhi. Suami yang malang. Dia juga tahu istrinya tidur dengan beberapa laki-laki lain.
Keterbukaan Om Han -- begitu aku menyapanya -- semakin lebar. Dia akhirnya membuka rahasia besarnya dengan mengatakan bahwa dia sebenarnya ikut andil dalam perselingkuhan istrinya. Andil? Om Han sendiri yang mengaturnya, menyutradarainya. Sesungguhnyalah istrinya masuk ke dalam jebakan Om Han. "Aku puas melihat bagaimana istriku bergumul dengan laki-laki itu. Aku bahkan terangsang sangat hebat, dan seolah punya kekuatan ganda ketika menyetubuhi Liana sambil membayangkan Liana dimakan laki-laki lain," katanya dalam email.
Om Han adalah seorang pria keturunan. Umurnya sekitar 45 tahun, hanya berselisih dua tahun denganku. Istrinya, Liana, berumur sekitar 35 tahun. Mereka sudah belasan tahun menikah tetapi belum punya anak. Keduanya saling mencintai. Liana adalah tipe istri yang setia sebelumnya. Ya, sebelum Om Han menjebaknya.
Aku sangat suka membaca email-email Om Han. Ceritanya benar-benar seru dan mencengangkan. Tadinya aku mengira, orang-orang "sakit seks" seperti Om Han hanyalah khayalan, atau cerita bohong. Dan pada suatu ketika Om Han menulis email begini: You mau gak meniduri istriku?
Aku terpana. Tidak menyangka akan menerima pertanyaan selugas itu. Tawaran menggiurkan, tetapi sulit untuk aku jawab. Tak mudah mengatakan "Mau". Ada perasaan tidak enak. Selama ini aku telah memposisikan diriku sebagai seorang "sahabat", tempat curhat. Bagaimana mungkin aku harus meniduri istrinya? Terminologinya seolah aku merampas wilayah Om Han. Aku juga membayangkan bagaimana rasanya kalau istriku ditiduri pria lain. Uhhh....
"Tetapi semua itu juga tergantung nasib. Maksud saya, kalau Liana mau. Kalau dia merasa tak selera dengan Bung Andy, yaa you harus mengerti," tulis Om Han.
Dalam email-emailku selanjutnya aku tidak mengatakan secara tegas bahwa aku mau. Aku tidak yakin, ada perasaan khawatir, ada ketidakpercayaan. Om Han tampaknya menilai aku mengkhawatirkan wajah istriku. Makanya dalam email selanjutnya dia kirim foto istrinya. Seorang perempuan keturunan Tionghoa yang cantik. Bahkan kiriman selanjutnya sangat mencengangkan. Foto Liana selagi tidur, hasil "intipan" Om Han. Difoto dari berbagai pose, termasuk yang menampakkan paha mulus dan CD-nya.
Seperti sudah kuungkapkan di depan, semua perselingkuhan Liana atas prakarsa diam-diam Om Han. Om Han yang memberi jalan bagaimana pertemuan antara Liana dengan kekasih gelapnya terjadi, dan seterusnya sampai berlanjut ke kamar hotel. Baik, aku ceritakan saja tentang apa yang aku alami.
Setelah aku menerima tawaran Om Han (dengan malu-malu), akhirnya Om Han mengajukan beberapa syarat. Pertama, semua harus diatur oleh Om Han. Aku tinggal menjalani semua skenarionya. Jika aku melanggar, maka semuanya batal.
"Jika semua lancar dan aku merasa puas, aku bahkan akan membayar Bung Andy dengan uang yang cukup,' katanya. Kedua, aku harus menjaga kerahasiaan. "Kita mencoba mencari kesenangan. Semua harus bersenang-senang, dan berakhir penuh kesenangan. Aku tidak mau ribut-ribut." Aku setuju dengan syarat-syaratnya.
Komunikasiku dengan Om Han selanjutnya dilakukan lewat HP. Om Han menceritakan kebiasaan istrinya, kesukaannya. "Itu harus you pahami agar bisa menaklukkan istriku." Dari situ aku tahu banyak kepribadian dan kebiasaan Liana.
Liana termasuk perempuan pemalu, tetapi sangat suka dipuji. Sebagaimana perempuan Tionghoa lainnya, Liana agak membatasi diri terhadap pria non-Tionghoa. Karena itu Om Han minta supaya aku sangat berhati-hati.
Liana punya kegiatan berenang setiap hari Rabu. Om Han memberi tahu tempat berenangnya. Dia biasa makan di resto kolam renang selepas berenang. Dia selalu membawa mobil Peugeot 206 hijau metalik, nomor XXXX. "Kalau ada prempuan turun dari mobil itu, dialah Liana," kata Om Han.
Om Han menyarankan aku supaya juga berenang, dan sesekali mendekat ke arah Liana supaya perempuan itu mulai terbiasa dengan wajahku. Tetapi jangan buru-buru melakukan pendekatan di kolam renang. Lebih baik di resto. Dan sebelum aku melakukannya, aku mesti meminta izin kepada Om Han.
Akhirnya Rabu pagi itu aku mengontak Om Han, mengatakan bahwa aku akan ke kolam renang. Om Han setuju, dan mengingatkan kembali tentang apa-apa yang harus dan tidak harus aku lakukan. "Selamat berburu. Semoga sukses Bung Andy," katanya. Sekitar jam 10 aku membolos kerja, hanya untuk mencari perempuan bernama Liana. Sengaja aku datang agak pagi supaya tidak keduluan Liana. Aku memarkir mobil, dan menunggu. Sekitar 30 menit kemudian datangah mobil yang aku tunggu.
Seorang perempuan dengan tinggi badan sekitar 160cm turun dari mobil. Rambutnya sebahu. Kulit putih bersih dan tubuh yang padat berisi. Dia menenteng sebuah tas. Setelah dia masuk ke area kolam renang aku menyusulnya. Masuk ke ruang ganti dengan buru-buru supaya bisa mengikuti Liana. Soalnya aku takut keliru dengan perempuan lain. Maklum hanya sekilas tadi aku melihat wajah Liana.
Setelah mengenakan pakaian renang, akupun mencebur ke kolam. Berenang. Tidak banyak orang. Hanya beberapa yang berenang, itupun hampir semuanya orang-orang chinese. Aku lihat perempuan menuju kolam. Liana. Gila, bodinya bener-bener membuatku ngiler. Alangkah sedapnya bisa meniduri dia. Perempauan itu sudah membasahi tubuhnya dengan air. Pakaian renangnya benar-benar mengeksplorasi keindahan tubuhnya. Dia segera mencebur, dan berenang gaya dada. Memperhatikan Liana, jantungku berdebar-debar. Aku tidak berani bertindak. Aku ikuti saran Om Han. Awalnya jarak start kami sekitar 3 meteran. Tetapi ketika berbalik arah aku sengaja landing mendekat ke arah dia. Lalu pura-pura istirahat, menunggu Liana datang. Setelah beberapa kali, akhirnya terjadilah. Liana tersenyum kecil ke arahku. Aku membalasnya. Mungkin itu dia lakukan karena memang tak banyak yang berada di kolam, dan kami selalu berdekatan posisi. Makin lama makin sering kami melempar senyum, dan aku mencoba untuk menyapanya.
"Gerakannya bagus sekali. Dulu les ya ci?" kataku memuji. Dia tersenyum tapi tidak menjawab dengan kata. Aku tinggalkan dia dan mengambil gaya kupu-kupu. Aku ingin menarik perhatiannya. Ini adalah gaya yang paling sulit. Tak banyak yang bisa melakukan kecuali pernah ikut les. Rupanya dia memperhatikanku.
"Mas tuh yang pernah les," katanya. Aku senang sekali.
"Sudah lama sih," jawabku. Pura-pura tak acuh, aku kembali mengayunkan tangan dan kaki menjauh darinya. Liana masih di sana. Mungkin mulai kecapekan. Ketika kembali ke tempat semula aku mendekati Liana.
"Sering berenang ke sini ya ci?"
"Ya kadang-kadang aja."
"Ooo, saya baru kali ini. Biasanya di Graha. Tapi pengin suasana baru. Ternyata di sini enak. Sepi dan airnya jernih," kataku.
"Di Graha juga jernih kan?
Percakapan ringan terjadi. Kami mulai agak akrab. Sampai akhirnya kami berada di resto. Dia memesan mie titee, dan aku pisang goreng.
"Laper kalau habis berenang," kataku. Liana membungkus tubuhnya dengan handuk. "Kok sendirian aja ci?"
"Iya saya biasa sendirian," sahutnya.
"Gak dianter pacar? Ga kerja?"
"Pacar, saya sudah bersuami kok. Suami saya kerja saya ibu rumah tangga."
"Hah? Sudah bersuami? keliatannya kayak bujangan. Emang umur cici berapa? Aku berbohong, sekadar untuk membuatnya bangga.
"35 tahun."
"Ahh bohong. Masih muda gitu."
Percakapan itu berjalan lancar. Kami juga sempat tukar-menukar nomor HP. Kami berjanji akan bertemu lagi Rabu pekan depan.
