tag:blogger.com,1999:blog-21724634530525953472024-03-13T13:17:12.227-07:00WeWsex is my lifebilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.comBlogger41125tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-7576117475590471262011-02-19T03:17:00.001-08:002011-02-19T03:17:48.103-08:00Pesta Seks KejutanHari itu adalah hari Minggu sebulan setelah peristiwaku di vila bersama Pak Imam dan Muklas ,selama ini aku belum ke sana lagi akibat kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi bersama 2 orang teman cewekku yaitu Kiki dan Indah, kami semua adalah teman akrab di kampus, sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si Ratna yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara dengan keluarganya.<br />
<br />
Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-sama penggemar seks, Kiki dikaruniai tubuh putih mulus tinggi semampai dengan buah dada yang bulat montok berukuran 38B yang membuat pikiran kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah mereka karena Kiki tidak sulit diajak ‘naik ranjang’ karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP. Sedangkan Indah mempunyai wajah yang imut dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun tidak kalah dari Kiki walaupun payudaranya lebih kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Indah termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok, sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-ceritaku dulu.<span class="fullpost"> <br />
<br />
Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Kiki protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Indah yang ikut mendukung Kiki karena pacarnya juga tidak boleh diajak.<br />
“Emangnya lu ngundang siapa lagi sih Ni, masa si Chevy aja ga boleh ikutan ?” kata Indah<br />
“Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih” timpal Kiki<br />
“Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh ! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh”<br />
Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Imam dan Muklas.<br />
<br />
Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Imam lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Imam tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Imam seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Kiki yang hari itu pakaiannya seksi berupa rok mini dan sebuah tank top merah berdada rendah sehingga payudaranya seakan mau keluar. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Muklas. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.<br />
<br />
“Eh…sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk” ajakku pada mereka<br />
Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya<br />
“Wei…gila lo Ni, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana ?” tegur Indah<br />
“Iya Ni, lagian kan kalo si tua Imam itu dateng gimana tuh” sambung Kiki<br />
“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Imam udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti” bujukku sambil menarik tangan Kiki<br />
Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Kiki baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.<br />
<br />
Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.<br />
“Ni, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Kiki<br />
Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.<br />
“Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Imam dan Muklas segera kesini karena pesta akan segera dimulai.<br />
<br />
“Iya neng, kita segera ke sana” sahut Muklas sambil menutup gagang telepon<br />
Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.<br />
“Wah udah ga sabaran nih, dari tadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng” kata Pak Imam<br />
“Pokoknya yang payudaranya gede itu buat saya dulu yah neng” ujar Muklas merujuk pada Kiki.<br />
"Saya juga mau yang dadanya aduhai itu neng" lanjut Pak Imam<br />
“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok” kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu”<br />
Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Kiki. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Kiki masih berendam di air.<br />
<br />
“Ki, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih” pintaku padanya “lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana”<br />
Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Imam dan Muklas yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Kiki memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.<br />
“Kenapa Ni, ada perlu apa emang ?” tanyanya.<br />
“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka. Sebelum Kiki sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Kiki yang terkejut tentu saja meronta-ronta , namun pemberontakkan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.<br />
<br />
Pak Imam dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Muklas berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Kiki.<br />
“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng” komentar Muklas sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Kiki, diperlakukan seperti itu Kiki cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Imam begitu kokoh.<br />
“Hei, jangan rakus dong Klas, dia kan buat Pak Imam, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana” kataku padanya<br />
Mengingat kembali sasarannya semula, Muklas menurunkan kembali kaki Kiki dan bergegas menuju ke kolam.<br />
“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu” godaku<br />
<br />
Setelah Muklas keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Imam langsung menghempaskan dirinya bersama Kiki ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Muklas. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Muklas, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.<br />
“Jangan…tolong !!” jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Muklas<br />
Muklas dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat Muklas menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Indah tentu saja bukan tandingan Muklas yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Indah mengendur setelah Muklas mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Muklas menggerayangi tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Muklas memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya.<br />
<br />
Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Imam dan Kiki untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Kiki juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Imam. Waktu aku menghampiri mereka Pak Imam sedang menjilati paha mulus Kiki sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Kiki.<br />
“Aduh Ni…tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini…ahhh !!” kata Kiki ditengah desahannya<br />
“Tenang Ki, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong” kataku seraya melumat bibirnya<br />
<br />
Aku berpagutan dengan Kiki beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Imam mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Kiki secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Kiki tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.<br />
“Hhhmmhh…tetek Neng Kiki ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng” kata Pak Imam disela aktivitasnya.<br />
Memang sih diantara kami bereempat, payudara Kiki termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Imam pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Kiki ditelan olehnya dan Pak Imam juga mengocok penisnya diantara himpitan payudara montok Kiki….ach..aach..desah Kiki yang sangat menikmati kocokan penis di payudaranya.<br />
<br />
Puas menetek pada Kiki, Pak Imam bersiap memasuki vagina Kiki dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Kiki dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.<br />
“Ouch…sakit , duh kasar banget sih babu lu” Kiki meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Imam mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu<br />
“Tahan Ki, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Imam.<br />
Pak Imam menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Kiki pun tidak bisa menahan jeritannya, Kiki kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Imam mulai menggarap Kiki dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Kiki menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh…aku mendesah merasakan jari-jari Kiki menggerayangi kemaluanku.<br />
<br />
Aku lalu naik ke wajah Kiki berhadapan dengan Pak Imam yang sedang menggenjotnya. Kiki langsung menjilati kemaluanku dan Pak Imam menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Kiki, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Kiki pada vaginaku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Kiki juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.<br />
<br />
Aku mendesah tak karuan marasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Imam merambat naik dari dadaku hingga hinggap di bibirku, kami berCiuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.<br />
“Aahh…oohh…gua dah mau…Pak !!” erang Kiki bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.<br />
Melihat reaksi Kiki, Pak Imam semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan segera menyusul Kiki, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Kiki mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Kiki. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Imam semakin liar.<br />
<br />
Setelah aku ambruk ke samping, Pak Imam menindih Kiki dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Kiki, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.<br />
“Hhmmpphh…sluurrpp…cup…cup…” demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Imam cukup pengertian akan kondisi Kiki yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.<br />
<br />
Permainan Pak Imam sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Kiki terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan penis sedangkan Kiki dikocok dengan jari-jarinya. Kiki membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Imam bermain lebih leluasa.<br />
“Aduhh…aahh…gila Ki…enak banget !!” ceracauku sambil merem-melek<br />
“Oohh…terus Pak…kocok terus” Kiki terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.<br />
<br />
“Yak…dikit lagi…aahh…Pak…udah mau” aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks<br />
“Neng Nia…Neng Kiki…bapak juga…mau keluar…eerrhh” geramnya dengan mempercepat gerakkannya.<br />
Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Kiki berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Kiki berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Kiki menikmati penis Pak Imam. Kiki mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati ‘sosis’ itu.<br />
<br />
Di tengah kulumannya mendadak Kiki merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Imam mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan<br />
“Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak kalo rebutan gini” katanya terbata-bata<br />
Setelah tidak ada yang keluar lagi Kiki menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Imam jatuh tepat di dada Kiki.<br />
<br />
Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indah dan Muklas. Aku tiba di kolam melihat Muklas sedang menggarap tubuh mungil Indah. Di daerah dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Muklas dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Muklas yang buruk rupa tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.<br />
“Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih ?” sapaku<br />
“Edan Ni…gua sampe klimaks tiga kali…aahh !!” desah Indah tak karuan<br />
“Neng….temennya enak banget, udah cantik, memeknya seret lagi” komentar Muklas sambil terus menggenjot.<br />
<br />
Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Muklas menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indah naik turun berkali kali mengikuti gerakan Muklas. Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Indah, Muklas memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.<br />
“Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja daripada ngocok sendiri”<br />
<br />
Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya.<br />
“Gila nih kontol, masih keras juga…udah keluar berapa kali tadi ?” tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih ‘lapar’ itu.<br />
“Baru sekali tadi…abis saya masih nungguin neng sih” godanya saambil nyengir.<br />
Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.<br />
<br />
Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Muklas ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Muklas mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.<br />
<br />
Kalau dibandingkan dengan Pak Imam, memang sodokan Muklas lebih mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada Pak Imam yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga…ternyata si Kiki, dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai payudaranya menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah serangan Muklas yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Muklas memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.<br />
<br />
Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Muklas yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Kiki dan Pak Imam sudah tak nampak lagi, di sisi lain Indah yang sudah pulih merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.<br />
<br />
Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur. Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Indah, filenya akan disimpan dalam komputer Indah untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Imam dan Muklas kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Kiki melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Kiki.<br />
<br />
Kiki sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Muklas menyusupkan tangannya ke kimono Kiki meraih payudaranya yang tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Imam menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Kiki dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Kiki terhenti, kini dia malah mengelus-elus penis Muklas yang menegang sambil memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Imam dan dadanya diremas Mulkas. Aku melihat lidah Pak Imam menjalar jari belahan bawah hingga puncak kemaluan Kiki, lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya. Kiki tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan penis Muklas ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Indah dengan kamera-HP nya.<br />
<br />
Kiki terengah-engah melayani penis super Muklas, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Indah sebagai juru kameranya. Pak Imam yang baru saja melepaskan kolornya menggesek-gesekkan benda itu ke payudara Kiki, sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Kiki terpampang begitu Muklas menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Imam mempergencar rangsangannya dengan menCiumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Kiki yang sudah kesurupan ‘setan seks’ itu jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu<br />
<br />
“Ahhh…awww…Pak enak banget….masukin aja sekarang !!” rintihnya manja sambil meraih penis Pak Imam yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.<br />
Pak Imam pun mendorong penis itu membelah kedua belahan kemaluan Kiki diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Indah yang juga sudah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Kiki nampak sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, dan Muklas yang menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya. Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Muklas, lalu melumat leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Kiki tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada penis Muklas.<br />
<br />
Serangan Pak Imam pada vagina Kiki semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat<br />
“Aaakhhh…aahhh !!” jerit Kiki dengan melengkungkan tubuhnya ke atas<br />
Kiki telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Imam yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga direkam oleh Indah, difokuskan terutama pada wajah Kiki yang sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Muklas menaikkan Kiki ke pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Kiki dikocok oleh penis Muklas. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Muklas. Muklas yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Kiki menikmati pijatan kemaluannya. Pak Imam mengistirahatkan penisnya sambil menyusu dari kedua payudara Kiki secara bergantian. Aku semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku.<br />
<br />
Bosan dengan gaya berpangkuan, Muklas berbaring telentang dan membiarkan Kiki bergoyang di atas penisnya. Kemudian dia menyuruh Indah naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Indah yang daritadi sudah terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu. Seluruh wajah Muklas tertutup oleh daster transparan Indah, namun aku masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju payudaranya. Pak Imam yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling sambil berCiuman penuh nafsu. Dengan tetap berCiuman Pak Imam memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus menjilati leherku. Aku masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.<br />
<br />
Aku melihat Muklas masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya kali ini Indah sudah bertukar posisi dengan Kiki. Sekarang mereka saling berhadapan, Indah bergoyang naik turun diatas penis Muklas sambil berCiuman dengan Kiki yang mekangkangi wajah Muklas. Kiki membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Muklas sampai terdengar suara sluurrpp…. sshhrrpp…Ketika aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali. Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah sadar ketika Pak Imam menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Kiki sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang mengalir bak mata air.<br />