Aku ceritakan semuanya ke Om Han yang terjadi hari itu. Om Han juga senang dan memujiku sebagai pria yang gentle. "Kayaknya you mau sukses. Teruskan saja." Om Han juga mengizinkan aku untuk berkomunikasi lewat HP dengan istrinya. Yang penting. Aku tidak boleh berkencan tanpa sepengetahuannya. Aku juga dilarang bercerita soal keterlibatan Om Han, karena Liana bisa tersinggung. "Nanti bisa bisa buyar semuanya," kata Om Han.
Komunikasi lewat SMS dengan Liana berjalan lancar. Bahkan sudah mulai mesra, sampai kahirnya aku mengajaknya untuk berkencan. Ajakanku diterima, dan aku melaporkan itu kepada Om Han. Akhirnya Om Han memintaku bertemu dengannya. Aku menemui Om Han di sebuah kafe pada sore hari. Om Han berbadan tinggi. Wajahnya biasa saja. Sejak semula aku menduga dia orang yang sangat kaya. Dan itu terbukti ketika aku bertemu untuk pertama kalinya. Dia mengendarai BMW jenis SUV warna hitam. Mobil yang gagah sekali. Limited edition. Dia senang sekali bertemu denganku. "Maaf Bung Andy, kayaknya Bung Andy menjadi pria Jawa pertama yang meniduri Liana. Selama ini yaa sesama chinese," katanya. Setelahnya Om Han akan mengatur jadwal kencanku dengan Liana.
"Aku yang booking kamar, tapi nanti bilang sama Liana, you yang booking," kata Om Han.
Ternyata aku harus booking kamar di Hotel X. Kenapa tidak di Hotel Y, rupanya inilah tak-tik Om Han untuk mengintip aku dan Liana. Om Han membooking dua kamar. Satu untuk aku, satu lagi kamar sebelahnya untuk dia dan peralatan mengintipnya. Dan ... ini yang tidak disadari Liana. Di dalam mobil Liana telah terpasang kamera pengintip yang tersembunyi. Kamera ini terhubung melalui sinyal ke dalam monitor yang ada di tangan Om Han. Dia tahu semua yang terjadi di mobil istrinya. Ini baru aku ketahui beberapa hari setelah kencan terjadi. Itu pun atas pemberitahuan Om Han. Karena itu Om Han minta supaya kencan dilakukan dengan mobil Liana, sehingga sepanjang perjalanan menuju hotel, Om Han mengetahui apa yang terjadi. Benar-benar luar biasa laki-laki tajir itu. Sepanjang perjalanan aku dan Liana memang sudah saling cubit, saling remas. Bahkan aku yang pegang kemudi digoda dengan remasan-remasan nakal di kontolku. "Ayooo.. keluarin di mobil aja..." Liana tertawa.
"Dodol ah..." jawabku. Singkat cerita aku dan Liana telah memasuki kamar hotel. Tak sabar rasanya ingin segera ******* Liana. Sejak dalam perjalanan nafsuku sudah meledak-ledak.
Begitu pintu kamar aku kunci, aku langsung mendekap Liana dari belakang, dan aku hujani tengkuknya dengan ciuman penuh nafsu. Liana terpekik. Tas tangannya terjatuh. Dia membalikkan badan dan menyambut dengan penuh gelora ciuman bibirku. Kami berpagutan. Aku lepas blus yang membungkus tubuhnya. Juga bra yang membungkus bukit kembarnya. Toketnya yang putih dengan puting warna pink menyembul. Masih kenceng, seperti puting gadis perawan. Aku dengan rakus melumatnya. Aku tak peduli lagi bahwa apa yang aku lakukan ini diintai dengan kedua mata Om Han, suami Liana.
Aku rebahkan tubuh Liana, kulucuti semua pakaiannya hingga tak satu helai benang menempel di tubuh putihnya. Aku jilati semuanya. Semua. Benar-benar baru kali ini aku melihat tubuh seputih itu. Bahkan di antara selangkangan, seputar anus, nyaris tanpa warna coklat atau hitam. Tak ragu-ragu, aku jilati seluruh memek dan isinya, juga seputar anusnya. Liana menggelepar-gelepar tidak karuan. Dia meminta kontolku, dan dikulumnya dengan rakus.
"Agghhhhh...." Aku mengeluh panjang. Kuluman yang luar biasa. Tampaknya Liana sangat pintar. Kontolku terbenam seluruhnya ke dalam kerongkongannya. Kontolku memang tidak terlalu besar dan panjang. Ya ukuran Asia, sekitar 12cm. Bibirnya menempel di kulit perut bawahku. Dia hisap, dia kili-kili dengan lidahnya. Aku menjerit tertahan. Merasakan nikmat yang amat sangat. Lama kami bermain 69. Rupanya Liana sangat suka gaya ini. Dia tak segera mengakhiri permainan 69. Dia balikkan tubuh kami, sehingga aku berada di bawah. Diangkatnya pantatnya sehingga memeknya menjauh dari mulutku. Tadinya aku mengira dia ingin mengakhiri 69. Tetapi ternyata Liana ingin mulutku mengejar memeknya. "Ayo sayang... emut lagi..." pintanya. Ketika aku menjilat, dia berusaha menjauhkan lagi dengan mengangkat bokongnya. Maka aku pun memeluk pinggangnya. "Yeahhhh...." Dia melenguh saat tubuhku menggandul di pinggangnya sambil menjilati itilnya. "Terusss... sayang... teruss..." Ia kembali mengemut kontolku. "Pakai jari sayang..."
Aku masukkan jari tengahku, dan mengobok-obok memeknya yang sudah basah kuyup. Liana melonjak-lenjak kenikmatan, lalu mengerang tertahan. Rupanya dia orgasme. Bersamaan dengan itu, diisapnya kontolku kuat-kuat.
"Keluarin sayang... keluarin...." Dia menepuk-nepuk pahaku memintaku segera ejakulasi. Aku coba mengejan, tetapi tak juga berasa ejakulasi. Dia kocok kontolku dengan mulutnya sambil terus dihisap-hisap.
"Ohhhh... sayang... aku mau keluar," kataku.
"Ayoo keluarin.. keluarin..."
Dan akhirnya memang keluar. Maniku menyemprot jauh ke dalam kerongkongannya. Dia menghisap begitu kuatnya, sampai kontolku terasa ngilu, dan tubuh seolah terpental ke awang-awang. Baru kali ini aku mengalami ejakulasi sehebat ini. Setelah itu, benar-benar lemas. Nyaris seperti pingsan. Liana tampak berusaha menelan sisa-sisa maniku di mulutnya.
"Kamu gak jijik say?"
"Gak. Enak banget kok," katanya. "Kan tadi kamu juga gak jijik jilati anusku." Aku meraih tubuhnya dan mencium dia. Aku memeluk erat Liana sebagai rasa terima kasih atas pelayanannya yang luar biasa.
Kami kembali bermain beberapa menit kemudian. Persenggamaan yang seru. Gaya-gaya dalam BF yang belum pernah aku jalani kami lakukan. Hanya ketika aku meminta anus, Liana menolak. Rupanya Liana paling suka gaya tusukan dari belakang. Dia memunggungiku, aku mengarahkan ****** melewati pantatnya. Dia menjerit-jerit, mencengkeramku. Dia berusaha menoleh ke belakang mencari bibirku. Ketika kami berciuman lidahnya menari-nari liar. Dia juga memintaku menjulurkan lidah, dan dihisap-hisapnya lidahku. Semakin aku keras menggenjot ******, semakin liar reaksi dia. Liana menyukai gaya itu, katanya sentuhan ****** ke bagian-bagian memeknya sangat fantastis. Dia juga merasa kenikmatan ketika bulu-bulu kemaluanku menyapu pantatnya. "Kayak dikili-kili.." katanya. Kami bermain sampai sore hari. Sekitar jam 4 sore Liana berkemas.
"Aku harus segera pulang. Sebentar lagi suamiku pulang kerja. Kalau aku gak ada di rumah bisa dicincang aku," katanya. Aku diam saja, dan baru teringat akan Om Han. Entah apa yang dipikirkan dan dilakukan pria itu di kamar sebelah....
Aku tidak pernah tahu karena Om Han tidak pernah bercerita dan aku tidak enak hati bertanya. Yang agak mengagetkanku, keesokan harinya Om Han mencoba memberiku sejumlah uang. Cukup banyak. Kutaksir lima jutaan. Tetapi aku menolaknya. Dia coba memaksa, tetapi aku tetap menolak. "Saya kan yang diuntungkan Om, saya yang enak." Om Han tampaknya senang dengan reaksiku.
Percintaanku dengan Liana berlanjut beberapa bulan kemudian. Semua berjalan lancar. Selama itu aku tidak pernah mengkhianati Om Han dengan misalnya kencan diam-diam. Setelah itu Om Han memintaku mengakhirinya. "Ini untuk kebaikan bersama Bung," katanya. Baik untuk menjaga rahasia dari Liana, juga mencegah kemungkinan larutnya aku ke dalam hubungan yang lebih personal dengan Liana. "Kasihan istri Bung kalau keterusan. Aku mohon pengertian Bung ..."
Meski dengan berat hati, aku menuruti kemauan Om Han. Sejak itu aku mencoba menghindari Liana, dan kembali hidup sebagai petualang yang berburu mangsa....***
Selengkapnya...

Jumat, 18 Februari 2011

Kos kos an

Aku bekerja sebagai pembantu disebuah rumah tangga. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami istri yang sudah berumur. Karena anak2nya sudah menikah dan tidak tinggal bersama mereka, pasangan manula itu menerima kos2an. Yang kos disitu hanya seorang, lelaki, umurnya 40 tahunan lah, Doni namanya. Aku memanggilnya dengan sebutan om Doni, dan dia gak berkeberatan.

Om Doni suka bawa cewek abg ke kamarnya. Memang kamarnya terpisah dari bangunan utama dimana pasangan manula itu tinggal. Dia keluar masuk tidak lewat pintu utama tapi lewat pintu samping disebelah garasi. Garasinya cukup besar sehingga muat 2 mobil berjajar, mobil si bapak dan om Doni. Cewek yang dibawa sering ganti2, tapi semuanya seksi. Toket dan pantatnya besar. Kalo sudah dikamar, aku suka nguping. Terdengar cekikikan, tapi gak lama kemudian terdengar erangan si cewek, pasti sedang dien tot. Napsuku berkobar2 kalo sedang nguping dia ngen tot. Tanpa terasa aku sering meremas2 toketku sendiri yang gak kalah gedenya dengan toket abg nya. Saking napsunya, tanganku kemudian merogoh kedalam CD ku mengilik i tilku sendiri sehingga tanpa sadar aku terengah2 sendiri didepan kamarnya.



Ketika membersihkan kamarnya, aku membuat posisi kordennya sedemikian rupa sehingga aku bisa ngintip kedalam kamar. Dia tidak mengetahui bahwa aku bisa ngintip kedalam kamarnya, dan dari tempat aku ngintip, aktivitas yang dilakukan di ranjang bisa aku lihat dengan jelas. Suatu malem, aku lihat dia bawa abg lagi ke kamarnya. Setelah mereka masuk kamar, segera aku ngintip mereka berdua. Dia sedang menelanjangi ceweknya, lalu ditelentangkan di ranjangnya. Toketnya besar, pentilnya juga besar, berdiri tegak. Jembutnya lebat. Gak lama kemudian dia bergabung dengan ceweknya diranjang, bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kon tolnya yang besar dan panjang, sudah ngaceng dengan kerasnya. Dibandingkan dengan kon tol suamiku di kampung, suamiku punya gak ada apa2nya.

Aku memang sudah menikah, seperti kebiasaan orang kampung, anak cewek masih belasan tahun sudah dinikahkan. Suamiku tetep tinggal didesa mengerjakan sawah milik bapakku. Dengan alasan mencari tambahan, aku bekerja sebagai pembantu di kota. Aku pulang kampung gak menentu, tergantung uang yang aku kumpulkan sudah cukup banyak atau belum. Karena tinggal misah makanya aku belum hamil, aku juga belum mau hamil karena aku merasa masih abg juga.

Melanjutkan intipanku, dia sudah menancapkan kon tol gedenya di no nok ceweknya, si cewek sudah mulai mengerang keenakan karena enjotan kon tol om Doni di no noknya. Aku tidak dapat menahan napsuku, segera aku kembali kekamar. Seluruh pakaian aku buka dan aku mulai meremas toketku dan mengilik i tilku sendiri, makin lama napsuku makin memuncak sampai akhirnya dengan erangan panjang aku nyampe juga. Pengen rasanya aku ngerasain kon tolnya keluar masuk di no nokku. Selanjutnya setiap dia membawa abg ke kamar, aku selalu ngintip aktivitasnya dan berakhir dengan terkaparnya aku diranjangku setelah nyampe akibat ngilik i til sendiri.

Aku mulai pasang aksi untuk memikat dia. Suatu malem minggu, dia tidak kemana2. Aku mengenakan baju terusan dari bahan kaus yang ngepas di badan. Agak mini sehingga pahaku terlihat dengan jelas. Bagian dadanya agak terbuka, aku tidak mengenakan bra sehingga toketku yang montok bergerak2 kalo aku berjalan. Kalo aku membungkuk, toketku seakan mau loncat keluar dari belahan bajuku di dada. Aku make CD yang mini, karena memang semua CDku yang tidak banyak itu mini modelnya, malah ada yang minim sekali.

"Om, kok ngajak ceweknya", tanyaku sambil menyiapkan makan malem. Untuk yang punya rumah, meja makannya terpisah di ruang utama. Mereka sedang dan pergi menginap dirumah salah satu anaknya. "Enggak", jawabnya sambil menyuap makanan yang kuhidangkan. Sengaja aku membungkukkan badanku ketika meletakkan lauknya di meja makan. Dia melirik ke arah toketku yang montok. "Emangnya om gak pengen", pancingku lagi. "Pengen apa", tanyanya. "Kan biasanya sama ceweknya, asik2an", godaku lagi. "Kamu suka nguping ya", katanya sambil tersenyum. "Gak usah nguping juga kedengaran kok om, ceweknya keenakan", jawabku lagi. Dia diam saja dan meneruskan makannya. Aku menambah air minumnya, ketika menambah air posisiku agak membungkuk. Kulihat matanya segera menerobos belahan dadaku dan 'menjilat' toketku. "Kamu montok ya Nes", katanya, kelihatannya usahaku untuk memancing perhatiannya mulai ada follow upnya. "Besar gitu, sering diremes ya Nes", katanya lagi. "Siapa yang ngeremes om, paling Ines remes sendiri", jawabku terus terang. "Kok diremes sendiri", tanyanya. "Abis gak ada yang ngeremesin sih", kataku sambil tersenyum menggoda. "Aku remesin mau enggak", katanya lagi to the point. "Ntar ceweknya marah", kataku. "Aku gak punya cewek kok", jawabnya. "Yang suka om bawa itu siapa", tanyaku. "Cuma temen, dia pengen aku juga pengen, jadilah", jawabnya. "Temennya banyak ya om, ceweknya ganti2 terus", kataku lagi. "Bosen dong kalo sama yang itu2 terus, kan perlu variasi", jawabnya lagi. "Mau gak aku remes". "Kok om mau ngeremes Ines sih, kan Ines cuma pembantu", kataku. "Biar kamu pembantu tapi kamu gak kalah cantik dan sexi sama abg, lagian kamu masih abg juga kan", jawabnya. Aku tau dia sudah terangsang dengan omongan barusan. Aku diam saja, membereskan peralatan makan dan kubawa ke dapur. Demikian juga dengan makanan yang tidak habis dimakan, aku bawa dan simpan di lemari dapur. Aku mencuci peralatan makan.