<br />
<br />
<br />
Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Muklas menyodok memek Kiki tubuh keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk aku pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Kiki maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Indah yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk membangunkannya.<br />
“Gimana Dah…puas semalem ?” tanyaku<br />
“Gila gua dientotin sampe kelenger , barbar banget tuh dua orang, eh…omong-omong pada kemana yang lain si Kiki juga ga ada ?”<br />
“Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu yuk…udah lengket gini” ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba menempel di sana.<br />
<br />
Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Kiki dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Kiki sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi. Muklas sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Imam berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus ‘bekerja’. Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti Indah dari belakang. Air hangat mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Indah. Demikian juga Indah dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.<br />
<br />
Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.<br />
“Uuhh...Ni !!” dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling berhimpit.<br />
Tangan Indah yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat ditambah lagi adegan panas Kiki dengan kedua pria itu membuatku makin naik. Indah mendekatkan wajahnya padaku dan menCium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku memutar badanku membelakangi Indah supaya bisa lebih nyaman menonton Kiki.<br />
<br />
Aku melihat wajah horny Kiki yang cantik, dia meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak Imam pada vaginanya, sementara Muklas hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Kiki. Mataku tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Indah pada daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku, putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Indah yang mengobok-obok vaginaku dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.<br />
<br />
Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di vaginaku ketika Muklas yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Kiki berjalan ke arahku, penisnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di payudara kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda. Lalu aku merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Indah tapi penis Muklas yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri sambil digerayangi Indah dari belakang. Tubuhku seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira.<br />
<br />
Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Indah dan Kiki keluar dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga aku dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya ampun...ternyata mereka sedang bermain ‘short time’ sambil menungguku.<br />
<br />
Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Imam menyodokinya dari belakang sambil memegangi payudaranya yang tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Kiki berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Muklas yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka, Muklas menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi payudara dan pantatnya.<br />
“Weleh...weleh...masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita” kataku sambil geleng-geleng kepala.<br />
“Tengan neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja kok” tanggap Pak Imam dengan terengah-engah<br />
<br />
Akhirnya setelah 15 menitan Pak Imam melepas penisnya dan memanggilku untuk bergabung dengan Indah menjilatinya. Aku tadinya menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya aku berjongkok di sebelah Indah.<br />
“Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur” kataku padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu<br />
Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Imam menggeram dan cepat-cepat kuberikan penis itu pada Indah yang segera memasukkan ke mulutnya. Pria itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke mulut Indah, Indah sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu lama mengisapnya.<br />
“Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah ?” ujar Kiki yang sudah merapikan kembali pakaiannya.<br />
Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si Ratna yang hari ini absen. </span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-80468243199179890122011-02-19T01:10:00.000-08:002011-02-19T01:10:01.751-08:00Sales GirlPagi ini aku duduk didepan rumah ketika tiba tiba liwat didepanku Siska, seorang cewek yang bekerja sebagai penjual kosmetik disebuah supermarket. Ia tersenyum manis melihatku, aku hanya bisa mengangguk saja ketika ia menyapaku. Padahal sebenarnya aku sangat tertarik sekali kepadanya.<br />
<br />
Siska benar benar cewek yang seksi sekali, badannya tidak terlalu tinggi, tetapi kulitnya putih dan montok. Keberaniannya untuk memakai rok mini membuat aku selalu ingin mengetahui apa yang ada dibalik roknya yang sangat minim itu. Namun semuanya hanya menjadi lamunanku saja, karena selama ini kami hanya bertegur sapa dijalan saja. Namun saat ini , ketika isteriku tidak dirumah dan keadaan benar benar sepi, keberanianku mendadak muncul. Saat itu Siska yang sudah berjalan agak jauh melewati rumahku aku kejar dan aku panggil, dia menoleh.<span class="fullpost"> <br />
<br />
Mulanya dia agak ragu, namun ketika aku memanggilnya lagi, ia segera kembali dan mendatangi aku. Didepan pintu pagar ia bertanya sopan ..ada apa Oom, kok tumben manggil. Aku hanya tersenyum dan membalasnya, kamu mau masuk kerja ya, kok udah rapi jam berapa sih masuknya...mampir dulu dong. Saat itu memang dia sudah sangat rapi dan cantik sekali, wajahnya yang putih tidak terlalu kena makeup namun justru memancarkan keseksiannya sebagai akibat dari rok mini serta blouse yang dipakainya. Dia tersenyum dan mengatakan kalau memang dia berangkat agak pagi karena mau mampir kerumah temannya untuk suatu keperluan. Aku mempersilahkan dia masuk dan dia menurut saja, bahkan dia tanya...Ibu dimana...kok sepi... Aku jawab dengan ringan kalau isteriku sedang keluar kota. Kulihat dia hanya mengangguk angguk saja, kugiring dia duduk diteras samping rumahku yang lebar dan rimbun itu.<br />
<br />
Kita duduk disini saja ya, biar santai, sambil saya ganti pakaian dulu. Dia segera duduk disofa sambil tangannya meraih majalah yang ada disitu. Aku jadi agak senang, karena majalah yang diraihnya itu adalah majalah porno yang aku dapat dari luar negeri. Didalam aku segera mengganti piyamaku dengan kaos dan celana pendek tanpa celana dalam, karena aku berniat memanfaatkan saat ini untuk menikmati keseksiannya. Ketika aku keluar, kulihat dia masih asyik memperhatikan majalah porno itu, dari belakang kuperhatikan gambar apa yang menjadi perhatiannya, ternyata gambar cewek yang sedang dijilati nonoknya. Dengan bergaya tidak tahu aku segera duduk didepannya. Siska tertawa menyeringai sambil berkata : "aduh Oom majalahnya kok serem sekali ya". Aku tidak menanggapi, tetapi aku hanya tersenyum saja. Aku membuka omongan dengan menanyakan dimana dia bekerja sebenarnya, lalu produk apa saja yang kira kira bisa aku pakai dari omong omong itu aku tahu kalau dia bekerja di Sarinah dicounter kosmetik mahal untuk pria . Dalam sekejap aku sudah menghabiskan uang 800 ribu untuk memesan kosmetik pada dia. Siska sangat senang karena aku demikian boros membelanjakan uangku untuk kosmetik itu, entah disengaja entah tidak, duduknya mulai tidak rapi sehingga pahanya agak renggang. Saat itu aku sekilas melihat celana dalamnya yang berwarna kuning, kontolku langsung bergetar karena pemandangan yang sekilas itu.<br />
Ketika kurasakan sudah cukup aku membuat dia masuk dalam pengaruhku, akupun mulai melaksanakan jebakan yang aku rencanakan tadi.<br />
<br />
"Siska, kamu suka berenang nggak ? Dia menjawab spontan..suka sekali Oom kenapa ya ? Aku menjawab lagi, enggak Oom punya baju renang yang bagus sekali yang Oom beli di Amerika, tetapi Tante tidak berani memakainya, kamu mau ya ? Mau saja Oom, asalkan tante nggak marah kan?" Aku segera mengambil pakaian renang yang aku maksudkan itu, memang aku pernah membeli beberapa baju renang yang seksi dan aku berikan kepada beberapa kenalanku yang berani memakainya, saat ini aku masih mempunyai beberapa buah dan aku pilih yang paling seksi buat Siska. Meskipun pakaian renang ini bukan bikini, tetapi potongannya benar benar akan membuat tubuh yang memakainya jadi menonjolkan keseksiannya.<br />
<br />
Ketika kutunjukkan pada Siska, matanya berbinar binar.. aduh Oom bagus sekali ya, tetapi ini pasti mahal sekali harganya. Aku hanya mengangguk kataku, biar mahal kalau yang memakai pantas kan jadi tambah bagus. Kalau Siska nggak keberatan, Oom kepengen lihat Siska pakai pakaian renang ini mau kan ?<br />
Siska pertamanya agak ragu ragu mendengar tawaranku itu, tetapi akhirnya dia bertanya, dimana saya bisa ganti Oom. Disini saja diruang tamu, aku sengaja menunjuk kedalam ruang tamuku. Oom tunggu disini ya katanya. Aku hanya mengangguk dan<br />
<br />
Siska masuk keruang tamuku untuk mencoba pakaian renang itu. Aku menahan diriku untuk tidak masuk kedalam melihat Siska ganti, karena aku kuatir dia lepas dari perangkapku itu. Dengan hati berdebar debar aku menunggunya keluar, namun ternyata ia tidak kunjung keluar juga. Tiba tiba kudengar Siska memanggilku...Oom , Oom kesini saja Siska malu keluar. Aku tergesa gesa masuk keruang tamuku. Kulihat pakaian Siska bergeletakan dilantai sementara tubuhnya sudah dibalut pakaian renang yang aku berikan itu. Benar benar pas buat Siska, buah dadanya yang besar itu menggantung manja dibalik pakaian renang itu dan dari samping sebagian buah dadanya menyembul keluar. Secara tiba tiba Siska mengangkat kedua tangannya untuk membetulkan letak rambutnya yang kacau, saat itu aku melihat kerimbunan bulu ketiaknya. Kontolku langsung ngaceng penuh melihat ketiak Siska ini, Tetapi aku masih coba menahan nafsuku dulu, dengan tenang kutarik ia keluar ruang tamuku agar keluar keteras. "Disini lebih jelas Siska, kan pakaian renang memakainya diluar ruangan bukan didalam". Ia hanya tertawa tetapi menurut saja ketika kutarik itu. Diluar kubiarkan ia berdiri sambil bersandar ditembok sementara mataku menatap keindahan tubuhnya yang hanya dilapisi pakaian renang itu.<br />
<br />
Ternyata pakaian renang itu tidak dapat menyembunyikan pentil susu Siska yang tampak menonjol itu dan juga potongannya yang berani menyebabkan sebagian bulu kemaluan Siska yang hitam keriting itu keluar disisi paha tanpa disadari oleh pemiliknya. Aku tertawa sambil berkata, aduh Siska..bulumu luar biasa ya..sampai keluar semua tuh ! Siska agak terkejut dan melihat kearah yang kutunjuk, tangannya berusaha menutupi bagian itu tetapi aku segera mendekatinya dan kupegang bahunya sambil bertanya lagi. Memangnya lebat ya Sis kok sampai keluar semua. Siska menjawab enteng juga, "habis pakaian renangnya seksi sih jadi ya mestinya dicukur sedikit biar nggak keluar semua".<br />
<br />
Aku bilang pada Siska : "Sudah Sis sana kamu ganti saja dengan pakaianmu sendiri". Kalau tadi aku tidak mengikuti ketika<br />
<br />
Siska mencoba pakaian renang, saat ini aku ikut masuk dan menunggunya ganti. Siska berkata.."lho Oom kenapa kok disini..Oom keluar dulu dong Siska mau ganti" katanya manja. Aku diam saja.."sudahlah apa bedanya telanjang dengan pakai pakaian renang ini, toh Oom sudah bisa membayangkan didalamnya". Siska memang berani sambil menyeringai dia segera melepas pakaian renang itu semuanya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat.<br />
<br />
Mataku terbelalak melihat buah dadanya yang montok dan bulu jembutnya yang lebat itu, benar benar diluar ukuran, super lebat dan gondrong. Aku sudah tak tahan lagi dengan sigap aku berdiri dan mendekati Siska, kuremas susunya dan kucium bibirnya. Siska hanya pasrah saja, tanpa tunggu komando lagi celanaku langsung kupelorotkan dan kusuruh Siska memegang kontolku. Siska langsung menggenggamnya dengan halus, aku yang sudah bernafsu segera menarik Siska pelan pelan kesofa sambil tetap berciuman dan Siska masih menggenggam kontolku. Ketika aku sudah berhasil duduk disofa, kusuruh Siska duduk dipangkuanku dan kuselipkan kontolku dibibir nonoknya. Dengan sekali tekan, kontolku amblas diliang nonok Siska. Ternyata Siska memang betul betul sudah nggak perawan, tetapi nonoknya masih terasa seret.. mungkin masih jarang dipakai. Gerakan pantat Siska cepat sekali naik turun sementara ia mencium dan memeluk aku erat erat. Kurasakan hangatnya liang nonok Siska yang masih peret itu, geseran buah dadanya didadaku membuat aku makin bernafsu. Merasakan ganasnya Siska yang menduduki kontolku, aku kuatir kalau aku akan cepat ambrol, dengan tergesa gesa kudorong Siska sehingga ia berdiri dan terlepaslah kontolku dari liang nonoknya. Aku mendudukkan dia diatas sofa dan kuangkat kakinya keatas sehingga membuat nonoknya terkuak lebar dengan bibirnya yang berwarna merah muda sudah mulai berkilat oleh lendir dari nonoknya sendiri. Langsung saja lidahku menjilati itil Siska yang membengkak seperti kacang tanah itu.<br />
<br />
Siska menggeliat sambil merintih, jembutnya yang lebat kusisihkan kesamping sehingga lidahku makin leluasa menyusuri tepi bibir nonok Siska untuk kemudian ujung lidahku kumasukkan keliang nonoknya yang menganga itu. Siska betul betul tidak tahan dengan jilatanku ini, tangannya meremas remas susunya sendiri, sedang mulutnya merintih rintih. Ketika kulihat lendir nonok Siska sudah membanjir, aku berdiri untuk segera menyetubuhi Siska, saat itu tiba tiba saja Siska menangkap kontolku dan langsung dimasukkannya kedalam mulutnya, dihisapnya kontolku kuat kuat. Kuluman Siska tidak terlalu enak, tetapi aku tertegun melihat Siska yang begitu rakus. Aku memuaskan mataku dengan pemandangan yang indah sekali buah dada Siska berjuntai montok dan kenyal sementara bibirnya yang dipulas lipstick tipis mengulum kontolku. Tak tahan dengan semua ini segera kucabut kontolku dari bibir Siska dan kudorong Siska hingga terbaring , pelan pelan kuletakkan kontolku dibibir nonoknya yang berbulu lebat itu, Siska membantuku dengan menyibakkan jembutnya serta menguakkan nonoknya, pelan pelan aku menusukkan kontolku untuk merasakan liang nonok Siska yang hangat itu sampai akhirnya kontolku mencapai dasar nonok Siska. Siska mengangkat kakinya tinggi tinggi dan pantatnya mulai diputar kekiri dan berganti kekanan. Aku tidak sempat merojokkan kontolku, karena goyangan Siska yang alami membuat aku tidak mampu menahan rasa nikmat yang luar biasa ini, aku hanya mampu menghisap pentil susu Siska sementara air maniku menyembur keluar oleh empotan dan goyangan Siska itu. Aku tahu kalau Siska belum mencapai kepuasan, tetapi aku tidak perduli, yang penting aku puas dan aku sudah membayarnya.<br />
Benar saja, setelah beberapa lama aku terhanyut oleh rasa nikmat yang diberikannya, Sisca segera mendorongku dan mengatakan kalau dia mau segera pergi, bahkan dia minta ijin padaku untuk mandi terlebih dahulu. Aku hanya mengiakan apa yang diminta Siska, rasanya aku masih terbius oleh semua ini. Satu kalimat yang aku pesankan pada Siska, sering seringlah mampir, pasti ada bonus yang menarik untuknya bila selalu membuatku puas seperti pagi ini<br />
<br />
T H E E N D </span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-39515763029521213322011-02-19T01:09:00.001-08:002011-02-19T01:09:28.630-08:00Liana, Istri Yang BahagiaSUATU kali di sebuah milis, aku membaca sebuah thread dari seorang pria. Dia minta foto-foto bugil versi voyeurisme. Karena aku punya koleksi, aku kirim lewat japri kepadanya. Dia membalas melalui email, mengucapkan terima kasih dan minta koleksi lain kalau ada. Aku kirim. Balasan selanjutnya, pria itu menceritakan tentang keanehan yang ada pada dirinya. Dia sangat suka mengintip, baik orang yang lagi ML maupun perempuan bugil. Bahkan istrinya sendiri pun dia intip. "Ada kepuasan tersendiri, walau ngintip istri sendiri," tulisnya.<span class="fullpost"><br />
Sejak itu kami sering berkirim email. Aku juga tahu bahwa Om Han tinggal di kota yang sama denganku. Dia selalu bercerita tentang dirinya. Dari situ aku tahu, laki-laki itu agak lemah secara seksual. Dia menyadari betul. Dia baru bisa terangsang secara hebat jika sudah mengintip. Sementara istrinya termasuk perempuan yang amat doyan seks. Selalu meminta, tapi jarang terpenuhi. Suami yang malang. Dia juga tahu istrinya tidur dengan beberapa laki-laki lain.<br />
Keterbukaan Om Han -- begitu aku menyapanya -- semakin lebar. Dia akhirnya membuka rahasia besarnya dengan mengatakan bahwa dia sebenarnya ikut andil dalam perselingkuhan istrinya. Andil? Om Han sendiri yang mengaturnya, menyutradarainya. Sesungguhnyalah istrinya masuk ke dalam jebakan Om Han. "Aku puas melihat bagaimana istriku bergumul dengan laki-laki itu. Aku bahkan terangsang sangat hebat, dan seolah punya kekuatan ganda ketika menyetubuhi Liana sambil membayangkan Liana dimakan laki-laki lain," katanya dalam email.<br />
Om Han adalah seorang pria keturunan. Umurnya sekitar 45 tahun, hanya berselisih dua tahun denganku. Istrinya, Liana, berumur sekitar 35 tahun. Mereka sudah belasan tahun menikah tetapi belum punya anak. Keduanya saling mencintai. Liana adalah tipe istri yang setia sebelumnya. Ya, sebelum Om Han menjebaknya.<br />