Dia berdiri dibelakangku, memelukku dan tangannya langsung meremes toketku. "Nes, toket kamu kenceng ya, besar lagi", katanya sambil terus meremes toketku. Napsuku sudah berkobar, aku berhenti memncuci peralatan makan dan bersandar didadanya menikmati remasan tangannya di toketku. Tangan satunya segera mengelus pahaku, sedikit demi sedikit tangannya naik dan terasa
bajuku tertarik sampai atas. Kemudian tangannya ke selangkangan dan jarinya menggesek-gesek bagian sensitif ku dari atas CD. "Nes, sudah basah sekali”, katanya. "Kamu sudah napsu ya". Mendengar itu aku tambah terangsang dan aku semakin merenggangkan kaki. Kemudian aku merasakan jarinya menyelinap ke balik cd dan terus masuk ke no nok ku. "Jembut kamu lebat ya Nes, panter napsu kamu besar", katanya. Gerakan jarinya enak sekali, dia pintar memainkan jarinya, apalagi setelah dia menambah jarinya untuk masuk ke no nok ku. aku sendiri sudah tidak ingat lagi apakah waktu itu aku sempat mengeluarkan suara atau tidak. tangan yang satu tetep meremas-remas toket ku. Beberapa saat aku biarkan dia begitu karena aku juga merasa enak sekali. Kemudian aku membalikkan diri dan berhadap-hadapan dengan dia. Tangannya seperti tergesa-gesa merauk baju di kedua pundak ku dan ditarik ke bawah hingga terbuka dada ku. Kemudian dia menjilat dan mengisap-isap pentil ku. aku benar benar terangsang dan sudah tidak bisa mengatur diri lagi. aku juga mulai gemes dan menggenggam kon tolnya dari atas celananya, terasa sudah menegang dan terasa ukurannya besar sekali. Begitu penasaran hingga aku menarik kepalanya yang sedang berada di dada ku dan aku cium bertubi-tubi. Dia aku dorong sedikit-sedikit ke belakang sampai menubruk kursi di belakang nya. Kemudian aku paksa duduk dia. Resleting celananya aku buka dan segera bersama dengan cdnya aku turunkan. Dia hanya diam melihat apa yang aku lakukan. kon tolnya besar dan panjang dan tidak sabar lagi aku untuk menciumnya, menjilat sekitar ujungnya. Baru sebentar saja sudah terasa cairannya keluar sedikit dari ujungnya. Selanjutnya mulai kuemut. Terasa kon tolnya penuh di mulut. Tapi baru sebentar dia sudah minta segera dilepas karena gak mau keluar di mulutku.

Setelah aku lepas kon tolnya dari mulut, aku segera naik keatasnya yang sedang duduk di kursi itu. aku juga sudah tidak sabar lagi, kapan cd dilepas juga aku tidak ingat lagi. kon tolnya aku genggam dan sedikit-sedikit aku masukkan ke no nokku, terasa kon tol yang besar masuk. Dia sedikit menarik nafas ketika kon tolnya masuk. “Om, enak banget deh kon tolnya…”, kataku. "Kamu dah napsu banget ya Nes", jawabnya. Ketika aku mulai gerak, dia berkali-kali mendesah dan memanggil-manggil namaku. aku juga tidak bisa menahan perasaan yang enak itu dan berkali kali menyebut-nyebut namanya. Akhirnya dia tidak tahan juga berdiam diri, segera dia memeluk aku dan membenamkan mukanya ke dadaku. aku hanya dapat mengelus-elus rambutnya yang ikal itu. Berkali-kali kon tolnya aku jepit dan setiap di jepit, aku juga merasakan enak di dalam no nokku. Tapi dia tidak bisa lama-lama, dia bilang sudah tidak tahan lagi, tapi aku tidak ingin selesai sekarang, aku sedang benar-benar menikmati kon tol besarnya. Dia takut pejunya keluar di dalam aku, tapi aku sudah bilang biar keluar di dalam. Belum sempat aku puas dia akhirnya ngecret juga
terasa berkali-kali pejunya keluar dari kon tolnya. aku diam sampai dia tenang. "Nes, nikmat banget deh no nokmu. Lebih nikmat dari semua abg yang pernah aku en tot. no nokmu kerasa banget empotannya. Kamu udah pengalaman ngempot ya Nes", katanya terengah. "Enggak kok om, cuma diajari suami di kampung aja", jawabku. "O kamu dah kawin toh, panter napsunya besar banget, dah lama gak ngerasain kon tol masuk no nok kamu ya". katanya sambil tersenyum.

Aku bangkit dari pangkuannya. Terasa pejunya mengalir keluar dari no nokku. Dia segera menarik aku kekamarnya. "Terusin di kamarku ya Nes", katanya. Terasa dia mulai menciumi rambut ku dari
belakang dan terasa bibirnya menyentuh kuduk dan berkali kali mengecupnya, aku menjadi terangsang ketika itu dan terus dia menciumi punggung ku. Terus dia memegang kedua lengan ku dan membalikkan badan ku sehingga berhadapan. Dia memandang muka ku dari dekat dan salah satu tangannya memegang dan meremas remas toket aku. Kemudian dia mencium aku dengan nafsunya dan aku pun menerimanya dengan saling menghisap lidah. aku begitu terangsang hingga terasa no nokku semakin basah. kemudian aku duduk di tempat tidurnya dan terus merebahkan diri. kedua kaki aku dia pegang dan perlahan-lahan dia buka hingga selangkangan aku terlihat lebar-lebar, kemudian kaki kutekuk. Sambil menciumi paha ku, sedikit demi sedikit kepalanya terus naik ke atas. Ciumannya begitu membuat aku terangsang dan aku sudah sedikit mendesah, apalagi ketika bibirnya sudah dekat benar dengan selangkangan. Kemudian dia berkata “Nes, sudah basah sekali…keluar banyak sekali. Kamu dah napsu lagi ya”. Mendengar itu aku jadi
bertambah terangsang, “Om…jilat…dong…”, desahku. Mukanya segera dibenamkannya di selangkangan ku, dan tidak tahan lagi, kepalanya aku pegang dengan agak kuat dan aku tekan ke mulut no nokku. Terasa dia mulai menjilat dan menciumi sekitar i tilku, dan terasa sekali lidahnya bergerak kesana kemari, benar-benar nikmat, beberapa kali i tilku dikulumnya. Tapi dia tidak sampai memasukkan lidahnya ke dalam no nokku. Ini nikmat sekali, tidak seperti kon tol, lidahnya terasa seperti benda hidup yg bergerak berak di dalam no nokku, dia begitu pintar memainkan lidahnya.

Dia naik ke tempat tidur. kemudian aku minta merubah posisi agar aku dapat mendekat ke kon tolnya. segera aku pegang kon tolnya sambil mengelus-elus pangkal kon tolnya. Kepala kon tol
beberapa kali aku kecup dan di jilat, terutama ujungnya yang ada belahan tempat cairannya keluar itu. Dengan ujung lidah sedikit ditekan, belahan ujung kon tolnya aku jilat, terasa asin…sedikit-sedikit terlihat cairan yg agak lengket itu keluar dari ujung kon tolnya. Terdengar suaranya menahan karena napsu. Kemudian kepala kon tolnya aku kulum dan aku mainkan dengan lidah berkali kali didalam mulut, ujungnya aku hisap seperti menyedot minuman, kon tolnya berdenyut dan keluar sedikit cairan dari ujungnya. Sementara itu dia terus menjilati no nokku dengan posisi 69. aku tetap terlentang dan dia berada di atas. Tapi terus dia memberi kesempatan ke aku dengan merubah posisi menjadi terbalik, aku berada di atas dia. aku jadi lebih bebas mengemut kon tolnya yg berukuran besar itu, terus aku masukkan kemulut sampai se maksimal mungkin. air liur sengaja aku keluarkan banyak agar terasa licin dan mudah mengeluarkan dan memasukkan kon tolnya kemulut.

Karena sudah ngecret, dia bisa bertahan lebih lama selama kuemut. Jilatannyaa di seputar i til juga enak sekali terasa, beberapa kali terasa jarinya juga masuk ke no nok, entah berapa jari, tapi
yg jelas bukan satu jari. Karena begitu asyiknya, tidak terasa udara kamar semakin panas karena jendela tidak dibuka. aku merasa keringat dari sekitar leher mengalir ke bawah melewati belahan toketku.
Setelah agak lama dalam posisi 69 kemudian dia mulai bergerak merubah posisi. Dia mundur ke bawah dan badannya keluar melewati selangkangan kaki. Terus dia berlutut di tempat tidur dan tetap minta aku untuk nungging, dia mulai mendekati mulut no nok dari arah belakang. pelan-pelan kon tol yg besar itu masuk ke dalam no nokku, terasa agak susah masuknya, padahal aku sudah sangat basah dan licin. Ketika dia mulai bergerak memainkan kon tolnya keluar masuk kedalam no nok, dia berkata “Nes….enak sekali ….kecang banget rasanya no nok kamu ngeremes kon tolku….”, berkali kali aku jepit kon tolnya dan setiap di jepit, tangannya menggenggam pinggul ku lebih kencang lagi, sampai akhirnya dia menyudahi sendiri posisi ini.

Terus dia merubah posisi, duduk berhadap-hadapan dan aku seperti di pangkunya. Terasa kon tolnya lebih masuk kedalam aku dan terasa ujungnya menyentuh bagian yg paling dalam. Dia dan aku dengan irama teratur menggerak-gerakkan pinggul masing masing sehingga terasa benar benar nikmat sekali. aku mendesah2 keenakan dengan keras. Badan ku dan om Doni sudah basah dengan keringat.

Kemudian dia mendorong aku sehingga aku terlentang di tempat tidur yang sudah mulai acak-acakan itu. Posisi sudah berubah menjadi posisi normal dan dia terus semakin cepat gerakkannya, dan aku bilang ke dia untuk nyampe sama-sama. Beberapa saat kemudian dia ngecret, terasa cairan panas seperti menyembur ke dalam no nokku berkali kali, dan aku pun menyusul nyampe, berkali-kali. aku jepit kon tol nya sampai terasa badan begitu lemas dan tidak bergerak, hanya nafas yang terputus putus seperti habis lari pagi saja. Kemudian dia menciumi bibir aku, dan sambil berbisik “terima kasih Nes, nikmat banget. kapan2 kita ngen tot lagi ya". Dia rebahan di samping ku dan memandang ke langit langit, kemudian aku merubah posisi miring kesamping menghadap dia, “Kalo om sama Ines, terus cewek2 om mo dikemanain". "Udah ada kamu, ngapain cari lagi yang lain", jawabnya.
Seminggu ini dia menepati janjinya, gak bawa abg ke kamarnya. Malam minggu berikutnya, om Doni mengulangi lagi memberi aku kenikmatan. Tentunya aku tidak menolak ajakannya. Di kamarnya, dia mendekatkan wajahnya perlahan, napas hangatnya menerpa wajahku. Aku memejamkan matanya dan perlahan bibirnya mendarat lembut di bibirku. Aku tak menolak kecupan tersebut, kembali bibirnya mendarat di permukaan bibirku. Dikecupnya lagi perlahan, dan mulai melumati bibirku. Aku terpejam membalas lumatannya. Kecupan dan lumatan nya bergerak menjauhi bibirku menjalar sepanjang rahangku, bergeser turun menjelajahi leherku.
Mengecup dan menjilati dengan lidahnya yang kasap terus keatas menuju wilayah belakang telinga dan mengulum cuping telingaku dengan lembut. Aku memegang erat pergelangan tangannya, ”Om….” desah ku. Kedua tanganku meraih keatas dan merangkul bahu dan lehernya. Ciuman dan lumatan bibirnya makin bergelora. ”Hmhhhh”, desahku perlahan. Dia meraih tubuhku dan merebahkannya di tempat tidurnya. Kembali lidahnya menjalar dari bibir ranum bergerak menyusuri rahang terus mengecup leher dengan bergairah. Terus keatas ke balik cuping telinga, menjilati dan melumati nya. ”Om….” ,rintihku perlahan. Tangan nya tak tinggal diam mulai menjalar meraba -elus permukaan toketku yang masih di balut pakaian itu. Terus turun ke bawah menemukan tepian kaos dan menyelusup kedalam. Meraba- mengelus permukaan kulit ku dengan jemarinya. ”Mmmhhhh……oohhhh” ,kembali aku mengerang. pakaianku mulai tersingkap dan dengan cekatan pula jarinya melepas kait braku dan melepas pakaianku lewat kepala. Dia mengecup pangkal leherku, terus kebawah, menjilati permukaan kedua toket montokku bergantian. Hingga…”Ahhhh…..om….”,erangku seraya menggeliatkan tubuhku saat kedua bibirnya mencucupi pentilku. Bergantian pentil yang kiri dan kanan sehingga membuatnya mengkilap karena basah. Kulumannya pada pentilku yang telah mengeras itu terasa sangat nikmat. Kedua tanganku mengerumasi rambutnya dan terkadang menyelusup ke balik kaosnya. Sembari mencucupi kedua pentilku tangannya bergerak turun mengelus kedua pahaku yang ditumbuhi bulu halus. Dia bangkit dan melepas kaosnya dan celananya. Kita kini dalam keadaan hampir telanjang hanya ditutupi CD. ”Om…..ahhhh……..”, erangku tatkala mulutnya mencucupi no nokku yang masih terbalut CD tipis itu. Kedua tangannya tak tinggal diam mengelus dan merabai kedua toketku. Jarinya juga turun dan mengelus permukaan paha, menyelinap ke balik karet cdku dan mengurut perlahan. ”Oghhhh.” ,aku tersentak saat jemarinya menyelusup ke dalam no nokku yang telah lembab itu. Mataku membeliak dan menggelinjang dengan napasnya seperti tersedak. Seluruh permukaan bagian dalam no nokku telah basah dan berdenyut-denyut. Gerakan jarinya mengelitik seluruh pemukaan peka didalamnya. Dia kembali menarik jarinya yang telah basah dan mencucupi jarinya sendiri membersihkan cairan yang menempel pada jarinya. Tangannya kembali bergerak meraih karet CDku, menariknya hingga terlepas. Begitu juga CDnya juga telah terlepas. Dia meraih kedua kaki ku, mengecupi betisku dengan lembut, menjilati dengan lidahnya yang kasap, turun terus ke bawah menjilati paha bagian dalam kedua kaki ktu bergantian. ”Om……..”, kembali aku mendesahi saat bibirnya mendarat pada bukit no nokku yang diliputi jembut yang lebat. ”Nikmati aja” , ujarnya. Lidahnya menjilati permukaan no nokku dan mendesak masuk lebih dalam. ”Aahhhhh ...ohhhhhhh” ,erangku lagi. Menemukan i tilku disana langsung dijilat dengan hisapan bertubi-tubi. Pinggulku bergerak-gerak gelisah mengimbangi serbuan lidahnya. Kedua tanganku menggerumasi rambut nya dan menekankan kepalanya. ”Om………..uhhhhhhhh” ,aku melenguh kembali. Seluruh permukaan bagian dalam no nokku itu telah basah dengan aroma khas yang makin membangkitkan napsunya. Jilatan dan hisapan yang dilakukannya membuat aku menggerinjal hebat, menggeliat-geliat di bawah tekanan kedua tangannya pada pinggulku. Gelombang demi gelombang nikmat makin bergelora menyeret dirikua hingga tak tertahankan lagi. ”Om .ooohhhhhh” ,jeritku saat aku nyampe. Tubuhku melenting, kedua tanganku mencengkeram bahunya dengan kuat. Beberapa menit situasi itu berlangsung. Dia membiarkan aku menikmatinya.

Dia merangkak naik perlahan, merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Bergoyang ke kanan dan kekiri menyibakkan kedua paha ku yang secara naluriah membuka memberikan ruang pada pinggulnya untuk merapat. Aku membuka mataku, napasku masih memburu dengan keringat pada kening dan toketku. ”Om, nikmat banget deh, padahal belum dien tot", kataku lirih. ”Nikmati saja Nes…” ujarnya. Sambil tersenyum aku menarik kepalanya kearahku, kulumat dengan ganas bibirnya. Dia kembali bergerak menggosok kon tolnya menelusuri permukaan no nokku. Maju - mundur. ”Ohhh……om…………ya disana…” ,Kembali aku melenguh karena gerakannya. Kedua tanganku yang tadi memeluk lehernya turun ke bawah dan mencengkeram pinggulnya. Kutekan inggulnya kebawah lebih kuat dan kedua kakiku mengunci di belakang pinggangnya .Dia terus bergerak maju mundur menggesekkan kon tolnya ke no nokku. Naluriah aku bergerak seirama gerakannya. Sesekali kepala kon tolnya menusuk… ”Ohh…..” desis ku karenanya.