Aku sangat suka membaca email-email Om Han. Ceritanya benar-benar seru dan mencengangkan. Tadinya aku mengira, orang-orang "sakit seks" seperti Om Han hanyalah khayalan, atau cerita bohong. Dan pada suatu ketika Om Han menulis email begini: You mau gak meniduri istriku?<br />
Aku terpana. Tidak menyangka akan menerima pertanyaan selugas itu. Tawaran menggiurkan, tetapi sulit untuk aku jawab. Tak mudah mengatakan "Mau". Ada perasaan tidak enak. Selama ini aku telah memposisikan diriku sebagai seorang "sahabat", tempat curhat. Bagaimana mungkin aku harus meniduri istrinya? Terminologinya seolah aku merampas wilayah Om Han. Aku juga membayangkan bagaimana rasanya kalau istriku ditiduri pria lain. Uhhh....<br />
"Tetapi semua itu juga tergantung nasib. Maksud saya, kalau Liana mau. Kalau dia merasa tak selera dengan Bung Andy, yaa you harus mengerti," tulis Om Han.<br />
Dalam email-emailku selanjutnya aku tidak mengatakan secara tegas bahwa aku mau. Aku tidak yakin, ada perasaan khawatir, ada ketidakpercayaan. Om Han tampaknya menilai aku mengkhawatirkan wajah istriku. Makanya dalam email selanjutnya dia kirim foto istrinya. Seorang perempuan keturunan Tionghoa yang cantik. Bahkan kiriman selanjutnya sangat mencengangkan. Foto Liana selagi tidur, hasil "intipan" Om Han. Difoto dari berbagai pose, termasuk yang menampakkan paha mulus dan CD-nya.<br />
Seperti sudah kuungkapkan di depan, semua perselingkuhan Liana atas prakarsa diam-diam Om Han. Om Han yang memberi jalan bagaimana pertemuan antara Liana dengan kekasih gelapnya terjadi, dan seterusnya sampai berlanjut ke kamar hotel. Baik, aku ceritakan saja tentang apa yang aku alami.<br />
Setelah aku menerima tawaran Om Han (dengan malu-malu), akhirnya Om Han mengajukan beberapa syarat. Pertama, semua harus diatur oleh Om Han. Aku tinggal menjalani semua skenarionya. Jika aku melanggar, maka semuanya batal.<br />
"Jika semua lancar dan aku merasa puas, aku bahkan akan membayar Bung Andy dengan uang yang cukup,' katanya. Kedua, aku harus menjaga kerahasiaan. "Kita mencoba mencari kesenangan. Semua harus bersenang-senang, dan berakhir penuh kesenangan. Aku tidak mau ribut-ribut." Aku setuju dengan syarat-syaratnya.<br />
Komunikasiku dengan Om Han selanjutnya dilakukan lewat HP. Om Han menceritakan kebiasaan istrinya, kesukaannya. "Itu harus you pahami agar bisa menaklukkan istriku." Dari situ aku tahu banyak kepribadian dan kebiasaan Liana.<br />
Liana termasuk perempuan pemalu, tetapi sangat suka dipuji. Sebagaimana perempuan Tionghoa lainnya, Liana agak membatasi diri terhadap pria non-Tionghoa. Karena itu Om Han minta supaya aku sangat berhati-hati.<br />
Liana punya kegiatan berenang setiap hari Rabu. Om Han memberi tahu tempat berenangnya. Dia biasa makan di resto kolam renang selepas berenang. Dia selalu membawa mobil Peugeot 206 hijau metalik, nomor XXXX. "Kalau ada prempuan turun dari mobil itu, dialah Liana," kata Om Han.<br />
Om Han menyarankan aku supaya juga berenang, dan sesekali mendekat ke arah Liana supaya perempuan itu mulai terbiasa dengan wajahku. Tetapi jangan buru-buru melakukan pendekatan di kolam renang. Lebih baik di resto. Dan sebelum aku melakukannya, aku mesti meminta izin kepada Om Han.<br />
Akhirnya Rabu pagi itu aku mengontak Om Han, mengatakan bahwa aku akan ke kolam renang. Om Han setuju, dan mengingatkan kembali tentang apa-apa yang harus dan tidak harus aku lakukan. "Selamat berburu. Semoga sukses Bung Andy," katanya. Sekitar jam 10 aku membolos kerja, hanya untuk mencari perempuan bernama Liana. Sengaja aku datang agak pagi supaya tidak keduluan Liana. Aku memarkir mobil, dan menunggu. Sekitar 30 menit kemudian datangah mobil yang aku tunggu.<br />
Seorang perempuan dengan tinggi badan sekitar 160cm turun dari mobil. Rambutnya sebahu. Kulit putih bersih dan tubuh yang padat berisi. Dia menenteng sebuah tas. Setelah dia masuk ke area kolam renang aku menyusulnya. Masuk ke ruang ganti dengan buru-buru supaya bisa mengikuti Liana. Soalnya aku takut keliru dengan perempuan lain. Maklum hanya sekilas tadi aku melihat wajah Liana.<br />
Setelah mengenakan pakaian renang, akupun mencebur ke kolam. Berenang. Tidak banyak orang. Hanya beberapa yang berenang, itupun hampir semuanya orang-orang chinese. Aku lihat perempuan menuju kolam. Liana. Gila, bodinya bener-bener membuatku ngiler. Alangkah sedapnya bisa meniduri dia. Perempauan itu sudah membasahi tubuhnya dengan air. Pakaian renangnya benar-benar mengeksplorasi keindahan tubuhnya. Dia segera mencebur, dan berenang gaya dada. Memperhatikan Liana, jantungku berdebar-debar. Aku tidak berani bertindak. Aku ikuti saran Om Han. Awalnya jarak start kami sekitar 3 meteran. Tetapi ketika berbalik arah aku sengaja landing mendekat ke arah dia. Lalu pura-pura istirahat, menunggu Liana datang. Setelah beberapa kali, akhirnya terjadilah. Liana tersenyum kecil ke arahku. Aku membalasnya. Mungkin itu dia lakukan karena memang tak banyak yang berada di kolam, dan kami selalu berdekatan posisi. Makin lama makin sering kami melempar senyum, dan aku mencoba untuk menyapanya.<br />
"Gerakannya bagus sekali. Dulu les ya ci?" kataku memuji. Dia tersenyum tapi tidak menjawab dengan kata. Aku tinggalkan dia dan mengambil gaya kupu-kupu. Aku ingin menarik perhatiannya. Ini adalah gaya yang paling sulit. Tak banyak yang bisa melakukan kecuali pernah ikut les. Rupanya dia memperhatikanku.<br />
"Mas tuh yang pernah les," katanya. Aku senang sekali.<br />
"Sudah lama sih," jawabku. Pura-pura tak acuh, aku kembali mengayunkan tangan dan kaki menjauh darinya. Liana masih di sana. Mungkin mulai kecapekan. Ketika kembali ke tempat semula aku mendekati Liana.<br />
"Sering berenang ke sini ya ci?"<br />
"Ya kadang-kadang aja."<br />
"Ooo, saya baru kali ini. Biasanya di Graha. Tapi pengin suasana baru. Ternyata di sini enak. Sepi dan airnya jernih," kataku.<br />
"Di Graha juga jernih kan?<br />
Percakapan ringan terjadi. Kami mulai agak akrab. Sampai akhirnya kami berada di resto. Dia memesan mie titee, dan aku pisang goreng.<br />
"Laper kalau habis berenang," kataku. Liana membungkus tubuhnya dengan handuk. "Kok sendirian aja ci?"<br />
"Iya saya biasa sendirian," sahutnya.<br />
"Gak dianter pacar? Ga kerja?"<br />
"Pacar, saya sudah bersuami kok. Suami saya kerja saya ibu rumah tangga."<br />
"Hah? Sudah bersuami? keliatannya kayak bujangan. Emang umur cici berapa? Aku berbohong, sekadar untuk membuatnya bangga.<br />
"35 tahun."<br />
"Ahh bohong. Masih muda gitu."<br />
Percakapan itu berjalan lancar. Kami juga sempat tukar-menukar nomor HP. Kami berjanji akan bertemu lagi Rabu pekan depan.<br />
Aku ceritakan semuanya ke Om Han yang terjadi hari itu. Om Han juga senang dan memujiku sebagai pria yang gentle. "Kayaknya you mau sukses. Teruskan saja." Om Han juga mengizinkan aku untuk berkomunikasi lewat HP dengan istrinya. Yang penting. Aku tidak boleh berkencan tanpa sepengetahuannya. Aku juga dilarang bercerita soal keterlibatan Om Han, karena Liana bisa tersinggung. "Nanti bisa bisa buyar semuanya," kata Om Han.<br />
Komunikasi lewat SMS dengan Liana berjalan lancar. Bahkan sudah mulai mesra, sampai kahirnya aku mengajaknya untuk berkencan. Ajakanku diterima, dan aku melaporkan itu kepada Om Han. Akhirnya Om Han memintaku bertemu dengannya. Aku menemui Om Han di sebuah kafe pada sore hari. Om Han berbadan tinggi. Wajahnya biasa saja. Sejak semula aku menduga dia orang yang sangat kaya. Dan itu terbukti ketika aku bertemu untuk pertama kalinya. Dia mengendarai BMW jenis SUV warna hitam. Mobil yang gagah sekali. Limited edition. Dia senang sekali bertemu denganku. "Maaf Bung Andy, kayaknya Bung Andy menjadi pria Jawa pertama yang meniduri Liana. Selama ini yaa sesama chinese," katanya. Setelahnya Om Han akan mengatur jadwal kencanku dengan Liana.<br />
"Aku yang booking kamar, tapi nanti bilang sama Liana, you yang booking," kata Om Han.<br />
Ternyata aku harus booking kamar di Hotel X. Kenapa tidak di Hotel Y, rupanya inilah tak-tik Om Han untuk mengintip aku dan Liana. Om Han membooking dua kamar. Satu untuk aku, satu lagi kamar sebelahnya untuk dia dan peralatan mengintipnya. Dan ... ini yang tidak disadari Liana. Di dalam mobil Liana telah terpasang kamera pengintip yang tersembunyi. Kamera ini terhubung melalui sinyal ke dalam monitor yang ada di tangan Om Han. Dia tahu semua yang terjadi di mobil istrinya. Ini baru aku ketahui beberapa hari setelah kencan terjadi. Itu pun atas pemberitahuan Om Han. Karena itu Om Han minta supaya kencan dilakukan dengan mobil Liana, sehingga sepanjang perjalanan menuju hotel, Om Han mengetahui apa yang terjadi. Benar-benar luar biasa laki-laki tajir itu. Sepanjang perjalanan aku dan Liana memang sudah saling cubit, saling remas. Bahkan aku yang pegang kemudi digoda dengan remasan-remasan nakal di kontolku. "Ayooo.. keluarin di mobil aja..." Liana tertawa.<br />
"Dodol ah..." jawabku. Singkat cerita aku dan Liana telah memasuki kamar hotel. Tak sabar rasanya ingin segera ******* Liana. Sejak dalam perjalanan nafsuku sudah meledak-ledak.<br />
Begitu pintu kamar aku kunci, aku langsung mendekap Liana dari belakang, dan aku hujani tengkuknya dengan ciuman penuh nafsu. Liana terpekik. Tas tangannya terjatuh. Dia membalikkan badan dan menyambut dengan penuh gelora ciuman bibirku. Kami berpagutan. Aku lepas blus yang membungkus tubuhnya. Juga bra yang membungkus bukit kembarnya. Toketnya yang putih dengan puting warna pink menyembul. Masih kenceng, seperti puting gadis perawan. Aku dengan rakus melumatnya. Aku tak peduli lagi bahwa apa yang aku lakukan ini diintai dengan kedua mata Om Han, suami Liana.<br />
Aku rebahkan tubuh Liana, kulucuti semua pakaiannya hingga tak satu helai benang menempel di tubuh putihnya. Aku jilati semuanya. Semua. Benar-benar baru kali ini aku melihat tubuh seputih itu. Bahkan di antara selangkangan, seputar anus, nyaris tanpa warna coklat atau hitam. Tak ragu-ragu, aku jilati seluruh memek dan isinya, juga seputar anusnya. Liana menggelepar-gelepar tidak karuan. Dia meminta kontolku, dan dikulumnya dengan rakus.<br />
"Agghhhhh...." Aku mengeluh panjang. Kuluman yang luar biasa. Tampaknya Liana sangat pintar. Kontolku terbenam seluruhnya ke dalam kerongkongannya. Kontolku memang tidak terlalu besar dan panjang. Ya ukuran Asia, sekitar 12cm. Bibirnya menempel di kulit perut bawahku. Dia hisap, dia kili-kili dengan lidahnya. Aku menjerit tertahan. Merasakan nikmat yang amat sangat. Lama kami bermain 69. Rupanya Liana sangat suka gaya ini. Dia tak segera mengakhiri permainan 69. Dia balikkan tubuh kami, sehingga aku berada di bawah. Diangkatnya pantatnya sehingga memeknya menjauh dari mulutku. Tadinya aku mengira dia ingin mengakhiri 69. Tetapi ternyata Liana ingin mulutku mengejar memeknya. "Ayo sayang... emut lagi..." pintanya. Ketika aku menjilat, dia berusaha menjauhkan lagi dengan mengangkat bokongnya. Maka aku pun memeluk pinggangnya. "Yeahhhh...." Dia melenguh saat tubuhku menggandul di pinggangnya sambil menjilati itilnya. "Terusss... sayang... teruss..." Ia kembali mengemut kontolku. "Pakai jari sayang..."<br />
Aku masukkan jari tengahku, dan mengobok-obok memeknya yang sudah basah kuyup. Liana melonjak-lenjak kenikmatan, lalu mengerang tertahan. Rupanya dia orgasme. Bersamaan dengan itu, diisapnya kontolku kuat-kuat.<br />
"Keluarin sayang... keluarin...." Dia menepuk-nepuk pahaku memintaku segera ejakulasi. Aku coba mengejan, tetapi tak juga berasa ejakulasi. Dia kocok kontolku dengan mulutnya sambil terus dihisap-hisap.<br />
"Ohhhh... sayang... aku mau keluar," kataku.<br />
"Ayoo keluarin.. keluarin..."<br />
Dan akhirnya memang keluar. Maniku menyemprot jauh ke dalam kerongkongannya. Dia menghisap begitu kuatnya, sampai kontolku terasa ngilu, dan tubuh seolah terpental ke awang-awang. Baru kali ini aku mengalami ejakulasi sehebat ini. Setelah itu, benar-benar lemas. Nyaris seperti pingsan. Liana tampak berusaha menelan sisa-sisa maniku di mulutnya.<br />
"Kamu gak jijik say?"<br />
"Gak. Enak banget kok," katanya. "Kan tadi kamu juga gak jijik jilati anusku." Aku meraih tubuhnya dan mencium dia. Aku memeluk erat Liana sebagai rasa terima kasih atas pelayanannya yang luar biasa.<br />
Kami kembali bermain beberapa menit kemudian. Persenggamaan yang seru. Gaya-gaya dalam BF yang belum pernah aku jalani kami lakukan. Hanya ketika aku meminta anus, Liana menolak. Rupanya Liana paling suka gaya tusukan dari belakang. Dia memunggungiku, aku mengarahkan ****** melewati pantatnya. Dia menjerit-jerit, mencengkeramku. Dia berusaha menoleh ke belakang mencari bibirku. Ketika kami berciuman lidahnya menari-nari liar. Dia juga memintaku menjulurkan lidah, dan dihisap-hisapnya lidahku. Semakin aku keras menggenjot ******, semakin liar reaksi dia. Liana menyukai gaya itu, katanya sentuhan ****** ke bagian-bagian memeknya sangat fantastis. Dia juga merasa kenikmatan ketika bulu-bulu kemaluanku menyapu pantatnya. "Kayak dikili-kili.." katanya. Kami bermain sampai sore hari. Sekitar jam 4 sore Liana berkemas.<br />
"Aku harus segera pulang. Sebentar lagi suamiku pulang kerja. Kalau aku gak ada di rumah bisa dicincang aku," katanya. Aku diam saja, dan baru teringat akan Om Han. Entah apa yang dipikirkan dan dilakukan pria itu di kamar sebelah....<br />
Aku tidak pernah tahu karena Om Han tidak pernah bercerita dan aku tidak enak hati bertanya. Yang agak mengagetkanku, keesokan harinya Om Han mencoba memberiku sejumlah uang. Cukup banyak. Kutaksir lima jutaan. Tetapi aku menolaknya. Dia coba memaksa, tetapi aku tetap menolak. "Saya kan yang diuntungkan Om, saya yang enak." Om Han tampaknya senang dengan reaksiku.<br />
Percintaanku dengan Liana berlanjut beberapa bulan kemudian. Semua berjalan lancar. Selama itu aku tidak pernah mengkhianati Om Han dengan misalnya kencan diam-diam. Setelah itu Om Han memintaku mengakhirinya. "Ini untuk kebaikan bersama Bung," katanya. Baik untuk menjaga rahasia dari Liana, juga mencegah kemungkinan larutnya aku ke dalam hubungan yang lebih personal dengan Liana. "Kasihan istri Bung kalau keterusan. Aku mohon pengertian Bung ..."<br />
Meski dengan berat hati, aku menuruti kemauan Om Han. Sejak itu aku mencoba menghindari Liana, dan kembali hidup sebagai petualang yang berburu mangsa....*** </span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-85250068528384148592011-02-18T06:06:00.001-08:002011-02-18T06:06:53.384-08:00Kos kos anAku bekerja sebagai pembantu disebuah rumah tangga. Keluarga itu terdiri dari sepasang suami istri yang sudah berumur. Karena anak2nya sudah menikah dan tidak tinggal bersama mereka, pasangan manula itu menerima kos2an. Yang kos disitu hanya seorang, lelaki, umurnya 40 tahunan lah, Doni namanya. Aku memanggilnya dengan sebutan om Doni, dan dia gak berkeberatan.<br />
<br />
Om Doni suka bawa cewek abg ke kamarnya. Memang kamarnya terpisah dari bangunan utama dimana pasangan manula itu tinggal. Dia keluar masuk tidak lewat pintu utama tapi lewat pintu samping disebelah garasi. Garasinya cukup besar sehingga muat 2 mobil berjajar, mobil si bapak dan om Doni. Cewek yang dibawa sering ganti2, tapi semuanya seksi. Toket dan pantatnya besar. Kalo sudah dikamar, aku suka nguping. Terdengar cekikikan, tapi gak lama kemudian terdengar erangan si cewek, pasti sedang dien tot. Napsuku berkobar2 kalo sedang nguping dia ngen tot. Tanpa terasa aku sering meremas2 toketku sendiri yang gak kalah gedenya dengan toket abg nya. Saking napsunya, tanganku kemudian merogoh kedalam CD ku mengilik i tilku sendiri sehingga tanpa sadar aku terengah2 sendiri didepan kamarnya.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
<br />
Ketika membersihkan kamarnya, aku membuat posisi kordennya sedemikian rupa sehingga aku bisa ngintip kedalam kamar. Dia tidak mengetahui bahwa aku bisa ngintip kedalam kamarnya, dan dari tempat aku ngintip, aktivitas yang dilakukan di ranjang bisa aku lihat dengan jelas. Suatu malem, aku lihat dia bawa abg lagi ke kamarnya. Setelah mereka masuk kamar, segera aku ngintip mereka berdua. Dia sedang menelanjangi ceweknya, lalu ditelentangkan di ranjangnya. Toketnya besar, pentilnya juga besar, berdiri tegak. Jembutnya lebat. Gak lama kemudian dia bergabung dengan ceweknya diranjang, bertelanjang bulat. Aku terkejut melihat kon tolnya yang besar dan panjang, sudah ngaceng dengan kerasnya. Dibandingkan dengan kon tol suamiku di kampung, suamiku punya gak ada apa2nya.<br />
<br />
Aku memang sudah menikah, seperti kebiasaan orang kampung, anak cewek masih belasan tahun sudah dinikahkan. Suamiku tetep tinggal didesa mengerjakan sawah milik bapakku. Dengan alasan mencari tambahan, aku bekerja sebagai pembantu di kota. Aku pulang kampung gak menentu, tergantung uang yang aku kumpulkan sudah cukup banyak atau belum. Karena tinggal misah makanya aku belum hamil, aku juga belum mau hamil karena aku merasa masih abg juga.<br />
<br />
Melanjutkan intipanku, dia sudah menancapkan kon tol gedenya di no nok ceweknya, si cewek sudah mulai mengerang keenakan karena enjotan kon tol om Doni di no noknya. Aku tidak dapat menahan napsuku, segera aku kembali kekamar. Seluruh pakaian aku buka dan aku mulai meremas toketku dan mengilik i tilku sendiri, makin lama napsuku makin memuncak sampai akhirnya dengan erangan panjang aku nyampe juga. Pengen rasanya aku ngerasain kon tolnya keluar masuk di no nokku. Selanjutnya setiap dia membawa abg ke kamar, aku selalu ngintip aktivitasnya dan berakhir dengan terkaparnya aku diranjangku setelah nyampe akibat ngilik i til sendiri.<br />
<br />
Aku mulai pasang aksi untuk memikat dia. Suatu malem minggu, dia tidak kemana2. Aku mengenakan baju terusan dari bahan kaus yang ngepas di badan. Agak mini sehingga pahaku terlihat dengan jelas. Bagian dadanya agak terbuka, aku tidak mengenakan bra sehingga toketku yang montok bergerak2 kalo aku berjalan. Kalo aku membungkuk, toketku seakan mau loncat keluar dari belahan bajuku di dada. Aku make CD yang mini, karena memang semua CDku yang tidak banyak itu mini modelnya, malah ada yang minim sekali.<br />