Dia mengangkat tubuhnya hingga duduk berselonjor. Menarik pinggulku menumpu paha kedua kakinya. Kedua kakiku menekuk di sisi tubuhnya dalam posisi masih berbaring. no nokku semakin terkuak. Seraya menggenggam pinggulku, dengan tangan kirinya dia mengarahkan kon tolnya tepat pada no nokku. Dengan memegang batang kon tolnya dia mendorong kedepan….. ”Om..", desahku lirih. Dia mendorong kembali, tak terlalu dalam, hanya kepalanya yang menyeruak no nokku. Aku memegang lengannya menahankan dorongan yang terlalu jauh. Dia bergerak… Dengan jarinya yang menggenggam kon tolnya untuk membatasi, hanya ujungnya saja yang masuk, dia menggerakkan kon tolnya keluar masuk no nokku. ”Ooooohhhh……..,ohhhh….!!” , desahku keras. Pinggulku ikut menggerinjal mengimbangi gerakan kepala kon tolnya. Dia mengelus lututku dengan perlahan. ”Oooohhh……om…”, aku merintih berulang kali. Aku enggerakkan pinggulku, bergoyang dan berputar- putar. Gerakan itu menyebabkan no nokku yang telah basah itu serasa di aduk – aduk oleh kepala kon tolnya. ”Om...”,panggilku lirih. ”Hmm...”, dia cuma menggumam, "Kenapa?". "Rasanya makin nikmat om", erangku lagi. "om..”, jeritku kecil seraya
memutar pinggulku perlahan. Tubuhku bergetar, pahaku mengejang. Perlahan kon tolnya tenggelam mili demi mili di telan no nokku. aku mencoba duduk, memeluk ketat lehernya, menggigit kecil pundaknya dan mendesakkan tubuhku turun, hingga seluruh kon tolnya terbenam utuh. ”Aah", jeritku. Langsung aku merebah ambruk menyeret tubuhnya. kedua kakiku langsung kursilangkan di belakang mengunci pantatnya. Dengan napas tersengal – sengal kami berbaring melekat erat. Dia mengangkat wajahnya menatap wajahku yang berpeluh. Aku mengecup keningnya, "om, tuntaskan dong", pintaku lirih. no nokku terasa mencengkeram erat kon tolnya. Dia bergerak naik hingga kon tolnya terlepas kembali dari cekalan no nokku. ”Mmmhhh…uhf”, dia mendesis. Kedua tangannya bergerak turun menemukan kedua pahaku, ditariknya kedua kakiku keatas melewati lengannya, mengunci kedua lututku dengan lengan dan sikunya. Sehingga pinggulku mengangkat menguakkan no nokku. Om, .lagi…lagi………terusskan sekarang……!”,pintaku parau. ”Bener ini…? ”, tanyanya kurang yakin. ”Sekaraaanng……..om, ssekaraaang, Ines ga…tahann..ayoo..!” ,rengekku lagi seraya menekan pantatnya kearah tubuhku lebih erat. ”Ayo….om", rintihku tatkala dia menempelkan kepala kon tolnya ke permukaan no nokku dan bersiap mendorong……. Ujung kon tolnya yang tegak dari tadi mendesak masuk. Aku mencoba membantu mempermudah dengan menggerakkan pinggulku. Dia dengan sabar menunggu, menekan pelan, sangat pelan. ”Ohh……….om…….”, aku kembali mengerang. Dia menghentikan tekanan. Diiringi jeritanku dan tancapan kukuku ke punggungnya, kepala kon tolnya kembali membelah no nokku. Kedua bola mataku membeliak. tubuhku menggigil dan cengkeraman kedua tanganku semakin kuat pada pantatnya. ”Ahhhhhh………………!!!” ,rintihku. Tubuhku mengejang, kepalaku mendongak tatkala dia bergerak mendorong perlahan. Matakuu membeliak menikmati mili demi mili masuknya kon tolnya ke no nokku. Dia kembali mendorong pinggulnya dengan perlahan membenamkan seluruh kon tol besarnya ke dalam no nokku. Dia mulai bergerak perlahan naik turun, merasakan jepitan dan denyutan no nokku mengurut dan memijat kon tolnya. ”Om...", erangku semakin keras tak beraturan lagi. Tubuhku yang telah berkeringat di sana sini mengelinjang-gelinjang dengan hebat ditingkahi gerakan naik turun tubuhnya diatasku. Kaki kananku terlepas dari siku Dino dan mengunci ke belakang pinggangnya. Terkadang dia berhenti sejenak, tetapi dengan mengedan mendenyut-denyutkan kon tolnya di dalam no nokku menimbulkan variasi tekanan yang berbeda - beda pada permukaan no nokku. Peluh telah bercucuran membasahi tubuh kami. ”Ohhh,…….ahhhhhh,………….”,jerit ku setiap denyut-denyut kon tolnya dalam tubuhku menyentuh pusat birahiku. ”Lagiii…..teruss……..ahh…..”. Dia terus bergerak naik turun diatas tubuhku, aku merasakan nikmat yang luar biasa setiap kali kon tolnya menghunjam.

Tubuhku mulai menggigil dan dia tahu aku hampir nyampe. Diapun memacu gerakan memompanya, kon tolnya menghunjam keluar no nokku semakin cepat. ”Ya om…………ohhh..Ines ’ga tahan…lagiii…”, jeritku parau ”Ahhhhhhhh……………………….Om………..Ines nyampe om…ohh” ,jeritku. Aku melengkungkan punggungku, kedua pahaku mengejang serta menjepit dengan kencang, seluruhan badanku berkelojotan dan nafasku tersengal-sengal. Aku merasa lemas seakan-akan seluruh tulangku copot. Aku kelojotan di bawah dengan kedua tanganku memeluk ketat dan kakiku terkangkang lebar dengan kon tolnya masih terjepit didalam no nokku. no nokku berdenyut – denyut dengan cepat, berkontraksi mengurut kon tolnya. Mataku membeliak, tubuhku melenting dan kucengkeram pantatnya, menekannya dengan kuat kearah tubuhku. Dia bergerak makin cepat walaupun makin sulit, karena kuncian tanganku. Makin cepat menghunjam dan akhirnya tak tertahankan lagi dengan suatu sentakan menekan keras kon tolnya menyentuh dasar no nokku, "Oughhh………..” ,seraya menggeram dia ngecret, beberapa kali menyemburkan peju kentalnya dalam no nokku. Berkali-kali semburan itu terulang hingga daya semburnya melemah dan mereda, lalu tubuhnya ambruk diatas tubuhku. Setelah mereda dia menggeliat menjatuhkan tubuhnya ke sisiku. Berdua kami terdiam sesaat. Aku bergerak mengecup ringan pipinya. ”Makasih om…………, gile beneerrr…..” pujiku. ”Apanya yang terimakasih” ujarnya sambil merapihkan rambut yang jatuh di wajahku. ”Terus terang om, nikmatnya lebih dari ketika kita ngen tot minggu yang lalu. Wuihhh….bukan main rasanya”,imbuhku lagi. ”Kapan-kapan lagi ya om?.”pintaku memohon. Dia tak menjawab dan hanya menjatuhkan kecupan pada kedua mataku.
Selengkapnya...

nikmatnya tubuh pembantu

Kamis sore. Ari duduk di balkon kamarnya. Inem, pembantu yang lugu, cantik dan bahenol, mengepel lantai balkon. Ari teringat kejadian kemarin dengan Mita yang pulang tadi pagi. Tengah merenung, mata Ari tiba-tiba tertumbuk ke payudara Inem! Kancing atas baju Inem terlepas dua, sehingga payudaranya terlihat jelas. Ternyata tidak menggunakan BH. Inem menyadari Ari menatapnya jalang. Pipinya memerah, menambah ayu wajah desanya. Ketika Inem menyadari kancing baju bagian atas lepas, segera dibenarkan, dan merah di mukanya makin menjadi. Inem cepat-cepat berbenah dan keluar dari kamar Ari. Inem tampak menggiurkan dari belakang dengan kain yang melilit tubuhnya. Inem sekarang menjanda, korban perkawinan usia muda. Paling tua mungkin 18 tahun sekarang. Ari sendiri berumur 19 tahun.

Tak lama kemudian, Ari merasa birahinya muncul akibat Inem. Dipanggilnya Inem lewat intercom.
"Neem! Inem, cepet!".
"Nggih, Den Bagus", Inem tergopoh-gopoh menjawab.
"Pijetke aku, Inem, aku pegel!", keluar bulusnya Ari.
"Nggih, Den Bagus", Inem segera menuju kamar Ari.

Ketika Inem masuk, Ari ternyata sudah menanggalkan pakaiannya, dan bersembunyi di balik pintu. Inem masuk, tidak melihat Ari.
"Den, kulo sampun siap mijet", kata Inem.
"Aku dibelakangmu, Inem", Ari mengagetkan Inem yang terperangah melihat Ari telanjang.
"Den, mboten Den, ampun, Den!", Inem ketakutan. Ari tidak menjawab, hanya maju mendekati Inem. Inem mundur seiring Ari maju, hingga tersandung dan jatuh ke ranjang.
"Kulo njerit, lho, Den!", Inem mengancam.
"Teriak aja", tantang Ari, karena kamarnya kedap suara.

Ari menyusul Inem, menciumnya, dan membuka kemeja Inem. Saking ketakutan, Inem tidak berontak. Setelah kemeja Inem terlepas, Ari ganti menciumi dan mengulum payudara serta puting Inem. Payudara Inem ternyata lebih besar, lebih indah daripada cewek-cewek yang lain, dan lebih kenyal. Ari merobek kain Inem, dan ternyata bulu vagina Inem lebat sekali.

Jari Ari masuk ke dalam vagina Inem, meraba-raba, memberi rangsangan. "Nggh! Den, sampun, ngggh! Den", desah Inem setelah mencapai orgasme pertamanya. Ari tidak peduli. Jarinya keluar, ganti penisnya yang mengeras masuk. Ari mengeluar-masukkan penisnya dengan keras, tapi lembut. Inem merasakan nikmat yang tiada duanya karena clitorisnya terdesak penis Ari.

Ketakutan Inem telah berubah menjadi kenikmatan. Inem menggoyangkan pinggulnya, mencoba menyedot penis Ari, tetapi Ari tetap saja dapat mengeluar-masukkan penisnya, malah mempercepat tempo. Sementara puting susu Inem dikulum Ari, lalu pindah ke leher Inem, diciuminya dengan penuh gairah. Sontak Inem mengejan, memeluk Ari erat. Tapi.., "Nggh! Nggh!", Inem mencapai orgasme lagi. Inem berusaha melepaskan diri karena capek, tapi tak berhasil. Ari tetap mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut.

Karena Inem kehabisan tenaga, orgasmenya yang ketiga terhitung cepat, hanya sekitar tiga menit dan, "Nggh! Nggh! Nggghh! Den, sampun, kulo mboten kiat!".
Tetap saja Ari yang maniak seksini menggoyang pinggul dan mengeluar-masukkan penisnya.
"Den, stop, Den!", jerit Inem.
"Inem, sebentar", Ari merasa maninya akan keluar, dan dipercepat temponya. Ari memeluk Inem erat, begitu juga dengan Inem. Dan, "Awggh! Ngghh! Den, stop!" Inem mencapai klimaksnya terlebih dahulu.
"Nggghh!", akhirnya Ari tidak dapat membendung lagi. Ari segera bangun, mengambil sejumlah uang bernilai satu setengah bulan gaji. Diberikannya pada Inem.
"Matur nuwun sanget, Den Bagus!", Inem girang. Bayangkan, satu setengah bulan gaji!

Seminggu kemudian ketika Ari sedang berenang di kolam renang pribadinya, ketika birahinya muncul. Ari segera teringat Inem. Rumah sedang sepi. Tinggal Ari, Inem, dan Inah, Adik Inem.
"Neem! Gawe'ke (bikinin) sirup!", Ari berteriak memanggil.
"Nggih Den!" Inem menyahut.

Tak berapa lama kemudian Inem datang membawa segelas sirup. Ketika Inem mendekat, Ari mengamati tubuh Inem. Masih seperti minggu lalu. Ari menunggu Inem menaruh gelas. Setelah Inem berbalik, Ari langsung menerkam Inem. Inem memberontak.
"Den, mboten, Den",, Inem mengiba seperti waktu itu. Ari tidak mempedulikannya, malah menceburkan dirinya dan Inem ke kolam renang bagian dangkal. Tubuh Inem yang terbungkus daster, segera terlihat bagian dalamnya. Inem tidak memakai bra. Payudaranya yang indah semakin mengkal dan berwarna merah muda. Rambutnya terurai, membuat dia semakin seksi, dan menambah gairah Ari.

Ari segera melepas dasternya, merobek celana dalamnya. Bibir dan leher Inem dikulum Ari. Payudaranya menegang. Ibaan Inem berganti ke desah kenikmatan. Jari Ari masuk ke vagina Inem, dan memainkannya di dalam vagina Inem. Tubuh Inem bergetar, menahan agar cairannya tidak keluar. Tapi, apa daya, tubuhnya menggelinjang hebat, seiring keluarnya cairan. Ari segera mengeluarkan jari, dan penisnya menggantikan jarinya.

Ari bermain gentle, mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut diiringi erangan Inem. Inem mencoba mengimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya. Ari membalas dengan mempercepat tempo, dan mengulum puting Inem, disertai gigitan-gigitan kecil.
"Den, kulo mboten kiat (kuat), Den!", iba Inem. Tubuh Inem bergetar akibat orgasme yang kedua kali. Ari meningkatkan serangan, dengan meremas pantat, dan menjilati leher Inem yang jenjang.
"Nggghh!", Inem mengerang, mengeluarkan cairannya untuk ketiga kalinya. Inem memberontak dan berhasil lepas. Lari. Tapi karena berat badannya ditahan air, Ari langsung menerkam, dan memaksa Inem bersimpuh. Langsung Ari memasukkan penisnya dari balakang dengan posisi doggie style, disertai remasan pada payudara, dan jilatan pada tengkuk Inem. Inem hanya bisa mengerang nikmat.
"Ngggh!", untuk ketiga kalinya Inem menyerah kalah, lalu Ari menukar posisi Inem. Ari di bawah, Inem di atas. Ari membimbing Inem bergerak kedepan dan ke belakang. Ari mempercepat gerakan dan, "Ngghh!", Inem menyeInah untuk kesekian kalinya dengan getaran yang hebat.

"Den, kulo mboten kiat, Den!", Inem benar-benar mengiba. Melihat Inem tidak berdaya, Ari yang belum puas segera memanggil Inah, Adik Inem yang berumur 16 tahun, tapi manis, seksi, menggairahkan, dan sepertinya, masih perawan!, Hmm, Yummy!! Ari berteriak memanggil Inah...",Inah... sini!"..
"Sekedap (sebentar), Den!", Inah tergopoh-gopoh lari ke kolam renang. Rupanya Inah belum tahu apa yang terjadi.

Sampai di pinggir kolam renang, Inah hanya melihat kakaknya telanjang bulat, tergeletak pasrah di kolam renang yang dangkal. Tiba-tiba Ari muncul dari dasar, dan melompat ke darat dengan telanjang bulat. Inah terperangah, terpaku di tempat. Ari segera melepas kebaya Inah dengan hanya sekali rengutan. Payudaranya turun naik, mengikuti gaya yang yang di praktekkan Ari.

Ari mengamati tubuh Inah. Sangat indah. Wajah desa yang ayu, makin manis bila terperangah. Rambutnya yang sepinggang, menambah seksi. Belum lagi tubuhnya. Halus dan indah seperti pahatan pematung terkenal. Lehernya yang jenjang, payudaranya yang penuh, perut kecil, tubuh padat dan indah, ditambah dengan pinggul yang besar. Ari merengut jarik Inah. Terlihatlah kakinya yang indah, paha mulus, dan bulu vagina yang lebat. Ari menciumi leher Inah, payudaranya, mengulum putingnya, dan meremas pantat Inah. "Den, mboten, Den", iba Inah, seperti ibaan kakaknya.

Terlambat, jari Ari memasuki vaginanya. Ternyata masih perawan. Tiba-tiba Inah diceburkan Ari ke kolam. Inah megap-megap. Rambutnya yang basah, menambah besar birahi Ari. Ari menyeburkan diri, mendekai Inah. Inah merapat ke dinding, berpegangan pada lis di tepi kolam. Ari menciumi bibir Inah dengan penuh nafsu, kemudian mengulumnya, seperti hendak dilumatnya. Inah yang belum pernah ciuman, kaget, tapi menikmatinya. Kemudian dengan perlahan Ari memasukkan penisnya yang mengeras ke vagina Inah yang perawan.
"Agggh!", erang Inah, meraskan sakit sekaligus nikmat, karena penis Ari besar dan panjang. Darah keluar, bercampur dengan air, lalu hanyut. Ari bermain gentle, tapi Inah tidak bisa mengimbangi. Dengan berpegang kuat-kuat pada lis, Inah mengejan.
"Ngggh!! Den, nikmat, Den", desah Inah. Ari mulai lagi. Inah memeluk Ari. Ari menjilati leher, menciumi bibir, payudara, mengulum bibir dan puting. Inah mencoba menggoyang. Ari tidak mau kalah. Dipercepat gerakannya dan, "Nggh! Den, sampun (sudah), Den!", Inah mengiba.