<br />
"Om, kok ngajak ceweknya", tanyaku sambil menyiapkan makan malem. Untuk yang punya rumah, meja makannya terpisah di ruang utama. Mereka sedang dan pergi menginap dirumah salah satu anaknya. "Enggak", jawabnya sambil menyuap makanan yang kuhidangkan. Sengaja aku membungkukkan badanku ketika meletakkan lauknya di meja makan. Dia melirik ke arah toketku yang montok. "Emangnya om gak pengen", pancingku lagi. "Pengen apa", tanyanya. "Kan biasanya sama ceweknya, asik2an", godaku lagi. "Kamu suka nguping ya", katanya sambil tersenyum. "Gak usah nguping juga kedengaran kok om, ceweknya keenakan", jawabku lagi. Dia diam saja dan meneruskan makannya. Aku menambah air minumnya, ketika menambah air posisiku agak membungkuk. Kulihat matanya segera menerobos belahan dadaku dan 'menjilat' toketku. "Kamu montok ya Nes", katanya, kelihatannya usahaku untuk memancing perhatiannya mulai ada follow upnya. "Besar gitu, sering diremes ya Nes", katanya lagi. "Siapa yang ngeremes om, paling Ines remes sendiri", jawabku terus terang. "Kok diremes sendiri", tanyanya. "Abis gak ada yang ngeremesin sih", kataku sambil tersenyum menggoda. "Aku remesin mau enggak", katanya lagi to the point. "Ntar ceweknya marah", kataku. "Aku gak punya cewek kok", jawabnya. "Yang suka om bawa itu siapa", tanyaku. "Cuma temen, dia pengen aku juga pengen, jadilah", jawabnya. "Temennya banyak ya om, ceweknya ganti2 terus", kataku lagi. "Bosen dong kalo sama yang itu2 terus, kan perlu variasi", jawabnya lagi. "Mau gak aku remes". "Kok om mau ngeremes Ines sih, kan Ines cuma pembantu", kataku. "Biar kamu pembantu tapi kamu gak kalah cantik dan sexi sama abg, lagian kamu masih abg juga kan", jawabnya. Aku tau dia sudah terangsang dengan omongan barusan. Aku diam saja, membereskan peralatan makan dan kubawa ke dapur. Demikian juga dengan makanan yang tidak habis dimakan, aku bawa dan simpan di lemari dapur. Aku mencuci peralatan makan.<br />
<br />
Dia berdiri dibelakangku, memelukku dan tangannya langsung meremes toketku. "Nes, toket kamu kenceng ya, besar lagi", katanya sambil terus meremes toketku. Napsuku sudah berkobar, aku berhenti memncuci peralatan makan dan bersandar didadanya menikmati remasan tangannya di toketku. Tangan satunya segera mengelus pahaku, sedikit demi sedikit tangannya naik dan terasa<br />
bajuku tertarik sampai atas. Kemudian tangannya ke selangkangan dan jarinya menggesek-gesek bagian sensitif ku dari atas CD. "Nes, sudah basah sekali”, katanya. "Kamu sudah napsu ya". Mendengar itu aku tambah terangsang dan aku semakin merenggangkan kaki. Kemudian aku merasakan jarinya menyelinap ke balik cd dan terus masuk ke no nok ku. "Jembut kamu lebat ya Nes, panter napsu kamu besar", katanya. Gerakan jarinya enak sekali, dia pintar memainkan jarinya, apalagi setelah dia menambah jarinya untuk masuk ke no nok ku. aku sendiri sudah tidak ingat lagi apakah waktu itu aku sempat mengeluarkan suara atau tidak. tangan yang satu tetep meremas-remas toket ku. Beberapa saat aku biarkan dia begitu karena aku juga merasa enak sekali. Kemudian aku membalikkan diri dan berhadap-hadapan dengan dia. Tangannya seperti tergesa-gesa merauk baju di kedua pundak ku dan ditarik ke bawah hingga terbuka dada ku. Kemudian dia menjilat dan mengisap-isap pentil ku. aku benar benar terangsang dan sudah tidak bisa mengatur diri lagi. aku juga mulai gemes dan menggenggam kon tolnya dari atas celananya, terasa sudah menegang dan terasa ukurannya besar sekali. Begitu penasaran hingga aku menarik kepalanya yang sedang berada di dada ku dan aku cium bertubi-tubi. Dia aku dorong sedikit-sedikit ke belakang sampai menubruk kursi di belakang nya. Kemudian aku paksa duduk dia. Resleting celananya aku buka dan segera bersama dengan cdnya aku turunkan. Dia hanya diam melihat apa yang aku lakukan. kon tolnya besar dan panjang dan tidak sabar lagi aku untuk menciumnya, menjilat sekitar ujungnya. Baru sebentar saja sudah terasa cairannya keluar sedikit dari ujungnya. Selanjutnya mulai kuemut. Terasa kon tolnya penuh di mulut. Tapi baru sebentar dia sudah minta segera dilepas karena gak mau keluar di mulutku.<br />
<br />
Setelah aku lepas kon tolnya dari mulut, aku segera naik keatasnya yang sedang duduk di kursi itu. aku juga sudah tidak sabar lagi, kapan cd dilepas juga aku tidak ingat lagi. kon tolnya aku genggam dan sedikit-sedikit aku masukkan ke no nokku, terasa kon tol yang besar masuk. Dia sedikit menarik nafas ketika kon tolnya masuk. “Om, enak banget deh kon tolnya…”, kataku. "Kamu dah napsu banget ya Nes", jawabnya. Ketika aku mulai gerak, dia berkali-kali mendesah dan memanggil-manggil namaku. aku juga tidak bisa menahan perasaan yang enak itu dan berkali kali menyebut-nyebut namanya. Akhirnya dia tidak tahan juga berdiam diri, segera dia memeluk aku dan membenamkan mukanya ke dadaku. aku hanya dapat mengelus-elus rambutnya yang ikal itu. Berkali-kali kon tolnya aku jepit dan setiap di jepit, aku juga merasakan enak di dalam no nokku. Tapi dia tidak bisa lama-lama, dia bilang sudah tidak tahan lagi, tapi aku tidak ingin selesai sekarang, aku sedang benar-benar menikmati kon tol besarnya. Dia takut pejunya keluar di dalam aku, tapi aku sudah bilang biar keluar di dalam. Belum sempat aku puas dia akhirnya ngecret juga<br />
terasa berkali-kali pejunya keluar dari kon tolnya. aku diam sampai dia tenang. "Nes, nikmat banget deh no nokmu. Lebih nikmat dari semua abg yang pernah aku en tot. no nokmu kerasa banget empotannya. Kamu udah pengalaman ngempot ya Nes", katanya terengah. "Enggak kok om, cuma diajari suami di kampung aja", jawabku. "O kamu dah kawin toh, panter napsunya besar banget, dah lama gak ngerasain kon tol masuk no nok kamu ya". katanya sambil tersenyum.<br />
<br />
Aku bangkit dari pangkuannya. Terasa pejunya mengalir keluar dari no nokku. Dia segera menarik aku kekamarnya. "Terusin di kamarku ya Nes", katanya. Terasa dia mulai menciumi rambut ku dari<br />
belakang dan terasa bibirnya menyentuh kuduk dan berkali kali mengecupnya, aku menjadi terangsang ketika itu dan terus dia menciumi punggung ku. Terus dia memegang kedua lengan ku dan membalikkan badan ku sehingga berhadapan. Dia memandang muka ku dari dekat dan salah satu tangannya memegang dan meremas remas toket aku. Kemudian dia mencium aku dengan nafsunya dan aku pun menerimanya dengan saling menghisap lidah. aku begitu terangsang hingga terasa no nokku semakin basah. kemudian aku duduk di tempat tidurnya dan terus merebahkan diri. kedua kaki aku dia pegang dan perlahan-lahan dia buka hingga selangkangan aku terlihat lebar-lebar, kemudian kaki kutekuk. Sambil menciumi paha ku, sedikit demi sedikit kepalanya terus naik ke atas. Ciumannya begitu membuat aku terangsang dan aku sudah sedikit mendesah, apalagi ketika bibirnya sudah dekat benar dengan selangkangan. Kemudian dia berkata “Nes, sudah basah sekali…keluar banyak sekali. Kamu dah napsu lagi ya”. Mendengar itu aku jadi<br />
bertambah terangsang, “Om…jilat…dong…”, desahku. Mukanya segera dibenamkannya di selangkangan ku, dan tidak tahan lagi, kepalanya aku pegang dengan agak kuat dan aku tekan ke mulut no nokku. Terasa dia mulai menjilat dan menciumi sekitar i tilku, dan terasa sekali lidahnya bergerak kesana kemari, benar-benar nikmat, beberapa kali i tilku dikulumnya. Tapi dia tidak sampai memasukkan lidahnya ke dalam no nokku. Ini nikmat sekali, tidak seperti kon tol, lidahnya terasa seperti benda hidup yg bergerak berak di dalam no nokku, dia begitu pintar memainkan lidahnya.<br />
<br />
Dia naik ke tempat tidur. kemudian aku minta merubah posisi agar aku dapat mendekat ke kon tolnya. segera aku pegang kon tolnya sambil mengelus-elus pangkal kon tolnya. Kepala kon tol<br />
beberapa kali aku kecup dan di jilat, terutama ujungnya yang ada belahan tempat cairannya keluar itu. Dengan ujung lidah sedikit ditekan, belahan ujung kon tolnya aku jilat, terasa asin…sedikit-sedikit terlihat cairan yg agak lengket itu keluar dari ujung kon tolnya. Terdengar suaranya menahan karena napsu. Kemudian kepala kon tolnya aku kulum dan aku mainkan dengan lidah berkali kali didalam mulut, ujungnya aku hisap seperti menyedot minuman, kon tolnya berdenyut dan keluar sedikit cairan dari ujungnya. Sementara itu dia terus menjilati no nokku dengan posisi 69. aku tetap terlentang dan dia berada di atas. Tapi terus dia memberi kesempatan ke aku dengan merubah posisi menjadi terbalik, aku berada di atas dia. aku jadi lebih bebas mengemut kon tolnya yg berukuran besar itu, terus aku masukkan kemulut sampai se maksimal mungkin. air liur sengaja aku keluarkan banyak agar terasa licin dan mudah mengeluarkan dan memasukkan kon tolnya kemulut.<br />
<br />
Karena sudah ngecret, dia bisa bertahan lebih lama selama kuemut. Jilatannyaa di seputar i til juga enak sekali terasa, beberapa kali terasa jarinya juga masuk ke no nok, entah berapa jari, tapi<br />
yg jelas bukan satu jari. Karena begitu asyiknya, tidak terasa udara kamar semakin panas karena jendela tidak dibuka. aku merasa keringat dari sekitar leher mengalir ke bawah melewati belahan toketku.<br />
Setelah agak lama dalam posisi 69 kemudian dia mulai bergerak merubah posisi. Dia mundur ke bawah dan badannya keluar melewati selangkangan kaki. Terus dia berlutut di tempat tidur dan tetap minta aku untuk nungging, dia mulai mendekati mulut no nok dari arah belakang. pelan-pelan kon tol yg besar itu masuk ke dalam no nokku, terasa agak susah masuknya, padahal aku sudah sangat basah dan licin. Ketika dia mulai bergerak memainkan kon tolnya keluar masuk kedalam no nok, dia berkata “Nes….enak sekali ….kecang banget rasanya no nok kamu ngeremes kon tolku….”, berkali kali aku jepit kon tolnya dan setiap di jepit, tangannya menggenggam pinggul ku lebih kencang lagi, sampai akhirnya dia menyudahi sendiri posisi ini.<br />
<br />
Terus dia merubah posisi, duduk berhadap-hadapan dan aku seperti di pangkunya. Terasa kon tolnya lebih masuk kedalam aku dan terasa ujungnya menyentuh bagian yg paling dalam. Dia dan aku dengan irama teratur menggerak-gerakkan pinggul masing masing sehingga terasa benar benar nikmat sekali. aku mendesah2 keenakan dengan keras. Badan ku dan om Doni sudah basah dengan keringat.<br />
<br />
Kemudian dia mendorong aku sehingga aku terlentang di tempat tidur yang sudah mulai acak-acakan itu. Posisi sudah berubah menjadi posisi normal dan dia terus semakin cepat gerakkannya, dan aku bilang ke dia untuk nyampe sama-sama. Beberapa saat kemudian dia ngecret, terasa cairan panas seperti menyembur ke dalam no nokku berkali kali, dan aku pun menyusul nyampe, berkali-kali. aku jepit kon tol nya sampai terasa badan begitu lemas dan tidak bergerak, hanya nafas yang terputus putus seperti habis lari pagi saja. Kemudian dia menciumi bibir aku, dan sambil berbisik “terima kasih Nes, nikmat banget. kapan2 kita ngen tot lagi ya". Dia rebahan di samping ku dan memandang ke langit langit, kemudian aku merubah posisi miring kesamping menghadap dia, “Kalo om sama Ines, terus cewek2 om mo dikemanain". "Udah ada kamu, ngapain cari lagi yang lain", jawabnya.<br />
Seminggu ini dia menepati janjinya, gak bawa abg ke kamarnya. Malam minggu berikutnya, om Doni mengulangi lagi memberi aku kenikmatan. Tentunya aku tidak menolak ajakannya. Di kamarnya, dia mendekatkan wajahnya perlahan, napas hangatnya menerpa wajahku. Aku memejamkan matanya dan perlahan bibirnya mendarat lembut di bibirku. Aku tak menolak kecupan tersebut, kembali bibirnya mendarat di permukaan bibirku. Dikecupnya lagi perlahan, dan mulai melumati bibirku. Aku terpejam membalas lumatannya. Kecupan dan lumatan nya bergerak menjauhi bibirku menjalar sepanjang rahangku, bergeser turun menjelajahi leherku.<br />
Mengecup dan menjilati dengan lidahnya yang kasap terus keatas menuju wilayah belakang telinga dan mengulum cuping telingaku dengan lembut. Aku memegang erat pergelangan tangannya, ”Om….” desah ku. Kedua tanganku meraih keatas dan merangkul bahu dan lehernya. Ciuman dan lumatan bibirnya makin bergelora. ”Hmhhhh”, desahku perlahan. Dia meraih tubuhku dan merebahkannya di tempat tidurnya. Kembali lidahnya menjalar dari bibir ranum bergerak menyusuri rahang terus mengecup leher dengan bergairah. Terus keatas ke balik cuping telinga, menjilati dan melumati nya. ”Om….” ,rintihku perlahan. Tangan nya tak tinggal diam mulai menjalar meraba -elus permukaan toketku yang masih di balut pakaian itu. Terus turun ke bawah menemukan tepian kaos dan menyelusup kedalam. Meraba- mengelus permukaan kulit ku dengan jemarinya. ”Mmmhhhh……oohhhh” ,kembali aku mengerang. pakaianku mulai tersingkap dan dengan cekatan pula jarinya melepas kait braku dan melepas pakaianku lewat kepala. Dia mengecup pangkal leherku, terus kebawah, menjilati permukaan kedua toket montokku bergantian. Hingga…”Ahhhh…..om….”,erangku seraya menggeliatkan tubuhku saat kedua bibirnya mencucupi pentilku. Bergantian pentil yang kiri dan kanan sehingga membuatnya mengkilap karena basah. Kulumannya pada pentilku yang telah mengeras itu terasa sangat nikmat. Kedua tanganku mengerumasi rambutnya dan terkadang menyelusup ke balik kaosnya. Sembari mencucupi kedua pentilku tangannya bergerak turun mengelus kedua pahaku yang ditumbuhi bulu halus. Dia bangkit dan melepas kaosnya dan celananya. Kita kini dalam keadaan hampir telanjang hanya ditutupi CD. ”Om…..ahhhh……..”, erangku tatkala mulutnya mencucupi no nokku yang masih terbalut CD tipis itu. Kedua tangannya tak tinggal diam mengelus dan merabai kedua toketku. Jarinya juga turun dan mengelus permukaan paha, menyelinap ke balik karet cdku dan mengurut perlahan. ”Oghhhh.” ,aku tersentak saat jemarinya menyelusup ke dalam no nokku yang telah lembab itu. Mataku membeliak dan menggelinjang dengan napasnya seperti tersedak. Seluruh permukaan bagian dalam no nokku telah basah dan berdenyut-denyut. Gerakan jarinya mengelitik seluruh pemukaan peka didalamnya. Dia kembali menarik jarinya yang telah basah dan mencucupi jarinya sendiri membersihkan cairan yang menempel pada jarinya. Tangannya kembali bergerak meraih karet CDku, menariknya hingga terlepas. Begitu juga CDnya juga telah terlepas. Dia meraih kedua kaki ku, mengecupi betisku dengan lembut, menjilati dengan lidahnya yang kasap, turun terus ke bawah menjilati paha bagian dalam kedua kaki ktu bergantian. ”Om……..”, kembali aku mendesahi saat bibirnya mendarat pada bukit no nokku yang diliputi jembut yang lebat. ”Nikmati aja” , ujarnya. Lidahnya menjilati permukaan no nokku dan mendesak masuk lebih dalam. ”Aahhhhh ...ohhhhhhh” ,erangku lagi. Menemukan i tilku disana langsung dijilat dengan hisapan bertubi-tubi. Pinggulku bergerak-gerak gelisah mengimbangi serbuan lidahnya. Kedua tanganku menggerumasi rambut nya dan menekankan kepalanya. ”Om………..uhhhhhhhh” ,aku melenguh kembali. Seluruh permukaan bagian dalam no nokku itu telah basah dengan aroma khas yang makin membangkitkan napsunya. Jilatan dan hisapan yang dilakukannya membuat aku menggerinjal hebat, menggeliat-geliat di bawah tekanan kedua tangannya pada pinggulku. Gelombang demi gelombang nikmat makin bergelora menyeret dirikua hingga tak tertahankan lagi. ”Om .ooohhhhhh” ,jeritku saat aku nyampe. Tubuhku melenting, kedua tanganku mencengkeram bahunya dengan kuat. Beberapa menit situasi itu berlangsung. Dia membiarkan aku menikmatinya.<br />
<br />
Dia merangkak naik perlahan, merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Bergoyang ke kanan dan kekiri menyibakkan kedua paha ku yang secara naluriah membuka memberikan ruang pada pinggulnya untuk merapat. Aku membuka mataku, napasku masih memburu dengan keringat pada kening dan toketku. ”Om, nikmat banget deh, padahal belum dien tot", kataku lirih. ”Nikmati saja Nes…” ujarnya. Sambil tersenyum aku menarik kepalanya kearahku, kulumat dengan ganas bibirnya. Dia kembali bergerak menggosok kon tolnya menelusuri permukaan no nokku. Maju - mundur. ”Ohhh……om…………ya disana…” ,Kembali aku melenguh karena gerakannya. Kedua tanganku yang tadi memeluk lehernya turun ke bawah dan mencengkeram pinggulnya. Kutekan inggulnya kebawah lebih kuat dan kedua kakiku mengunci di belakang pinggangnya .Dia terus bergerak maju mundur menggesekkan kon tolnya ke no nokku. Naluriah aku bergerak seirama gerakannya. Sesekali kepala kon tolnya menusuk… ”Ohh…..” desis ku karenanya.<br />
<br />
Dia mengangkat tubuhnya hingga duduk berselonjor. Menarik pinggulku menumpu paha kedua kakinya. Kedua kakiku menekuk di sisi tubuhnya dalam posisi masih berbaring. no nokku semakin terkuak. Seraya menggenggam pinggulku, dengan tangan kirinya dia mengarahkan kon tolnya tepat pada no nokku. Dengan memegang batang kon tolnya dia mendorong kedepan….. ”Om..", desahku lirih. Dia mendorong kembali, tak terlalu dalam, hanya kepalanya yang menyeruak no nokku. Aku memegang lengannya menahankan dorongan yang terlalu jauh. Dia bergerak… Dengan jarinya yang menggenggam kon tolnya untuk membatasi, hanya ujungnya saja yang masuk, dia menggerakkan kon tolnya keluar masuk no nokku. ”Ooooohhhh……..,ohhhh….!!” , desahku keras. Pinggulku ikut menggerinjal mengimbangi gerakan kepala kon tolnya. Dia mengelus lututku dengan perlahan. ”Oooohhh……om…”, aku merintih berulang kali. Aku enggerakkan pinggulku, bergoyang dan berputar- putar. Gerakan itu menyebabkan no nokku yang telah basah itu serasa di aduk – aduk oleh kepala kon tolnya. ”Om...”,panggilku lirih. ”Hmm...”, dia cuma menggumam, "Kenapa?". "Rasanya makin nikmat om", erangku lagi. "om..”, jeritku kecil seraya<br />