Ari tidak peduli. Tubuh Inah diputar hingga membelakangi Ari. Kemudian dimasukkan penisnya, dan mendorong tubuh Inah ke bawah dan ke atas, sembari meraba tubuh Inah yang nyaris sempurna, meremas payudaranya, dan menjilati lehernya. Inah nampaknya menikmati permainan ini. Tapi..., "Ngggh!". Inah mencapai klimaks yang ketiga. Ari menggendong Inah ke bagian dangkal lalu membaringkan di sebelah Inem yang sedang kelelahan. Ari mengambil posisi atas, dan bermain kasar terhadap Inah. Dalam posisi ini, Inah kalah sampai tiga kali.

Ari sekarang di bawah, membantu Inah. Tak lama kemudian, Inah memeluk Ari erat-erat karena sedang menahan cairannya agar tak keluar. Ari juga memeluk Inah, karena merasa air maninya akan keluar dan.., "Awggh!., Ngggh!". Ari dan Inah mencapai orgasme pada waktu yang bersamaan, dan cairan mani membanjiri vagina Inah.

Tapi Ari belum puas, dan menyergap Inem. Inem tidak berdaya. Ari bermain kasar dan..., "Ngggh!., Awgggh!", Cairan hangat dan kental dari Ari dan Inem membanjiri vagina Inem. Ari berdiri, lalu mengambil uang sejumlah empat bulan gaji untuk mereka berdua. Inem dan Inah berterima kasih karena mendapatkan uang sebesar dua bulan gaji!


TAMAT
Selengkapnya...

Kamis, 17 Februari 2011

Suami pergi melulu, istri tidurin ajah

Nama gua Antok. Travel customer service perusahaan penyalur air minum. Bahasa awamnya sopir sekaligus tukang angkat galon air mineral duapuluh liter. Gak heran badan gua kekar. Bos bilang ini namanya company benefit. Sialan. Dulu gua termasuk orang kuliahan, tapi nyerah sebelom kelar. Otak tak mampu, kantong kering, motivasi payah. Jelek-jelek gini gua punya simpenan cewe cantik putih keturunan chinese. Sarjana lulusan perguruan tinggi and berduit. Rumah gedongan pakai AC. Ibu rumah tangga lagi. Apa gak hebat? Temen-temen gua pada bilang, prestasi kaya gitu kok dibangga-banggaain. Gua bales nanya, emangnya elu bisa apah? Gak peduli omongan orang, pokoknya gua pede. Manteb buat nulis di sini biar orang-orang pada tau semua.

Cewe gua namanya Lina. Umur tigasatu, anak umur lima sama tujuh. Biar gitu badan masih ramping. Tetenya kenceng dan pentilnya terjaga baik. Sampe hapal tuch, padahal dulu kalo pelajaran lupa terus. Katanya waktu anak-anak masih kecil pake botol. Yang terpenting itu memenya masih seret. Kok bisa? Bisa ajah berkat kemajuan teknologi operasi sesar. Ada bekas carutan di perut bawah. Kalo gak percaya lihat ajah sendiri. Suami pergi melulu, ikut perusahaan internasional. Katanya harus sering travel, biar cepat naek pangkat. Bodo amat aturan itu, pokoknya suami pergi melulu, istri tidurin ajah. Lagian cewe mana yang gak butuh temen ngobrol. Abis gitu ya lanjuting ke ranjang lah. Gak bener kalo cuma ngomong-ngomong doang. Guru bahasa Indonesia gua dulu bilang, jangan cuman bicara tapi juga kerja. Lupa gimana persisnya, pokoknya gitu maksudnya.

Cewe gua servisnya benar-benar yahood, termasuk kalo lagi gak mood. Pagi-pagi gua dateng nganter galon air. Mana si bibik, tanya gua. Ke pasar, jawabnya males tiduran. Emang bosen yach ditinggal suami melulu. Anak-anak sekolah, tanya gua liatin itu kaki putih mulus. Iyah, katanya sambil lihat TV. Satu tangan maju, masih gak cukup, pakai dua. Naek turun masuk-masuk balik daster. Halus di tangan, mesum di mata. Pantynya warna jambu, pusernya kelihatan lagi, wuih. Kok diam ajah, lagi gak minat yach. Gua gak peduli, kan udah ngaceng. Gua peloroting ajah pantynya. Buang ke ranjang. Gak nolak. Itu rambut menantang mengundang bencana ajah. Copot celana seragam gua, kolor gua. Buang ke ranjang. Si monas udah kenceng naek turun. Sabar ach, bentar lagi juga dapet itu meme istri orang. Angkat dasternya sampe atas pusar, buka dua kaki mulus putih rada lebar. Nurut kok. Gua naekin badannya. Posisi standar lah, kan si cewe lagi gak gairah. Tangan di samping badan, kaki dipas-pasin di antara dua kaki dia.

Helm coklat item gua mulai masukin celah merah jambu. Ssh, suara apa itu keluar dari mulut. Lanjuting terus, masuk separoh. Seret tapi kering, geli tapi kurang nikmat. Gua pompa pelan-pelan, nah tuch mulai basah. Langsung pentokin ajah si rudal. Uuhh. Banter itu suara sampe kepala keangkat dikit. Heheh. Pompa lagi rada kenceng. Nah, ini baru namaya licin rapet anget nikmat. Gua lirik ke bawah, badan gua yg item kasar numpukin badan dia yang putih halus. Serasa berkuasa gitu, bagaikan orang penting ajah! Biar mesra dikit, gua cipokin mulutnya. Dibales lagi. Nikmat buanget. Sedot-sedot lidah, nah tuh tangan pegangan punggung gua, mulai menikmati yach. Gua jilatin mukanya yang putih. Tambah kenceng goyang pinggul gua sampe kaki doi keangkat-angkat. Nempel lepas jembut gua ke si kecil itil. Teken-teken gesek-gesek biar geli-geli. Nah tuch bener khan, kakinya jadi ngerangkul ke bokong gua. Kalao ada orang ngintip, gua gak bisa dituduh memperkosa. Liat tuch posisinya kakinya kaya gitu, tul hak?. Tarik lagi, seret, licin. Amblas lagi, geli-geli, uenak bener. Cantik putih, istri orang lagi. Kapan lagi.

Gunung merapi mau meletus. Gua angkat badan gua sampe tangan lurus kenceng, perut bawah nempel ketat. Digoyang yach Lin, bisik gua jorok, gua mau kkluarrr nich. Gak perlu diperintah dua kali, kakinya diturunin. Gua lirik ke bawah lagi, pinggulnya yang bulat seksi putih mulai goyang naek turun. Buset. Gak kecepatan yang bikin punya gua sakit. Kan lagi peka-pekanya gitu. Gak terlalu pelan juga yang bikin kurang manteb ngecrotnya. Pokoknya paslah. Crot pertama. Pembukaan. Prrrottthhh dua kali. Yang ini paling banter sampe badan kejang and pantat ampir kram. Sambil digoyang lagi, geli-geli buanget dech helm gua! Peju gua yemprot dalem-dalem. Kalo gak diikat itu rahim abis operasi sesar dulu itu udah pasti hamil eluh. Gua tinggal kabur pastilah. Crot lagi. Crot, crot, rada dikit. Dikit lagi, dikit lagi. Tes, tes. Naaah abis jugah, gak mau rugi maksudnya. Badan ambruk. Punggung keringatan, torpedo masih nancep. Masih ajah digoyang tapi sambil pelan-pelan dibrentiin. Biar punya gua gak kaget gitu. Abis istirohat, gua pake pakaian. Gua sedot bibirnya tanda trima kasih. Tinggalin permen coklat buat anak-anak. Terus balik kerja. Ini baru yang namanya company benefit! Gimana rekan-rekan, hebat khan pengalaman gua? Entar nulis lagi pengalaman sama cewe gua ini waktu dia lagi mood. Lebih lengkap and rame, tunggu ajah.
Selengkapnya...