memutar pinggulku perlahan. Tubuhku bergetar, pahaku mengejang. Perlahan kon tolnya tenggelam mili demi mili di telan no nokku. aku mencoba duduk, memeluk ketat lehernya, menggigit kecil pundaknya dan mendesakkan tubuhku turun, hingga seluruh kon tolnya terbenam utuh. ”Aah", jeritku. Langsung aku merebah ambruk menyeret tubuhnya. kedua kakiku langsung kursilangkan di belakang mengunci pantatnya. Dengan napas tersengal – sengal kami berbaring melekat erat. Dia mengangkat wajahnya menatap wajahku yang berpeluh. Aku mengecup keningnya, "om, tuntaskan dong", pintaku lirih. no nokku terasa mencengkeram erat kon tolnya. Dia bergerak naik hingga kon tolnya terlepas kembali dari cekalan no nokku. ”Mmmhhh…uhf”, dia mendesis. Kedua tangannya bergerak turun menemukan kedua pahaku, ditariknya kedua kakiku keatas melewati lengannya, mengunci kedua lututku dengan lengan dan sikunya. Sehingga pinggulku mengangkat menguakkan no nokku. Om, .lagi…lagi………terusskan sekarang……!”,pintaku parau. ”Bener ini…? ”, tanyanya kurang yakin. ”Sekaraaanng……..om, ssekaraaang, Ines ga…tahann..ayoo..!” ,rengekku lagi seraya menekan pantatnya kearah tubuhku lebih erat. ”Ayo….om", rintihku tatkala dia menempelkan kepala kon tolnya ke permukaan no nokku dan bersiap mendorong……. Ujung kon tolnya yang tegak dari tadi mendesak masuk. Aku mencoba membantu mempermudah dengan menggerakkan pinggulku. Dia dengan sabar menunggu, menekan pelan, sangat pelan. ”Ohh……….om…….”, aku kembali mengerang. Dia menghentikan tekanan. Diiringi jeritanku dan tancapan kukuku ke punggungnya, kepala kon tolnya kembali membelah no nokku. Kedua bola mataku membeliak. tubuhku menggigil dan cengkeraman kedua tanganku semakin kuat pada pantatnya. ”Ahhhhhh………………!!!” ,rintihku. Tubuhku mengejang, kepalaku mendongak tatkala dia bergerak mendorong perlahan. Matakuu membeliak menikmati mili demi mili masuknya kon tolnya ke no nokku. Dia kembali mendorong pinggulnya dengan perlahan membenamkan seluruh kon tol besarnya ke dalam no nokku. Dia mulai bergerak perlahan naik turun, merasakan jepitan dan denyutan no nokku mengurut dan memijat kon tolnya. ”Om...", erangku semakin keras tak beraturan lagi. Tubuhku yang telah berkeringat di sana sini mengelinjang-gelinjang dengan hebat ditingkahi gerakan naik turun tubuhnya diatasku. Kaki kananku terlepas dari siku Dino dan mengunci ke belakang pinggangnya. Terkadang dia berhenti sejenak, tetapi dengan mengedan mendenyut-denyutkan kon tolnya di dalam no nokku menimbulkan variasi tekanan yang berbeda - beda pada permukaan no nokku. Peluh telah bercucuran membasahi tubuh kami. ”Ohhh,…….ahhhhhh,………….”,jerit ku setiap denyut-denyut kon tolnya dalam tubuhku menyentuh pusat birahiku. ”Lagiii…..teruss……..ahh…..”. Dia terus bergerak naik turun diatas tubuhku, aku merasakan nikmat yang luar biasa setiap kali kon tolnya menghunjam.<br />
<br />
Tubuhku mulai menggigil dan dia tahu aku hampir nyampe. Diapun memacu gerakan memompanya, kon tolnya menghunjam keluar no nokku semakin cepat. ”Ya om…………ohhh..Ines ’ga tahan…lagiii…”, jeritku parau ”Ahhhhhhhh……………………….Om………..Ines nyampe om…ohh” ,jeritku. Aku melengkungkan punggungku, kedua pahaku mengejang serta menjepit dengan kencang, seluruhan badanku berkelojotan dan nafasku tersengal-sengal. Aku merasa lemas seakan-akan seluruh tulangku copot. Aku kelojotan di bawah dengan kedua tanganku memeluk ketat dan kakiku terkangkang lebar dengan kon tolnya masih terjepit didalam no nokku. no nokku berdenyut – denyut dengan cepat, berkontraksi mengurut kon tolnya. Mataku membeliak, tubuhku melenting dan kucengkeram pantatnya, menekannya dengan kuat kearah tubuhku. Dia bergerak makin cepat walaupun makin sulit, karena kuncian tanganku. Makin cepat menghunjam dan akhirnya tak tertahankan lagi dengan suatu sentakan menekan keras kon tolnya menyentuh dasar no nokku, "Oughhh………..” ,seraya menggeram dia ngecret, beberapa kali menyemburkan peju kentalnya dalam no nokku. Berkali-kali semburan itu terulang hingga daya semburnya melemah dan mereda, lalu tubuhnya ambruk diatas tubuhku. Setelah mereda dia menggeliat menjatuhkan tubuhnya ke sisiku. Berdua kami terdiam sesaat. Aku bergerak mengecup ringan pipinya. ”Makasih om…………, gile beneerrr…..” pujiku. ”Apanya yang terimakasih” ujarnya sambil merapihkan rambut yang jatuh di wajahku. ”Terus terang om, nikmatnya lebih dari ketika kita ngen tot minggu yang lalu. Wuihhh….bukan main rasanya”,imbuhku lagi. ”Kapan-kapan lagi ya om?.”pintaku memohon. Dia tak menjawab dan hanya menjatuhkan kecupan pada kedua mataku.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-58221621350819154422011-02-18T06:05:00.001-08:002011-02-18T06:05:51.931-08:00nikmatnya tubuh pembantuKamis sore. Ari duduk di balkon kamarnya. Inem, pembantu yang lugu, cantik dan bahenol, mengepel lantai balkon. Ari teringat kejadian kemarin dengan Mita yang pulang tadi pagi. Tengah merenung, mata Ari tiba-tiba tertumbuk ke payudara Inem! Kancing atas baju Inem terlepas dua, sehingga payudaranya terlihat jelas. Ternyata tidak menggunakan BH. Inem menyadari Ari menatapnya jalang. Pipinya memerah, menambah ayu wajah desanya. Ketika Inem menyadari kancing baju bagian atas lepas, segera dibenarkan, dan merah di mukanya makin menjadi. Inem cepat-cepat berbenah dan keluar dari kamar Ari. Inem tampak menggiurkan dari belakang dengan kain yang melilit tubuhnya. Inem sekarang menjanda, korban perkawinan usia muda. Paling tua mungkin 18 tahun sekarang. Ari sendiri berumur 19 tahun.<span class="fullpost"><br />
<br />
Tak lama kemudian, Ari merasa birahinya muncul akibat Inem. Dipanggilnya Inem lewat intercom.<br />
"Neem! Inem, cepet!".<br />
"Nggih, Den Bagus", Inem tergopoh-gopoh menjawab.<br />
"Pijetke aku, Inem, aku pegel!", keluar bulusnya Ari.<br />
"Nggih, Den Bagus", Inem segera menuju kamar Ari.<br />
<br />
Ketika Inem masuk, Ari ternyata sudah menanggalkan pakaiannya, dan bersembunyi di balik pintu. Inem masuk, tidak melihat Ari.<br />
"Den, kulo sampun siap mijet", kata Inem.<br />
"Aku dibelakangmu, Inem", Ari mengagetkan Inem yang terperangah melihat Ari telanjang.<br />
"Den, mboten Den, ampun, Den!", Inem ketakutan. Ari tidak menjawab, hanya maju mendekati Inem. Inem mundur seiring Ari maju, hingga tersandung dan jatuh ke ranjang.<br />
"Kulo njerit, lho, Den!", Inem mengancam.<br />
"Teriak aja", tantang Ari, karena kamarnya kedap suara.<br />
<br />
Ari menyusul Inem, menciumnya, dan membuka kemeja Inem. Saking ketakutan, Inem tidak berontak. Setelah kemeja Inem terlepas, Ari ganti menciumi dan mengulum payudara serta puting Inem. Payudara Inem ternyata lebih besar, lebih indah daripada cewek-cewek yang lain, dan lebih kenyal. Ari merobek kain Inem, dan ternyata bulu vagina Inem lebat sekali.<br />
<br />
Jari Ari masuk ke dalam vagina Inem, meraba-raba, memberi rangsangan. "Nggh! Den, sampun, ngggh! Den", desah Inem setelah mencapai orgasme pertamanya. Ari tidak peduli. Jarinya keluar, ganti penisnya yang mengeras masuk. Ari mengeluar-masukkan penisnya dengan keras, tapi lembut. Inem merasakan nikmat yang tiada duanya karena clitorisnya terdesak penis Ari.<br />
<br />
Ketakutan Inem telah berubah menjadi kenikmatan. Inem menggoyangkan pinggulnya, mencoba menyedot penis Ari, tetapi Ari tetap saja dapat mengeluar-masukkan penisnya, malah mempercepat tempo. Sementara puting susu Inem dikulum Ari, lalu pindah ke leher Inem, diciuminya dengan penuh gairah. Sontak Inem mengejan, memeluk Ari erat. Tapi.., "Nggh! Nggh!", Inem mencapai orgasme lagi. Inem berusaha melepaskan diri karena capek, tapi tak berhasil. Ari tetap mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut.<br />
<br />
Karena Inem kehabisan tenaga, orgasmenya yang ketiga terhitung cepat, hanya sekitar tiga menit dan, "Nggh! Nggh! Nggghh! Den, sampun, kulo mboten kiat!".<br />
Tetap saja Ari yang maniak seksini menggoyang pinggul dan mengeluar-masukkan penisnya.<br />
"Den, stop, Den!", jerit Inem.<br />
"Inem, sebentar", Ari merasa maninya akan keluar, dan dipercepat temponya. Ari memeluk Inem erat, begitu juga dengan Inem. Dan, "Awggh! Ngghh! Den, stop!" Inem mencapai klimaksnya terlebih dahulu.<br />
"Nggghh!", akhirnya Ari tidak dapat membendung lagi. Ari segera bangun, mengambil sejumlah uang bernilai satu setengah bulan gaji. Diberikannya pada Inem.<br />
"Matur nuwun sanget, Den Bagus!", Inem girang. Bayangkan, satu setengah bulan gaji!<br />
<br />
Seminggu kemudian ketika Ari sedang berenang di kolam renang pribadinya, ketika birahinya muncul. Ari segera teringat Inem. Rumah sedang sepi. Tinggal Ari, Inem, dan Inah, Adik Inem.<br />
"Neem! Gawe'ke (bikinin) sirup!", Ari berteriak memanggil.<br />
"Nggih Den!" Inem menyahut.<br />
<br />
Tak berapa lama kemudian Inem datang membawa segelas sirup. Ketika Inem mendekat, Ari mengamati tubuh Inem. Masih seperti minggu lalu. Ari menunggu Inem menaruh gelas. Setelah Inem berbalik, Ari langsung menerkam Inem. Inem memberontak.<br />
"Den, mboten, Den",, Inem mengiba seperti waktu itu. Ari tidak mempedulikannya, malah menceburkan dirinya dan Inem ke kolam renang bagian dangkal. Tubuh Inem yang terbungkus daster, segera terlihat bagian dalamnya. Inem tidak memakai bra. Payudaranya yang indah semakin mengkal dan berwarna merah muda. Rambutnya terurai, membuat dia semakin seksi, dan menambah gairah Ari.<br />
<br />
Ari segera melepas dasternya, merobek celana dalamnya. Bibir dan leher Inem dikulum Ari. Payudaranya menegang. Ibaan Inem berganti ke desah kenikmatan. Jari Ari masuk ke vagina Inem, dan memainkannya di dalam vagina Inem. Tubuh Inem bergetar, menahan agar cairannya tidak keluar. Tapi, apa daya, tubuhnya menggelinjang hebat, seiring keluarnya cairan. Ari segera mengeluarkan jari, dan penisnya menggantikan jarinya.<br />
<br />
Ari bermain gentle, mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut diiringi erangan Inem. Inem mencoba mengimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya. Ari membalas dengan mempercepat tempo, dan mengulum puting Inem, disertai gigitan-gigitan kecil.<br />
"Den, kulo mboten kiat (kuat), Den!", iba Inem. Tubuh Inem bergetar akibat orgasme yang kedua kali. Ari meningkatkan serangan, dengan meremas pantat, dan menjilati leher Inem yang jenjang.<br />
"Nggghh!", Inem mengerang, mengeluarkan cairannya untuk ketiga kalinya. Inem memberontak dan berhasil lepas. Lari. Tapi karena berat badannya ditahan air, Ari langsung menerkam, dan memaksa Inem bersimpuh. Langsung Ari memasukkan penisnya dari balakang dengan posisi doggie style, disertai remasan pada payudara, dan jilatan pada tengkuk Inem. Inem hanya bisa mengerang nikmat.<br />
"Ngggh!", untuk ketiga kalinya Inem menyerah kalah, lalu Ari menukar posisi Inem. Ari di bawah, Inem di atas. Ari membimbing Inem bergerak kedepan dan ke belakang. Ari mempercepat gerakan dan, "Ngghh!", Inem menyeInah untuk kesekian kalinya dengan getaran yang hebat.<br />
<br />
"Den, kulo mboten kiat, Den!", Inem benar-benar mengiba. Melihat Inem tidak berdaya, Ari yang belum puas segera memanggil Inah, Adik Inem yang berumur 16 tahun, tapi manis, seksi, menggairahkan, dan sepertinya, masih perawan!, Hmm, Yummy!! Ari berteriak memanggil Inah...",Inah... sini!"..<br />
"Sekedap (sebentar), Den!", Inah tergopoh-gopoh lari ke kolam renang. Rupanya Inah belum tahu apa yang terjadi.<br />
<br />
Sampai di pinggir kolam renang, Inah hanya melihat kakaknya telanjang bulat, tergeletak pasrah di kolam renang yang dangkal. Tiba-tiba Ari muncul dari dasar, dan melompat ke darat dengan telanjang bulat. Inah terperangah, terpaku di tempat. Ari segera melepas kebaya Inah dengan hanya sekali rengutan. Payudaranya turun naik, mengikuti gaya yang yang di praktekkan Ari.<br />
<br />
Ari mengamati tubuh Inah. Sangat indah. Wajah desa yang ayu, makin manis bila terperangah. Rambutnya yang sepinggang, menambah seksi. Belum lagi tubuhnya. Halus dan indah seperti pahatan pematung terkenal. Lehernya yang jenjang, payudaranya yang penuh, perut kecil, tubuh padat dan indah, ditambah dengan pinggul yang besar. Ari merengut jarik Inah. Terlihatlah kakinya yang indah, paha mulus, dan bulu vagina yang lebat. Ari menciumi leher Inah, payudaranya, mengulum putingnya, dan meremas pantat Inah. "Den, mboten, Den", iba Inah, seperti ibaan kakaknya.<br />
<br />
Terlambat, jari Ari memasuki vaginanya. Ternyata masih perawan. Tiba-tiba Inah diceburkan Ari ke kolam. Inah megap-megap. Rambutnya yang basah, menambah besar birahi Ari. Ari menyeburkan diri, mendekai Inah. Inah merapat ke dinding, berpegangan pada lis di tepi kolam. Ari menciumi bibir Inah dengan penuh nafsu, kemudian mengulumnya, seperti hendak dilumatnya. Inah yang belum pernah ciuman, kaget, tapi menikmatinya. Kemudian dengan perlahan Ari memasukkan penisnya yang mengeras ke vagina Inah yang perawan.<br />
"Agggh!", erang Inah, meraskan sakit sekaligus nikmat, karena penis Ari besar dan panjang. Darah keluar, bercampur dengan air, lalu hanyut. Ari bermain gentle, tapi Inah tidak bisa mengimbangi. Dengan berpegang kuat-kuat pada lis, Inah mengejan.<br />
"Ngggh!! Den, nikmat, Den", desah Inah. Ari mulai lagi. Inah memeluk Ari. Ari menjilati leher, menciumi bibir, payudara, mengulum bibir dan puting. Inah mencoba menggoyang. Ari tidak mau kalah. Dipercepat gerakannya dan, "Nggh! Den, sampun (sudah), Den!", Inah mengiba.<br />
<br />
Ari tidak peduli. Tubuh Inah diputar hingga membelakangi Ari. Kemudian dimasukkan penisnya, dan mendorong tubuh Inah ke bawah dan ke atas, sembari meraba tubuh Inah yang nyaris sempurna, meremas payudaranya, dan menjilati lehernya. Inah nampaknya menikmati permainan ini. Tapi..., "Ngggh!". Inah mencapai klimaks yang ketiga. Ari menggendong Inah ke bagian dangkal lalu membaringkan di sebelah Inem yang sedang kelelahan. Ari mengambil posisi atas, dan bermain kasar terhadap Inah. Dalam posisi ini, Inah kalah sampai tiga kali.<br />
<br />
Ari sekarang di bawah, membantu Inah. Tak lama kemudian, Inah memeluk Ari erat-erat karena sedang menahan cairannya agar tak keluar. Ari juga memeluk Inah, karena merasa air maninya akan keluar dan.., "Awggh!., Ngggh!". Ari dan Inah mencapai orgasme pada waktu yang bersamaan, dan cairan mani membanjiri vagina Inah.<br />
<br />
Tapi Ari belum puas, dan menyergap Inem. Inem tidak berdaya. Ari bermain kasar dan..., "Ngggh!., Awgggh!", Cairan hangat dan kental dari Ari dan Inem membanjiri vagina Inem. Ari berdiri, lalu mengambil uang sejumlah empat bulan gaji untuk mereka berdua. Inem dan Inah berterima kasih karena mendapatkan uang sebesar dua bulan gaji!<br />
<br />
<br />
TAMAT </span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-51886862225740269912011-02-17T23:52:00.000-08:002011-02-17T23:52:06.699-08:00Suami pergi melulu, istri tidurin ajahNama gua Antok. Travel customer service perusahaan penyalur air minum. Bahasa awamnya sopir sekaligus tukang angkat galon air mineral duapuluh liter. Gak heran badan gua kekar. Bos bilang ini namanya company benefit. Sialan. Dulu gua termasuk orang kuliahan, tapi nyerah sebelom kelar. Otak tak mampu, kantong kering, motivasi payah. Jelek-jelek gini gua punya simpenan cewe cantik putih keturunan chinese. Sarjana lulusan perguruan tinggi and berduit. Rumah gedongan pakai AC. Ibu rumah tangga lagi. Apa gak hebat? Temen-temen gua pada bilang, prestasi kaya gitu kok dibangga-banggaain. Gua bales nanya, emangnya elu bisa apah? Gak peduli omongan orang, pokoknya gua pede. Manteb buat nulis di sini biar orang-orang pada tau semua.<br />
<br />
<span class="fullpost"> Cewe gua namanya Lina. Umur tigasatu, anak umur lima sama tujuh. Biar gitu badan masih ramping. Tetenya kenceng dan pentilnya terjaga baik. Sampe hapal tuch, padahal dulu kalo pelajaran lupa terus. Katanya waktu anak-anak masih kecil pake botol. Yang terpenting itu memenya masih seret. Kok bisa? Bisa ajah berkat kemajuan teknologi operasi sesar. Ada bekas carutan di perut bawah. Kalo gak percaya lihat ajah sendiri. Suami pergi melulu, ikut perusahaan internasional. Katanya harus sering travel, biar cepat naek pangkat. Bodo amat aturan itu, pokoknya suami pergi melulu, istri tidurin ajah. Lagian cewe mana yang gak butuh temen ngobrol. Abis gitu ya lanjuting ke ranjang lah. Gak bener kalo cuma ngomong-ngomong doang. Guru bahasa Indonesia gua dulu bilang, jangan cuman bicara tapi juga kerja. Lupa gimana persisnya, pokoknya gitu maksudnya.<br />
<br />
Cewe gua servisnya benar-benar yahood, termasuk kalo lagi gak mood. Pagi-pagi gua dateng nganter galon air. Mana si bibik, tanya gua. Ke pasar, jawabnya males tiduran. Emang bosen yach ditinggal suami melulu. Anak-anak sekolah, tanya gua liatin itu kaki putih mulus. Iyah, katanya sambil lihat TV. Satu tangan maju, masih gak cukup, pakai dua. Naek turun masuk-masuk balik daster. Halus di tangan, mesum di mata. Pantynya warna jambu, pusernya kelihatan lagi, wuih. Kok diam ajah, lagi gak minat yach. Gua gak peduli, kan udah ngaceng. Gua peloroting ajah pantynya. Buang ke ranjang. Gak nolak. Itu rambut menantang mengundang bencana ajah. Copot celana seragam gua, kolor gua. Buang ke ranjang. Si monas udah kenceng naek turun. Sabar ach, bentar lagi juga dapet itu meme istri orang. Angkat dasternya sampe atas pusar, buka dua kaki mulus putih rada lebar. Nurut kok. Gua naekin badannya. Posisi standar lah, kan si cewe lagi gak gairah. Tangan di samping badan, kaki dipas-pasin di antara dua kaki dia.<br />
<br />
Helm coklat item gua mulai masukin celah merah jambu. Ssh, suara apa itu keluar dari mulut. Lanjuting terus, masuk separoh. Seret tapi kering, geli tapi kurang nikmat. Gua pompa pelan-pelan, nah tuch mulai basah. Langsung pentokin ajah si rudal. Uuhh. Banter itu suara sampe kepala keangkat dikit. Heheh. Pompa lagi rada kenceng. Nah, ini baru namaya licin rapet anget nikmat. Gua lirik ke bawah, badan gua yg item kasar numpukin badan dia yang putih halus. Serasa berkuasa gitu, bagaikan orang penting ajah! Biar mesra dikit, gua cipokin mulutnya. Dibales lagi. Nikmat buanget. Sedot-sedot lidah, nah tuh tangan pegangan punggung gua, mulai menikmati yach. Gua jilatin mukanya yang putih. Tambah kenceng goyang pinggul gua sampe kaki doi keangkat-angkat. Nempel lepas jembut gua ke si kecil itil. Teken-teken gesek-gesek biar geli-geli. Nah tuch bener khan, kakinya jadi ngerangkul ke bokong gua. Kalao ada orang ngintip, gua gak bisa dituduh memperkosa. Liat tuch posisinya kakinya kaya gitu, tul hak?. Tarik lagi, seret, licin. Amblas lagi, geli-geli, uenak bener. Cantik putih, istri orang lagi. Kapan lagi.<br />
<br />
Gunung merapi mau meletus. Gua angkat badan gua sampe tangan lurus kenceng, perut bawah nempel ketat. Digoyang yach Lin, bisik gua jorok, gua mau kkluarrr nich. Gak perlu diperintah dua kali, kakinya diturunin. Gua lirik ke bawah lagi, pinggulnya yang bulat seksi putih mulai goyang naek turun. Buset. Gak kecepatan yang bikin punya gua sakit. Kan lagi peka-pekanya gitu. Gak terlalu pelan juga yang bikin kurang manteb ngecrotnya. Pokoknya paslah. Crot pertama. Pembukaan. Prrrottthhh dua kali. Yang ini paling banter sampe badan kejang and pantat ampir kram. Sambil digoyang lagi, geli-geli buanget dech helm gua! Peju gua yemprot dalem-dalem. Kalo gak diikat itu rahim abis operasi sesar dulu itu udah pasti hamil eluh. Gua tinggal kabur pastilah. Crot lagi. Crot, crot, rada dikit. Dikit lagi, dikit lagi. Tes, tes. Naaah abis jugah, gak mau rugi maksudnya. Badan ambruk. Punggung keringatan, torpedo masih nancep. Masih ajah digoyang tapi sambil pelan-pelan dibrentiin. Biar punya gua gak kaget gitu. Abis istirohat, gua pake pakaian. Gua sedot bibirnya tanda trima kasih. Tinggalin permen coklat buat anak-anak. Terus balik kerja. Ini baru yang namanya company benefit! Gimana rekan-rekan, hebat khan pengalaman gua? Entar nulis lagi pengalaman sama cewe gua ini waktu dia lagi mood. Lebih lengkap and rame, tunggu ajah.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-39225012634291692902011-02-15T06:24:00.003-08:002011-02-15T06:24:46.805-08:00Berenang & BerenangSetelah ujian akhir semester berakhir, gue ama ceweq gue sepakat buat sedikit<br />
mendinginkan otak dan bersantai-santai. Gue ajak ceweq gue pergi ke pantai<br />
Pangandaran, bermobil berdua, dan nyewa satu kamar di hotel yang tidak terlalu<br />
besar. Kamar yang gue sewa sengaja ber AC soalnya tau sendiri gimana panasnya<br />
udara pantai.<span class="fullpost"> <br />
Gue dan ceweq gue sudah sering bepergian berdua, dan juga nginep<br />
berdua. Tetapi selama itu (hampir 5 tahun) belum pernah sekalipun gue *******<br />
dalam arti yang sebenarnya. Yang terjadi adalah sekedar "Heavy Petting", mandi<br />
kucing, deep kissing dll. jadi urusannya adalah urusan "luar", muncratpun di<br />
luar. Gue sangat mencintai ceweq gue, dan gue kagak mau mengambil keperawanan<br />
dia begitu aja. Gue tau dan sadar bahwa kalo gue mencintai dia, gue juga harus<br />
menjaga yang satu itu.... belum tentu khan gue bakal kawin ama dia.<br />
Setelah check-in, gue ama ceweq gue berenang di laut. Gue dan ceweq gue sangat<br />
suka berenang, apalagi di laut. Capek berenang, gue dan ceweq gue mandi, berdua<br />
tentu, terus jalan-jalan malam sambil cari makan. Gue dan ceweq gue makan<br />
makanan laut di pinggir pantai timur pangandaran.<br />
Balik ke kamar hotel, badan lumayan capek ditambah udara AC kamar yang sejuk,<br />
gue dan ceweq gue naik ke tempat tidur, masuk ke bawah selimut. Kami berpelukan<br />
sambil ngobrol, dan saling menyatakan rasa sayang. Gue cium bibir ceweq gue,<br />
dia membalas, lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulut gue. Lidahnya seperti<br />
berusaha untuk mencapai seluruh sudut mulut gue. Gue membalas dengan menggigit<br />
pelan lidahnya, dan ikut menjelajahi dalam mulutnya dengan lidah gue. Napsu<br />
gue mulai naik, tangan gue mulai menjelajahi payudaranya dari luar baju. Pelan<br />
pelan gue elus, gue remes, dan gue cari ujung pentilnya. Ceweq gue mulai<br />
merintih keenakan. Puas menjelajahi dari luar, tangan gue mulai masuk ke dalam<br />
lewat bawah t-shirt-nya. Gue buka BH-nya, terus gue mulai menjelajahi payudara<br />
ceweq gue. Suara rintihannya semakin keras. Gue buka t-shirtnya, terus mulut<br />
gue mulai beraksi. Gue cium bibirnya, dagunya, lehernya, pundak kiri, pundak<br />
kanan, dan sampai ke payudaranya. Gue jilat dan gue isap pentilnya yang sudah<br />
mengeras. Sekali-sekali gue gigit pelan-pelan. Ceweq gue juga mulai naik, dia<br />
membuka t-shirt gue, dan mulai mengusap dan mencubit pentil gue. Rasanya nggak<br />
terkira, nikmat sekali. Biarpun udah sering gue dan ceweq gue melakukannya,<br />
tapi setiap kali, selalu nikmat. Puas "main susu", tangan gue turun ke bawah<br />
pelan-pelan. Mula-mula, gue elus-elus vaginanya dari luar celana pendeknya.<br />
Setelah celana pendek itu terlepas, gue ngelus dari luar CD-nya. Buset, udah<br />
lembab banget. Nggak lama, CD itupun terlepas, tangan gue langsung berhadapan<br />
dengan bulu-bulu halus dan lubang hangat yang basah. Gue elus-elus klitorisnya,<br />
kadang-kadang masuk sedikit ke dalam lobangnya. Ceweq gue makin menjadi-jadi<br />
mengerang. Tangannya membuka celana gue sekalian CD-nya, terus mulai mengelus<br />
penis gue yang sudah sangat tegang. Gue juga ikutan merintih, tangannya sudah<br />
pengalaman untuk membangkitkan rasa nikmat. Gue melanjutkan tahap permainan,<br />
mulut gue turun perlahan-lahan, lewat pusar, bawah pusar, dan sampai ke vagina.<br />
Lidah gue mulai menjilati vaginanya, klitorisnya, dan kadang-kadang masuk ke<br />
dalam lobangnya. Rasanya, susah untuk diungkapkan dengan kata-kata. Ceweq gue<br />
juga nggak mau kalah, dia menggerakkan badannya sedemikian rupa, sampai mulut<br />
mungilnya ketemu dengan penis gue. Gue kelojotan begitu lidahnya yang hangat<br />
dan kasar itu mulai mengulum penis gue. Dingin-dingin empuk. Gue dan ceweq gue<br />
udah nggak peduli ama lingkungan, suara rintihan kita berdua kayaknya sich<br />
kedengaran ampe kemana-mana. Bodo amat....<br />
Setelah kira-kira 10 menit pada posisi tersebut, ceweq gue menarik kepala gue<br />
supaya ke atas, dan ganti posisi. Biasanya, gue akan memainkan penis gue diluar<br />
vagina dia sampai kita berdua orgasme, tapi kali ini dia berbisik ketelinga gue<br />
kalo dia ingin gue memasukkan penis gue ke dalam. Gue sempet kaget, tapi dia<br />
memeluk kepala gue dan berbisik bahwa dia sungguh-sungguh. OK, gue mengarahkan<br />
penis gue dengan tangan, lalu setelah gue rasa pas, gue coba memasukkannya.<br />
Gue udah sering nonton BF, juga baca cerita, juga denger dll., tapi koq waktu<br />
dipraktekin nggak segampang yang gue kira. Rasanya, lobang itu nggak ketemu-<br />
ketemu. Gue coba teken, ceweq gue kesakitan, gue coba arah lain, masih juga<br />
salah. Akhirnya, ketemu juga. Gue masukkan pelan-pelan sekali, sedikit demi<br />
sedikit. Gue liat ekspresi muka ceweq gue kesakitan, tapi sekali lagi dia<br />
berbisik bahwa dia nggak apa-apa. Akhirnya, gue berhasil memasukkan penis gue<br />
seluruhnya, lalu gue mulai naik-turun. Rasanya, nggak terkira, nikmat sekali !!<br />
Mula-mula pelan, makin cepat, makin cepat, dan rasanya gue udah mau ejakulasi.<br />
Biarpun gue lagi keenakan, tapi akal sehat gue masih jalan. Gue nggak mau<br />
nyemprotin sperma gue di dalam, gue nggak mau kalo ceweq gue sampe hamil.<br />
Tapi, ceweq gue seperti mengerti apa yang gue pikirin. Begitu gue akan<br />
mencabut penis gue, kedua kakinya merangkul pantat gue erat-erat. Penis gue<br />
masuk sedalam-dalamnya, dan akhirnya gue ejakulasi di dalam. Aaaaahhhhhhh.....<br />
bukan main, nikmat banget !!!. Gue biarin penis gue di dalam, terus gue cium<br />
bibir ceweq gue. Gue liat ada air mata di sudut matanya, tapi bibirnya<br />
tersenyum. Gue bilang, gue sayang dia, dan gue ucapin terima kasih. Kami<br />
berpelukan lagi. Malam itu gue dan ceweq gue sempat mengulanginya 3 kali<br />
sebelum akhirnya tertidur kecapekan. Besok paginya gue lihat seprai yang tadinya<br />
putih bersih sekarang bernoda darah segar dan sisa-sisa sperma yang tumpah.<br />
Gue nginep 3 hari 4 malam, dan selama itu nggak tau berapa kali gue *******<br />
beneran ama ceweq gue. Siang berenang, malam berenang juga. Cuma beda medianya<br />
aja. Untungnya, dia nggak sampe hamil. Sayang sekali, setahun setelah itu gue<br />
pisah ama ceweq gue.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-13832155599026505712011-02-15T06:24:00.001-08:002011-02-15T06:24:14.458-08:00Tragisnya Nasib Nabilla SyakiebNabila yang sedang naik daun membuat tidak sedikit orang yang iri dan cemburu padanya. Termasuk, Iyem, pembantu rumah tangganya.<br />
<br />
Suatu hari ketika Nabila sedang senidrian di rumah dan sedang tidur, Nabila terbangun dan kaget mendapati tangan nya terikat di ujung-ujung ranjangnya.<br />
<br />
Dan betapa kagetnya ia melihat Iyem disampingnya sambil tersenyum sadis.<br />
<br />
'Iyem apa-apaan ini, lepasin saya'<br />
'Nggak, non. Saya ngga akan ngelepasin non. Saya muak dengan kesuksesan non. dan sekarang saya mau ngeliat non hancur.'<span class="fullpost"> <br />
<br />
Nabila berteriak-teriak histeris, namun ia sadar itu percuma. kamarnya yang tersendiri, kedap suara. Dan ia sedang sendirian di rumah.<br />
<br />
Iyem tertawa buas, sambil ia merobek-robek baju Nabila, perlahan-lahan sampai bugil.<br />
<br />
lalu Iyem bangun dan membuka pintu kamarnya. Nabila panik melihat lima orang bertampang sangar, brutal dan dekil masuk ke kamarnya.<br />
<br />
Iyam berkata' sekarang saya mau melihat non di entot sama mereka.dan saya mau mengabadikannya' di tangan Iyem tergenggam kamera digital dan mulai mengabadikan tubuh mulus Nabila dengan vagina yang tercukur rapi.<br />
<br />
Nabila melawan sekuat tenaga. Kakinya yang bebas menyepak kesana kemari membuat mereka kewalahan.<br />
<br />
Akhirnya mereka mengikat kedua kakinya ke atas ke samping tangannya ke arah tiang kasurnya. Nabila menjerit kesakitan karena kakinya direntangkan begitu rupa, tubuhnya sedikit terlipat, sehingga vagina dan anusnya tertampang bebas. Iyem terus mengabadikan kondisi tubuh Nabila yang kini hanya bisa pasrah.<br />
<br />
Orang pertama maju dan memperkosa Nabila dengan brutal. Ia tidak perduli jeritan Nabila, penisnya dilesakkan ke dalam vagina Nabila yang kering tanpa ampun, darah perawannya mengalir deras.<br />
<br />
'Edan, sempit abis, peler gua dijepit ni memek' cetus pemerkosa Nabila sambil memaju mundurkan penisnya secara brutal.<br />
Nabila hanya bisa merintih dan menangis karena mahkotanya direnggut paksa begitu rupa. Tak lama Nabila merasakan penis pemerkosanya berdenyut.<br />
<br />
'Jangan bang, ampun. Jangan di dalam'<br />
<br />
Namun pemerkosanya tidak perduli dan memuntahkan spermanya di rahim Nabila. Tangis Nabila makin menjadi membayangkan dirinya hamil oleh orang brutal itu.<br />
<br />
Belum lagi ia bernafas lega, orang kedua menghujamkan penisnya ke vaginanya yang sudah berantakan. Penisnya dengan lancar masuk dan maju mundur di vagina Nabila yang basah oleh sperma dan darah keperawanannya.<br />
<br />
Nabila sudah tidak dapat merasakn lagi vaginanya, ia hanya merintih pelan merasakan daging brutal itu menghancurkan vaginanya.<br />
<br />
Namun deritanya belum lagi berakhir, Iyem memanggil maju orang kelima, lalu ia berkata pada Nabila<br />
'Non, kenalin ini Juki, dia bakal bikin non kelojotan keasakitan karena dia seneng banget nyodomi pantat perawan.'<br />
<br />
Nabila mendelik ngeri mendengarnya, ia coba meronta namun sia-sia. Dan Nabila menjerit ngeri ketika Juki telanjang di hadapannya, penisnya seukuran penis kuda. Dan juki benar-benar berkeinginan menyiksa Nabila, karena ia menghujamkan penisnya ke anus Nabila tanpa pelumas, dan dilakukan perlahan-lahan sampai seluruh batangnya habis, lalu dengan brutal menyodominya.<br />
<br />
Nabila tak mampu berteriak karena sakitnya, mulutnya menganga, matanya terbalik. Penderitaan di anusnya baru berakhir setelah satu jam, karena Juki benar-benar ahli dalam hal sodomi.<br />
<br />
Ketika Nabila hanya tinggal berdua dengan Iyem. Iya memohon lirih<br />
'Yem, tolong lepasin aku...'<br />
'Ngga, non, saya bakal ninnggalin non kaya begini untuk semalem, biar non inget terus sakitnya.'<br />
Dan Iyem benar-benar meninggalkan Nabila terikat seperti itu semalaman dengan tambahan dua vibrator ukuran super yang entah didapat Iyem dari mana dihujamkan di anus dan vagina Nabila yang sudah hancur berantakan dan dinyalakan dalam getaran penuh.<br />
<br />
Kini Nabila menjadi budak Iyem. Ketika mereka sedang berdua di rumah Iyem memaksa Nabila bertelanjang bulat dan menggantikannya mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, dan memuaskan hasrat sexnya, Iyam memaksa nabila untuk menjilati vaginanya sampai dirinya orgasme, dan kemudian memaksa Nabila tidur terlentang dan memaksa nabila menjilati anusnya.<br />
<br />
Tak jarang juga Iyem membawa Nabila ke tenda remang-remang terkumuh yang ada di Jakarta, dan memaksa Nabila melacurkan dirinya untuk para pengemis, gelandangan, pemulung, kuli pasar dan preman yang ada dengan tarif seribu rupiah per orang.<br />
<br />
Nabila yang cantik, sexy dan terawat jalas menjadi primadona. Tak jarang dirinya di antre 40 sampai 50 orang semalam, bergiliran atau keroyokan, bahkan ketika ada orgen tunggal di daerah tenda remang-remang itu Nabila terpaksa 'melayani' lebih 100 orang 'tamu' di lapangan terbuka tempat konser itu berlangsung<br />
<br />
Dan Nabila tak mendapatkan apa-apa dari keringatnya kecuali sperma di sekujur tubuhnya, rahim, anus dan mulutnya, karena seluruh 'penghasilannya' dirampas Iyem.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-14855100563343519562011-02-15T06:23:00.003-08:002011-02-15T06:23:52.054-08:00"Making Love dengan teman kerjaku..."Kejadiannya kira-kira setahun lalu...<br />
Yang pastinya ini pengalamanku yg sebenarnya....<br />
sedikit Pengurangan dan penambahan<br />
takut nanti ada yang dirugikan...ha3xx<br />
<br />
<br />
Saya kerja di sebuah counter HP di suatu daerah di SULAWESI UTARA<br />
posisiku lumayan asisten menager merangkap akuntan...<br />
jadinya..karyawan baru yah harus lewat saya dulu,sebut namanya FITRI bodynya lumayan gak tinggi tapi dadanya buat semua laki-laki yang memandang pasti terpana."Siang.." sapaku..."siang pak!jawabnya...ini hari hari pertamanya bekerja jadi mau tidak mau saya harus membimbingnya mengenalkan kepada karyawan lain dll...<span class="fullpost"> <br />
<br />
Kebiasaan kalo karyawan baru harus bisa kerja full time paling lama seminggu..jadinya biasa pulang jam 22.00 paling cepat.."malam pak saya pulang duluan sudah malam.."katanya.Ohh yah jawabku sebentar yah nanti saya antar pulang"jawabku..Bapak mau antar saya yah...tanyanya<br />
<br />
"Yap...semua karyawan yang kerja disini harus saya tahu rumahnya biar kalo ada apa-apa cepat teratasi oke" jawabku..Padahal saya memiliki pikiran ingin mengerjainya Ha3xxx..kutertawa dalam hati.<br />
<br />
"Ayo masuk dimobil..segera kubukakan pintu supaya dia segera masuk,kita sekarang mau kemana?"tanyaku..bagaimana kalo kita makan dulu..sambungku sebelum dia menjawab..<br />
<br />
"Tapi pak".....segera kusambung "gak apa-apa.."percaya sama bapak soalnya bapak udah lapar nih..<br />
Jangan panggil saya bapak kalo udah lewat jam kantor panggil saja Daniell ok sayang...candaku..<br />
<br />
Dia kusuruh pesan makanan duluan sedangkan saya masih di mobil mempersiapkan obat peransang yang kutaruh ke dalam minuman kaleng yang sudah kubolongi sedikit pinggirnya pake jarum suntik..jadinya ngak kentara terbuka..<br />
<br />
Saya masuk pesan makanan,selesai makan saya langsung naik kemobil diikuti oleh dia..."Rumahnya FITRI dimana?"tanyaku...<br />
oh jalan Perintis Kemerdekaan pak..jawabnya..<br />
<br />
lumayan jauh juga sekitar 5 km dari tempat kami makan...FITRI haus yah ini bapak punya soft drink 2 kamu satu saya satu...saya pura-pura membukakan supaya gak kentara jangan sampe tumpah walaupun lobangnya sekecil jarum suntik..<br />
<br />
Kemudian dia meminumnya sekitar 10 menit kemudian dia mulai gelisah..<br />
saya segera meluncurkan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan libido seorang wanita...<br />
<br />
Mobil saya parkir ditempat yang agak sepi...kemudian tangan saya mulai beraksi memegang pundaknya..Waoo ternyata dia tidak marah apalagi berkata sesuatu..."dalam hatiku sungguh ampuhnya obat ini pemberian Joy temanku"..<br />
<br />
Saya mulai mengelus-elus rambutnya,belakang telinganya sambil kuciumi dia..ternyata dugaanku meleset saya kira dia akan marah tapi dia merespon sebaliknya dengan ganasnya dia menarik wajahku menciumiku,menjilatiku,sampe-sampe saya kewalahan..."wao ganas juga wanita ini"....<br />
<br />
sekitar 15 menit kami beradu lidah...tiba-tiba dia membuka kancing celanaku menarik restletingku dan menyingkap CDku lalu mulai menjilatinya,menciumnya,dan mengulumnya...gak salah saya menilai dia dari pertama saya tahu dia tipe wanita yang liar haus akan sex..<br />
<br />
saya gak tau lagi sangat-sangat nikmat isapan yang dia berikan..lain dengan teman kantorku yang pernah saya kerjai..saya gak tahan akhirnya Cruit..Cruit keluar deh saya bobol juga..<br />
<br />
segera saya balikkan badannya kubuka satu persatu kancing bajunya kemudian BHnya....Akhirnya saya bisa melihat gunung kembarnya sungguh sempurnanya putih,padat,nunggin..<br />
<br />
Kujilati,kuisap sambil memainkan jari-jariku di CDnya kudengar desahan tanda dia mulai terangsang lalu kusingkap cdnya..astaga vaginanya dibotakin gundul kayak anak-anak..<br />
segera lidahku meluncur turun mencari biji klitorisnya kupermainkan sesaat kujilat,kuisap,kutusuk-tusuk pake jari..kembali ke klitorisnya bibirku menghisap sambil diemut-emutin kayak makan ice cream.Klitorisnya yang berada dalam mulutku kuisap dengan lembut sementara lidahku menusuk-nusuk lubang vaginanya.<br />
<br />
"yah terus ohh uppss yang kuat yang cepat saya belum pernah merasakan yang seperti ini bapak pintar Ohh.."desahan FITRI membuatku semakin ganas untuk membuatnya puas..<br />
<br />
Tubuh FiTRI sudah gak tentu arahnya kekanan kekiri membuat mobil ini terguncang-guncang sementara tangannya menarik-narik rambutku karena saya semakin ganas mempermainkan klitorisnya...sampe entah dari mana keluarnya mulutku dibanjiri cairan wanitanya sementara saya sudah sesak nafas gara-gara hidungku,mulutku dibenamkan semuanya ke vaginanya...<br />
<br />
Terus...lagi..yang kuat ouhhh....sedikit lagi pak..AccHHHH OHHHH........ akhirnya dia mendesah dengan kerasnya disertai cairan yang semakin banyak keluar ke mulutku yang mau tak mau aku jilatin dan kutelan....<br />
<br />
Dengan nafas yang masih ngos-ngossan dia berkata "Pak lain kali kita lanjutin di hotel aja supaya biar enak dan santai"..."baiklah besok kita ke hotel"...sekarang kamu saya antar pulang takut orang rumahmu mencarimu sekarang sudah jam 01..00 pagi..</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-44864316476102694532011-02-15T06:23:00.001-08:002011-02-15T06:23:12.248-08:00Menikmati tubuh Ira yang putih mulusDi sebuah rumah yang besar dan luas di daerah Solo tinggallah pasangan muda, anak dari seorang pengusaha yang berhasil di bidang usahanya. Rumah ini baru saja selesai mereka bangun. Karena besar dan luasnya rumah ini maka mereka memakai beberapa orang pembantu dan tukang kebun. Selain itu di pintu gerbangnya ada pos satpam yang akan mengawasi tamu masuk. Karena mereka belum dikarunai anak maka ira tinggal dirumah dan suaminya rudi yang kekantor meneruskan usaha yang ditinggalkan ayahnya, bersama kakak-kakaknya.Didalam rumah yang besar dan banyak kamarnya itu,Ira merasa kesepian dan resah, ia memang berada dilingkungan yang serba megah namun kepuasan batin tidak ia dapatkan. Padahal ia dan Rudi baru 1 tahun menikah. Didalam kehidupan sex ia tidak ada masalah dan halangan. Rudi saat ini berusia 29 tahun dan Ira 26 tahun.<span class="fullpost"> <br />
<br />
Sebagai layaknya pasangan muda, hampir setiap ada kesempatan mereka selalu melakukan hubungan badan di kamarnya yang serba lux itu. Tidak jarang mereka bepergian ke villanya di tawangmangu untuk melepaskan rasa suntuk dan melepaskan kepenatan setiap hari. Suatu malam, di rumah itu tanpa diketahui oleh Ira dan Rudi,diluar kamarnya ada sepasang mata yang mengintip dari balik jendela. Sepasang mata itu milik seorang lelaki yang biasanya bertugas sebagai satpam di rumahnya itu. Namanya Usup. Dari dulu semenjak Usup mulai bertugas di rumah itu Usup telah menaruh perhatian terhadap istri majikanya itu. Meskipun jika keluar rumah Ira selalu pakai pakaian celana panjang dan kepalanya tertutup selendang namun kecantikan dan kesintalan nyonya majikannya itu membuat Usup sulit tidur.<br />
<br />
Usup dari balik jendela yang ditutup gordyn itu terus mengamati dan melihat tingkah laku suami istri itu. Malam itu Rudi dan Ira seperti bisa bermesraan dulu barulah mereka saling melepaskan pakaian masing-masing , untuk melakukan hubungan badan. Usup diluaran dengan nafas memburu melihat ketelanjangan suami istri itu. Namun yang terus diperhatikannya adalah sosok tubuh Ira, yang biasanya di luaran ia liat berpakain tertutup semua, namun di saat itu hampir seluruh bentuk tubuh Ira ia liat tanpa ada yang menutupnya.<br />
<br />
Malam itu hampir dua jam Usup menyaksikan aksi pasangan muda itu bersebadan. Usup sempat pusing melihatnya. Dikepalanya terbayang kehalusan dan kesintalan tubuh majikannya itu. Bayangan itu terus bermain di pelupuk matanya. Pada suatu saat, Rudi karena ada urusan maka ia berangkat keluar negeri untuk beberapa saat.Maka ia tinggalkan Ira di rumah itu. Ia tidak kuatir sebab di rumah itu ada pembantu dan satpam yang siap mengamankan rumah dan isinya.<br />
<br />
Siang itu, iseng-iseng Ira berkeliling rumah dan melihat bunga di pekarangannya. Lalu ia singgah di pos jaga Usup, saat itu Usup sedang akan duduk dan ia kaget karena tidak bisanya Ira singgah di pos nya.<br />
<br />
" Selamat siang pak?" sapa Ira ramah.<br />
<br />
"Siang juga bu?" jawab Usup.<br />
<br />
"Bagaimana pak? apa ada hambatan?" tanya Ira<br />
<br />
"Ooo... tidak bu?" jawab usup lagi.<br />
<br />
Lalu ia masuk ke ruang Usup itu dan duduk di dalamya. Didalam ruang itu lengkap ada kamar mandi dan ruang tidur satpam. Ira duduk dan berbicara dengan Usup panjang lebar tentang keamanan di rumah itu. Ira sempat memperhatikan Usup, ia akui Usup sebagai satpam amat berani dan memiliki otot yang kuat seperti tentara. Tubuhnya hitam legam dan wajah kerasnya terlihat.Dulunya Usup memang tentara dan karena suatu sebab ia di pecat, maka untuk menyambung hidupnya ia menjadi satpam.<br />
<br />
Malam harinya , untuk menghilangkan kejenuhannya di rumah itu, ia berjalan-jalan di halaman itu dan membawa makanan kecil untuk Usup. Ia ke ruang satpam dan duduk didalamnya, Usup menjadi salah tingkah,<br />
<br />
"Bu? saya tidak enak sama ibu masa, duduk di ruang ini?" kata Usup.<br />
<br />
"Ohh ndak apa-apa la pak? moso... duduk saja ndak boleh?"<br />
<br />
" Saya takut nanti pak Rudi marah," jawab Usup.<br />
<br />
"Ooo itu to... oo mas Rudi sekarang sedang di Canada, jadi ndak apa kok pak..."terang Ira.<br />
<br />
"Kalau pak Usup keberatan saya disini, bapak saja yang kedalam, kan kita bisa bicara-bicara pak?" kata Ira.<br />
<br />
"Baiklah buk.. "kata Usup tapi hari akan hujan tampaknya katanya lagi.<br />
<br />
Lalu Ira berjalan kedalam rumahnya dan diikuti usup di belakang. Dari belakang ia perhatikan terus pinggul majikannya itu yang saat itu memakai celana tidur dan blouse dari sutra itu. Didalam salah satu ruangan di rumah itu, Ira dan Usup berbincang bincang berbagai hal, sampai tentang masalah dalam kamarnya. Sedang hari saat itu diluaran hujan deras. Karena suasana dan dinginya malam itu, ditambah lagi pembicaraan yang terlalu menyentuh tentang urusan ranjang, membuat Usup mengetahui rahasia kamar Ira dan Rudi itu. Usup merasa mendapatkan peluang untuk masuk kedalam pribadi Ira. Dengan berbagai cara dan rayuan, Usup pun telah dapat mengenggam tangan Ira dan memeluknya. Dengan cara yang lembut ia dapat mencium bibir Ira yang mungil itu. Ira sedikit menyesal karena ia telah jatuh dalam kelembutan yang di berikan pak Usup.<br />
<br />
Dengan kelihaian Usup mempermainkan Ira, maka Ira dapat ia giring kedalam salah satu kamar di rumah itu. Dikamar yang di<br />
peruntukan untuk tamu itu, Ira ia tuntun. Dalam kamar itu ia baringkan Ira dengan hati-hati dan ia raba buah dada Ira tanpa membuat Ira merasa menyesal. Lalu ia buka, blouse tidur dan bh yang menutupi dada Ira satu persatu. Dibelahan dada ira ia singgah dan memilin puting dan menggigit dada ira hingga memerah.Ira saat itu tidak sadar bahwa ia punya suami dan jatuh terlalu dalam. Dengan tangannya, Usup membuka celana tidur itu dan lalu cd Ira hingga terlihat bulu-bulu halus yang tertata rapi menutupi rongga vagina Ira.<br />
<br />
Dengan leluasa jari tangan Usup masuk dan mempermainkan lobang vagina Ira hingga Ira ingin cepat di tuntaskan...<br />
"Ahgg ghh pakk cepat pak... " dengus ira saat itu.<br />
Lalu Usup membuka seluruh pakainnya dan ia kini telah telanjang bulat. Usup yang selama ini hanya melihat ira telanjang<br />
saat bersenggama denga suaminya, kini Usup dapat melihat dari dekat dan merasakan kehangatan tubuh ira yang ia bayangkan selama ini. Usuppun lalu membuka kedua kaki Ira hingga bahunya dan ia arahkan penisnya yang tegak itu siap untuk masuk kedalam vagina Ira yang masih kecil itu. Dengan sedikit di paksa, lalu amblaslah penis pak Usup kedalam lobang itu. Ira hanya menggigit bibir bawahnya menahan rasa nyilu dan perih saat di masuki kemaluan Usup itu. Beberapa saat lamanya usup terus menggenjot dan memaju mundurkan penisnya di dalam vagina Ira hingga Ira kini merasakan nikmat dan orgasme. Lalu usup pun memuncratkan maninya di dalam vagina ira.<br />
<br />
Ia biarkan saja tumpah didalam dan Usuppun diam di atas tubuh Ira saat itu hingga ia tertidur. Ira pun tergolek bersimbah keringat , saat itu keringat Usup telah bercampur dengan ira dan tidak ada lagi yang membatasi kulit mereka. tubuh ira masih terhimpit dibawah dan lemas. malam itu Usup melakukan nya 2 kali hingga Ira tidak sempat menolak lagi.<br />
<br />
Sejak saat itu, bila ada kesempatan disalah satu kamar rumah itu Ira maupun Usup berpacu dalam birahi. Rudi tidak tahu dan hanya mereka berdualah yang menyimpan rahasia itu, hingga saat ini.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-40481070898477024792011-02-15T06:22:00.003-08:002011-02-15T06:22:46.910-08:00Sari anak kost yang baruWalaupun bulan ini penuh dengan kesibukanku, aku termasuk orang yang sangat susah untuk dapat mengontrol keinginan seks atas wanita. Pengalaman ini kualami beberapa hari sebelum bulan-bulan sibukku yang lalu di tempat kost. Di tempat kost kami berlima dan hanya ada satu-satunya cewek di kost ini, namanya Sari. Aku heran ibu kost menerima anak perempuan di kost ini. Oh, rupanya Sari bekerja di dekat kost sini.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Sari cukup cantik dan kelihatan sudah matang dengan usianya yang relatif sangat muda, tingginya kira-kira 160 cm. Yang membuatku bergelora adalah tubuhnya yang putih dan kedua buah dadanya yang cukup besar. Ahh, kapan aku bisa mendapatkannya, pikirku. Menikmati tubuhnya, menancapkan penisku ke vaginanya dan menikmati gelora kegadisannya.<br />
<br />
Perlu pembaca ketahui, umurku sudah 35 tahun. Belum menikah tapi sudah punya pacar yang jauh di luar kota. Soal hubungan seks, aku baru pernah dua kali melakukannya dengan wanita. Pertama dengan Mbak Anik, teman sekantorku dan dengan Esther. Dengan pacarku, aku belum pernah melakukannya. Swear..! Beneran.<br />
<br />
Kami berlima di kost ini kamarnya terpisah dari rumah induk ibu kost, sehingga aku dapat menikmati gerak-gerik Sari dari kamarku yang hanya berjarak tidak sampai 10 meter. Yang gila dan memuncak adalah aku selalu melakukan masturbasi minimal dua hari sekali. Aku paling suka melakukannya di tempat terbuka. Kadang sambil lari pagi, aku mencari tempat untuk melampiaskan imajinasi seksku.<br />
<br />
Sambil memanggil nama Sari, crot crot crot.., muncratlah spermaku, enak dan lega walau masih punya mimpi dan keinginan menikmati tubuh Sari. Aku juga suka melakukan masturbasi di rumah, di luar kamar di tengah malam atau pagi-pagi sekali sebelum semuanya bangun. Aku keluar kamar dan di bawah terang lampu neon atau terang bulan, kutelanjangi diriku dan mengocok penisku, menyebut-nyebut nama Sari sebagai imajinasi senggamaku. Bahkan, aku pernah melakukan masturbasi di depan kamar Sari, kumuntahkan spermaku menetesi pintu kamarnya. Lega rasanya setelah melakukan itu.<br />
<br />
Sari kuamati memang terlihat seperti agak binal. Suka pulang agak malam diantar cowok yang cukup altletis, sepertinya pacarnya. Bahkan beberapa kali kulihat suka pulang pagi-pagi, dan itu adalah pengamatanku sampai kejadian yang menimpaku beberapa hari sebelum bulan itu.<br />
<br />
Seperti biasanya, aku melakukan masturbasi di luar kamarku. Hari sudah larut hampir jam satu dini hari. Aku melepas kaos dan celana pendek, lalu celana dalamku. Aku telanjang dengan Tangan kiri memegang tiang dan tangan kanan mengocok penisku sambil kusebut nama Sari. Tapi tiba-tiba aku terhenti mengocok penisku, karena memang Sari entah tiba-tiba tengah malam itu baru pulang.<br />
<br />
Dia memandangiku dari kejauhan, melihat diriku telanjang dan tidak dengan cepat-cepat membuka kamarnya. Sepertinya kutangkap dia tidak grogi melihatku, tidak juga kutangkap keterkejutannya melihatku. Aku yang terkejut.<br />
<br />
Setelah dia masuk kamar, dengan cuek kulanjutkan masturbasiku dan tetap menyebut nama Sari. Yang kurasakan adalah seolah aku menikmati tubuhnya, bersenggama dengannya, sementara aku tidak tahu apa yang dipikirkannya tentangku di kamarnya. Malam itu aku tidur dengan membawa kekalutan dan keinginan yang lebih dalam.<br />
<br />
Paginya, ketika aku bangun, sempat kusapa dia.<br />
“Met pagi..” kataku sambil mataku mencoba menangkap arti lain di matanya.<br />
Kami hanya bertatapan.<br />
<br />
Ketika makan pagi sebelum berangkat kantor juga begitu.<br />
“Kok semalam sampai larut sih..?” tanyaku.<br />
“Kok tak juga diantar seperti biasanya..?” tanyaku lagi sebelum dia menjawab.<br />
“Iya Mas, aku lembur di kantor, temenku sampai pintu gerbang saja semalam.” jawabnya sambil tetap menunduk dan makan pagi.<br />
“Semalam nggak terkejut ya melihatku..?” aku mencoba menyelidiki.<br />
Wajahnya memerah dan tersenyum. Wahh.., serasa jantungku copot melihat dan menikmati senyum Sari pagi ini yang berbeda. Aku rasanya dapat tanda-tanda nih, sombongnya hatiku.<br />
<br />
Rumah kost kami memang tertutup oleh pagar tinggi tetangga sekeliling. Kamarku berada di pojok dekat gudang, lalu di samping gudang ada halaman kecil kira-kira 30 meter persegi, tempat terbuka dan tempat untuk menjemur pakaian. Tanah ibu kostku in cukup luas, kira-kira hampir 50 X 100 m. Ada banyak pohon di samping rumah, di samping belakang juga. Di depan kamarku ada pohon mangga besar yang cukup rindang.<br />
<br />
Rasanya nasib baik berpihak padaku. Sejak saat itu, kalau aku berpapasan dengan Sari atau berbicara, aku dapat menangkap gejolak nafsu di dadanya juga. Kami makin akrab. Ketika kami berbelanja kebutuhan Puasa di supermarket, kukatakan terus terang saja kalau aku sangat menginginkannya. Sari diam saja dan memerah lagi, dapat kulihat walau tertunduk.<br />
<br />
Aku mengajaknya menikmati malam Minggu tengah malam kalau dia mau. Aku akan menunggu di halaman dekat kamarku, kebetulan semua teman-teman kostku pulang kampung. Yang satu ke Solo, istrinya di sana, tiap Sabtu pasti pulang. Yang satunya pulang ke Temanggung, persiapan Puasa di rumah.<br />
<br />
Aku harus siapkan semuanya. Kusiapkan tempat tidurku dengan sprei baru dan sarung bantal baru. Aku mulai menata halaman samping, tapi tidak begitu ketahuan. Ahh, aku ingin menikmati tubuh Sari di halaman, di meja, di rumput dan di kamarku ini. Betapa menggairahkan, seolah aku sudah mendapat jawaban pasti.<br />
<br />
Sabtu malam, malam semakin larut. Aku tidur seperti biasanya. Juga semua keluarga ibu kost. Aku memang sudah nekat kalau seandainya ketahuan. Aku sudah tutupi dengan beberapa pakaian yang sengaja kucuci Sabtu sore dan kuletakkan di depan kamarku sebagai penghalang pandangan. Tidak lupa, aku sudah menelan beberapa obat kuat/perangsang seperti yang diiklankan.<br />
<br />
Tengah malam hampir jam setengah satu aku keluar. Tidak kulihat Sari mau menanggapi. Kamarnya tetap saja gelap. Seperti biasa, aku mulai melepasi bajuku sampai telanjang, tangan kiriku memegangi tiang jemuran dan tangan kananku mengocok penisku. Sambil kusebut nama Sari, kupejamkan mataku, kubayangkan sedang menikmati tubuh Sari. Sungguh mujur aku waktu itu. Di tengah imajinasiku, dengan tidak kuketahui kedatangannya, Sari telah ada di belakangku.<br />
<br />
Tanpa malu dan sungkan dipeluknya aku, sementara tanganku masih terus mengocok penisku. Diciuminya punggungku, sesekali digigitnya, lalu tangannya meraih penisku yang menegang kuat.<br />
“Sari.. Sari.. achh.. achh.. nikmatnya..!” desahku menikmati sensasi di sekujur penisku dan tubuhku yang terangkat tergelincang karena kocokan tangan Sari.<br />
“Uhh.. achh.. Sari, Sari.. ohhh.. aku mau keluar.. ohh..” desahku lagi sambil tetap berdiri.<br />
<br />
Kemudian kulihat Sari bergerak ke depanku dan berlutut, lalu dimasukkannya penisku ke mulutnya.<br />
“Oohhh Sari… Uhh Sariii.., Saarrii… Nikmat sekali..!” desahku ketika mulutnya mengulumi penisku kuat-kuat.<br />
Akhirnya aku tidak dapat menahannya lagi, crott.. crot.. crot.., spemaku memenuhi mulut Sari, membasai penisku dan ditelannya. Ahh anak ini sudah punya pengalaman rupanya, pikirku.<br />
<br />
Lalu Sari berdiri dengan mulut yang masih menyisakan spermaku, aku memeluknya dan menciuminya. Ahh.., kesampaian benar cita-citaku menikmati tubuhnya yang putih, lembut, sintal dan buah dadanya yang menantang.<br />
<br />
Kulumati bibirnya, kusapu wajahnya dengan mulutku. Kulihat dia memakai daster yang cukup tipis. BH dan celana dalamnya kelihatan menerawang jelas. Sambil terus kuciumi Sari, tanganku berkeliaran merayapi punggung, dada dan pantatnya. Ahh.. aku ingin menyetubuhi dari belakang karena sepertinya pantatnya sangat bagus. Aku segera melepaskan tali telami dasternya di atas pundak, kubiarkan jatuh di rumput.<br />
<br />
Ahh.., betapa manis pemandangan yang kulihat. Tubuh sintal Sari yang hanya dibalut dengan BH dan celana dalam. Wahhh.., membuat penisku mengeras lagi. Kulumati lagi bibirnya, aku menelusuri lehernya.<br />
“Ehh.., ehhh..!” desis Sari menikmati cumbuanku.<br />
“Ehh.., ehhh..!” sesekali dengan nada agak tinggi ketika tanganku menggapai daerah-daerah sensitifnya.<br />
<br />
Kemudian kepalanya mendongak dan buah dadanya kuciumi dari atas. O my God, betapa masih padat dan montok buah dada anak ini. Aku mau menikmatinya dan membuatnya mendesis-desis malam ini. Tanganku yang nakal segera saja melepas kancing BH-nya, kubuang melewati jendela kamarku, entah jatuh di mana, mungkin di meja atau di mana, aku tidak tahu. Uhhh.., aku segera memandangi buah dada yang indah dan montok ini. Wah luar biasa, kuputari kedua bukitnya. Aku tetap berdiri. bergantian kukulumi puting susunya. Ahh.., menggairahkan.<br />
<br />
Terkadang dia mendesis, terlebih kalau tangan kananku atau kiriku juga bermain di putingnya, sementara mulutku menguluminya juga. Tubuhnya melonjak-lonjak, sehingga pelukan tangan kanan atau kiriku seolah mau lepas. Sari menegang, menggelinjang-gelinjang dalam pelukanku. Lalu aku kembali ke atas, kutelusuri lehernya dan mulutku berdiam di sana. Tanganku sekarang meraih celana dalamnya, kutarik ke bawah dan kubantu melepas dari kakinya. Jadilah kami berdua telanjang bulat.<br />
<br />
Kutangkap kedua tangan Sari dan kuajak menjauh sepanjang tangan, kami berpandangan penuh nafsu di awal bulan ini. Kami sama-sama melihat dan menjelajahi dengan mata tubuh kami masing-masing dan kami sudah saling lupa jarak usia di antara kami. Penisku menempel lagi di tubuhnya, enak rasanya. Aku memutar tubuhnya, kusandarkan di dadaku dan tangannya memeluk leherku.<br />
<br />
Kemudian kuremasi buah dadanya dengan tangan kiriku, tangan kananku menjangkau vaginanya. Kulihat taman kecil dengan rumput hitam cukup lebat di sana, lalu kuraba, kucoba sibakkan sedikit selakangannya. Sari tergelincang dan menggeliat-geliat ketika tanganku berhasil menjangkau klitorisnya. Seolah dia berputar pada leherku, mulutnya kubiarkan menganga menikmati sentuhan di klitorisnya sampai terasa semakin basah.<br />
<br />
Kubimbing Sari mendekati meja kecil yang kusiapkan di samping gudang. Kusuruh dia membungkuk. Dari belakang, kuremasi kedua buah dadanya. Kulepas dan kuciumi punggungnya hingga turun ke pantatnya. Selangkangannya semakin membuka saja seiring rabaanku.<br />
<br />
Setelah itu aku turun ke bawah selakangannya, dan dengan penuh nafsu kujilati vaginanya. Mulutku menjangkau lagi daerah sensitif di vaginanya sampai hampir-hampir kepalaku terjepit.<br />
“Oohh.., ehh.., aku nggak tahan lagi.., masukkan..!” pintanya.<br />
<br />
Malam itu, pembaca dapat bayangkan, aku akhirnya dapat memasukkan penisku dari belakang. Kumasukkan penisku sampai terisi penuh liang senggamanya. Saat penetrasi pertama aku terdiam sebelum kemudian kugenjot dan menikmati sensasi orgasme. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengarkan desahan kami berdua di halaman belakang. Aku hanya terus menyodok dan menggenjot sampai kami berdua terpuaskan dalam gairah kami masing-masing.<br />
<br />
Aku berhasil memuntahkan spermaku ke vaginanya, sementara aku mendapatkan sensasi jepitan vagina yang hebat ketika datang orgasmenya. Aku dibuatnya puas dengan kenyataan imajinasiku malam Minggu itu. Sabtu malam atau minggu dini hari yang benar-benar hebat. Aku bersenggama dengan Sari dalam bebrapa posisi. Terakhir, sebelum posisi konvensioal, aku melakukan lagi posisi 69 di tempat tidur.<br />
<br />
Ahh Sari, dia berada dalam pelukanku sampai Minggu pagi jam 8 dan masih tertidur di kamarku. Aku bangun duluan dan agak sedikit kesiangan. Ketika melihat ke luar kamar, ohh tidak ada apa-apa. Kulihat kedua cucu ibu kostku sedang bermain di halaman. Mereka tidak mengetahui di tempat mereka bermain itu telah menjadi bagian sejarah seks hidupku dan Sari.<br />
<br />
Pembaca, itulah pengalamanmu dengan Sari di kost. Aku sudah dua malam Minggu bersamanya. Betapa hebat di bulan ini. Aku bisa, aku bisa.. dan mau terus berburu lagi. Ahh.., hidup memang menggairahkan dengan seks, dengan wanita. Hanya, aku harus super selektif memilihnya. Semoga pengalamanku ini berguna buat sobat muda.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-37596522452002192252011-02-15T06:22:00.001-08:002011-02-15T06:22:04.970-08:00Melyssa temanku yang cantikFuh,cerita pertama aku,mohon dikomentari,ya,thanks atas bantuan dari bro skyblue yg telah membantu dalam menyelesaikan cerita ini<br />
<br />
Perkenalkan namaku Eric umurku sekitar 19 tahun , di sekolahku saya termasuk Ganteng . Saya bersekolah di salah satu sekolah ternama yang ada di Surabaya Yaitu Sma Santa Clara yg biasa disebut Sanclar.Di Sekolahku banyak cewek cantik salah satunya Melyssa biasa dipanggil Lisa,dia adalah orang berkulit putih ( blasteran indo eng ) , berparas cantik dan mempuyai ukuran dada sekitar 36b,rambutnya panjang,pantat montok,dan kulitnya yang putih membuatnya menjadi gadis favorit di sekolah kami,aku termasuk cowok yang menyukainya.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Hari ini kami ditugaskan untuk kerja kelompok pelajaran Kimia dirumah Melyssa. Kelompok tersebut terdiri dari 3 cowok dan 2 cewek. Ketika itu saya yang paling lama dijemput karena sopir saya menjemput keluarga di bandara dan kebetulan orang dirumahnya lagi keluar . Jadi kami tinggal berdua.<br />
<br />
Saya memberanikan diri membuka pembicaraan tentang pelajaran , hobi , dan favourite kami,rasanya aku agak sedikitgugup,tapi aku sungguh tak tahan dengan gadis ini,wajahnya yang begitu manis dan tubuhnya yang begitu montok rasanya membuat nafsuku meningkat drastis,*****ku langsung menegang,dia pun sepertinya nafsu padaku,buktinya caranya melirik padaku rasanya lebih agak genit daripada saat bersama teman-teman tadi,mungkin ini pertama kalinya dia bersama seorang pria di kamarnya.<br />
<br />
Kucoba menahan nafsuku dan mengobrol dengannya dengan sebiasa mungkin,tapi wajahnya yang begitu cantik dan imut rasa-rasanya memancing nafsuku,rasanya aku siap untuk beronani mengingat dirinya,hingga perkataan yang keluar dari mulutnyamembuatku kaget,<br />
“Eric,kamu udah pernah coba berciuman dengan seorang gadis,gak?”tanyanya dengan muka memerah dan kepalanya ditundukkan,aku langsung menjadi deg-degan dan mencoba menjawab,<br />
“Ehm,belum,emang kenapa?kalau kamu dah pernah?”tanyaku lagi<br />
“Belum,aku kan masih dilarang pacaran”mukanya memerah dan tersenyum sedikit,rasanya aku semakin bernafsu mendengar perkataannya,kami terdiam sejenak,muka kami memerah,tak lama kemudian dia membalasku,<br />
<br />
“Ehm,Eric,kamu mau coba sekarang,gak?”<br />
“Sama siapa?”Jawabku gugup<br />
“Ya,sama aku dong,sama siapa lagi?”Katanya sambil menunduk<br />
“Bercanda kamu?”<br />
“Serius,aku pengen banget rasanya berciuman,lagipula kamu cukup ganteng kok”katanya sembari mukanya memerah<br />
“Hmmmm,oke deh”kataku senang,apalagi dia adalah wanita tercantik di kelas,dan dia menawarkan berciuman dengannya,mungkin hari ini adalah hari keberuntunganku.<br />
<br />
Perlahan Melyssa memajukan kepalanya ke kepalaku,muka kami berhadapan,aku rasanya menjadi deg-degan,ini adalah ciuman pertamaku,aku rasanya tak tahu harus berbuat apa,bibir kami kini bersentuhan dengan lembut,bibirnya terasa lembut,kini kami saling mencumbui bibir,aku membalas ciumannya dengan lembut,kami saling berciuman layaknya pacaran,ciuman pertama ini kurasakan sangat nikmat,lembut,dan hangat,kami saling menikmati ciuman masing-masing selama 5 menit lamanya,hingga tanpa sadar karena nafsuku meningkat,aku meremas payudaranya yang montok itu perlahan,semula aku khawatir dia akan marah karena dia tampak kaget sekilas,tapi tak lama kemudian dia memejamkan matanya lagi menikmati ciumanku,karena aku menganggap dia membiarkan tanganku meremas payudaranya,aku kembali meremas payudaranya perlahan,payudaranya kenyal,padat,dan terasa sudah mengeras karena nafsu.<br />
<br />
Permainan kami semakin panas,kami berciuman french kiss sambil tanganku meremas payudaranya dan ternyata dia sudah mengarahkan tangannya mengelus *****ku,sementara kami memejamkan mata menikmati permainan masing-masing,tak lama kemudian mungkin karena nafsu,Melyssa meyuuhku berdiri dan dia membukakan celanaku,aku hanya membiarkannya,dan saat *****ku yang besar terpampang,Melyssa langsung mengemutnya perlahan lalu semakin lama semakin cepat,aku hanya memejamkan mata menikmati permainannya sambil tanganku memegang kepalanya.<br />
<br />
Mulut mungil Melyssa masih mengemut dan menghisap *****ku,rasanya sungguh nikmat sehingga membuatku mengeluarkan suara kecil menahan kenikmatan itu,kadang sambil mengemut *****,Melyssa melihat wajahku,aku sungguh tak tahan dengan kecantikannya itu,hingga 10 menit lamanya setelah Melyssa puas mengemut dan mengocok *****ku,kini dia berdiri dan aku membantu membukakan pakaiannya,terpampanglah padaku tubuhnya yang montok dan indah,membuatku menelan air liur,tubuhnya yang putih mulus,payudaranya yang kenyal dan kencang,dan vaginanya yang kemerahan dan ditumbuhi bulu halus membuat nafsuku meningkat drastis.<br />
<br />
Kini aku menunduk,kujilati vaginanya yang kemerahan sambil tangan kananku meremas payudaranya sambil memilin putingnya,vaginanya sungguh harum,dan sungguh nikmat untuk dijilati,aku melakukannya selama 10 menit,sementara Melyssa yang dari tadi bersuara kecil mengalami orgasme,cairan orgasme langsung mengalir deras dari vaginanya,diapun berbaring di ranjang,sementara berbaring,dia membuka kakinya lebar-lebar,sehingga dia memperlihatkan vaginanya yang mulus padaku,kesempatan itu tak kusia-siakan,aku segera mengarahkan *****ku pada vaginanya,kumasukkan perlahan,agak susah masuk karena dia masih perawan,aku tak menyerah,aku terus berusaha memasukkan *****ku,setelah lima menit akhirnya selaput darahnya pecah,akhirnya setelah masuk,kurasakan pijatan lembut pada *****ku,vaginanya yang begitu terasa nikmat membuat *****ku merasakan kenikmatan tiada tara,sementara kulihat Melyssa mengeluarkan air mata dari matanya,dan tubuhnya berkeringat,aku masih meneruskan memasuk keluarkan *****ku di dalam vaginanya yang terasa lembab,<br />
“Ah,terus,ic,ayo,ahhhh”<br />
aku terus memajumundukan pantatku lebih cepat sehingga membuat Melyssa mendesah hebat,air mata mengalir di pipinya,<br />
“Ah,enak,ric,trus ric”<br />
aku terus memasuk keluarkan *****ku pada vaginanya yang sudah semakin lembab,pijatan lembut masih kurasakan di *****ku,rasanya sungguh nikmat,aku terus melakukannya selama 20 menit hingga Melyssa mengalami orgasme,kepuasan terpancar di wajahnya,sementara aku yang masih belum puas bersiap-siap melakukan gaya doggystyle.<br />
<br />
Melyssa hanya pasrah,dia bersiap-siap melakukan doggy style,dari belakang kulihat vaginanya yang sudah basah,aku bersiap-siap memasukkan *****ku,perlahan-lahan kumasukkan ke vaginanya yang basah,semakin lama semakin cepat,kudengar desahannya yang makin lama makin menambah nafsuku<br />
“Ahhh,Sssst,ahhhh,enak,ric,trus,achhh”<br />
Kata-katanya itu menambah nafsuku,kecepatanku semakin bertambah,kurasakan pijatan pada *****ku semakin keras dan nikmat,vaginanya yang baru saja menerima ***** itu memijat *****ku,sungguh nikmat,setelah 20 menit aku merasakan kepuasan itu,Melyssa mengalami orgasme lagi,sedangkan aku mengocok-ngocok *****ku di depan mukanya,lalu keluarlah spermaku di mukanya,setelah puas,aku dan Melyssa berbaring,kami berpelukan dalam keadaan telanjang,kurasakan kehangatan pada tubuhnya,setelah itu kami mandi bersama dan melakukannya lagi sekali,tak lupa aku membersihkan darah perawan Melyssa,tak lama kemudian aku dijemput,keesokan harinya aku menyatakan cintaku pada Melyssa,dia menerimanya dan kami semakin sering melakukannya.<br />
Tamat </span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-29678895853262235112011-02-15T06:21:00.003-08:002011-02-15T06:21:45.264-08:00sekertaris ku yang cantikFabiola, yang biasa dipanggil Febby, seorang wanita cantik berusia 25<br />
tahun. Febby bekerja disalah satu perusahaan pariwisata yang cukup<br />
terkenal sebagai sekretaris. Tubuh Febby cukup sintal dan berisi,<br />
didukung dengan sepasang gunung kembar berukuran 36B serta wajah yang<br />
cantik, membuat setiap pria pasti meliriknya, setiap kali ia berjalan.<br />
Seperti biasa setiap hari Febby pergi ke kantornya di bilangan Roxi Mas,<br />
yang tanpa disadarinya ia dibuntuti sekelompok pemuda iseng yang hendak<br />
menculiknya.<span class="fullpost"> <br />
<br />
<br />
Sudah beberapa hari para pemuda itu mempelajari kebiasaan Febby pergi<br />
dan pulang kantor. Dan hari itu mereka sudah menyusun rencana yang<br />
matang untuk menculik Febby. Tiba-tiba dijalan yang sepi taksi yang<br />
ditumpangi Febby dicegat secara tiba-tiba, dan sambil mengancam sopir<br />
taksinya, mereka langsung menyeret Febby masuk kedalam mobil mereka, dan<br />
tancap gas keras-keras, hingga akhirnya mobil mereka larikan kearah<br />
pinggir kota, dimana teman-teman mereka yang lain sudah menunggu<br />
disebuah rumah yang sudah dipersiapkan untuk 'mengerjai' Febby.<br />
<br />
Didalam mobil Febby diapit oleh dua orang pemuda berkulit hitam,<br />
sedangkan yang dua lagi duduk dikursi depan. Febby sudah gemetaran<br />
karena takut, dan benar-benar tidak berdaya ketika dua orang yang<br />
mengapitnya memegang-megang tubuhnya yang sintal dan putih itu. Dua<br />
pasang tangan hitam bergentayangan disekujur tubuhnya, yang kebetulan<br />
pada hati itu Febby mengenakan rok lebar sebatas lutut, dengan atasan<br />
blouse putih krem yang agak tipis, hingga bra Wacoal hitam yang<br />
dikenakannya lumayan terlihat jelas dari balik blouse tersebut.<br />
<br />
Dengan leluasa disepanjang jalan tangan-tangan jahil tertersebut<br />
bergentayangan dibalik rok Febby sambil meremas-remas paha putih mulus<br />
tersebut, hingga akhirnya mereka tiba dirumah tersebut, dan mobil<br />
langsung dimasukkan kedalam garasi dan rolling doorpun langsung ditutup<br />
rapat-rapat. Febby yang sudah terikat tangan dan kakinya, serta mulut<br />
tersumpal dan mata ditutup saputangan digendong masuk kedalam ruang<br />
tamu, dan didudukkan disofa yang cukup lebar.<br />
<br />
Ikatan tangan, kaki, mulut dan mata Febby dibuka, dan alangkah<br />
terkejutnya ia sekitar tiga puluh pemuda yang hanya memakai cawat<br />
memandanginya dengan penuh nafsu seks. Tanpa menunggu lebih lama lagi,<br />
Febby pun mulai dikerjai oleh mereka. Febby yang sudah tidak berdaya itu<br />
hanya bisa duduk bersandar di sofa dengan lemas ketika salah seorang<br />
lelaki mulai membuka kancing blouse-nya satu persatu hingga blouse putih<br />
tersebut dicopot dari tubuh sintalnya itu.<br />
<br />
Beberapa orang lagi berusaha membuka rok merah Febby hingga Febby pun<br />
akhirnya hanya memakai bra hitam serta celana dalam nylon berwarna hijau<br />
muda, dan membuat dirinya terlihat makin menggairahkan, dan spontan saja<br />
para pemuda berandal tersebut langsung terlihat ereksi dengan kerasnya.<br />
Celana dalam Febby pun langsung buru-buru dilepas dan menjadi rebutan<br />
untuk mereka.<br />
<br />
Febby dipaksa duduk dengan mengangkang lebar-lebar, hingga vagina-nya<br />
yang ditumbuhi rambut-rambut halus itu terlihat dengan jelas, dan mereka<br />
pun bergantian menjilati serta menghisap-hisap bibir vagina Febby dengan<br />
nafsunya. Kepala mereka terlihat tenggelam diantara kedua pangkal paha<br />
Febby, sementara yang lainnya bergantian meremas-remas kedua gunung<br />
kembar Febby yang montok itu. Kop BH Febby diturunkan ke bawah hingga<br />
kedua gunung kembarnya muncul bergelayutan dengan indahnya, dan menjadi<br />
bulan-bulanan pemuas nafsu untuk mereka.<br />
<br />
Tidak puas dengan hanya meremas-remas saja, beberapa orang mulai mencoba<br />
untuk mengisap-ngisap puting susu gunung kembar Febby yang ranum itu,<br />
hingga akhirnya Febby pun dipaksa oral seks untuk mereka. Bergantian<br />
mereka memaksa Febby untuk mengulum-ngulum batang penis mereka keluar<br />
masuk mulutnya. Kepala Febby dipegangi dari arah belakang hingga tidak<br />
bisa bergerak, sementara itu yang lain bergantian mengeluar-masukkan<br />
batang penis mereka dimulut Febby yang seksi itu hingga mentok kepangkal<br />
paha mereka.<br />
<br />
Batang penis yang rata-rata panjangnya 17 senti itu terlihat masuk semua<br />
kedalam mulut Febby, hingga mencapai kerongkongannya. Tak ketinggalan<br />
Febby pun dipaksa untuk 'mencicipi' buah zakar mereka secara bergantian.<br />
Sepasang buah sakar tampak terlihat dikulum Febby hingga masuk semua<br />
kedalam mulutnya yang mungil itu. Wajah Febby yang cantik itu bergantian<br />
ditekan-tekan diselangkangan para pemuda berandal tersebut hingga buah<br />
sakar mereka masuk semua kedalam mulutnya.<br />
<br />
Setelah puas dengan acara 'pemanasan' tersebut Febby pun dipaksa tiduran<br />
diatas kanvas diruang tamu tersebut dan dengan paha yang mengangkang<br />
lebar, batang penispun mulai keluar masuk vagina Febby yang masih<br />
'rapat' itu, mereka dengan tidak sabarnya bergantian menjajal vagina<br />
Febby dengan batang penis mereka yang rata-rata panjang dan besar itu.<br />
Bagi yang belum kebagian jatah terpaksa memainkan-mainkan penisnya<br />
diwajah dan mulut Febby.<br />
<br />
Beberapa orang dengan nafsunya memukul-mukulkan batang penisnya di wajah<br />
Febby sambil mendesah-desah dengan nafsu. Bosan dengan gaya tiduran,<br />
Febby dipaksa duduk di sofa lagi dengan paha mengangkang lebar dan<br />
kembali 'di embat' bergantian, sementara bibir Febby tetap sibuk dipaksa<br />
mengulum batang penis yang tampak mengkilat karena air liur Febby yang<br />
menempel di batang penis tersebut.<br />
<br />
Sementara para pemuda yang mendapat giliran mengocok vagina Febby tampak<br />
sangat bersemangat sekali hingga bunyi batang penis yang keluar masuk<br />
vagina Febby terdengar sangat jelas. Hampir dua jam sudah Febby<br />
"dikerjain" dengan intensif oleh puluhan pemuda tersebut, hingga<br />
akhirnya satu persatu mulai berejakulasi. Tiga puluh pemuda mengantri<br />
Febby untuk berejakulasi diwajah Febby yang cantik itu.<br />
<br />
Dimulai oleh empat orang berdiri mengelilingi Febby dengan batang penis<br />
menempel disekitar wajah Febby yang cantik. Sementara seorang lagi<br />
mengocok vagina Febby dengan nafsunya, hingga akhirnya ia tak tahan lagi<br />
dan mencabut batang penisnya dari vagina Febby, dan.. croott.. croott..<br />
croott!! air mani muncrat mengenai sekujur wajah Febby, melihat hal<br />
tersebut yang lain pun tak mau ketinggalan dan bergantian<br />
mengocok-ngocok batang penisnya cepat-cepat diwajah dan mulut Febby,<br />
hingga berakhir dengan semprotan air mani diwajahnya. Bahkan tak sedikit<br />
mengeluarkan airmani nya didalam mulut Febby, lalu memaksa Febby untuk<br />
menelannya.<br />
<br />
Sekitar dua puluh menit, wajah Febby dihujani 'air mani' yang kental<br />
itu, hingga Febby terlihat basah kuyub oleh sperma mulai dari rambut<br />
hingga gunung kembarnya terlihat mengkilat oleh basahnya sperma puluhan<br />
pemuda berandal tersebut.<br />
<br />
Part II<br />
<br />
Jam menunjukkan pukul jam satu siang, dan Febby pun baru selesai<br />
'dikerjain' oleh mereka, dan terlihat lemas tak berdaya dengan muka yang<br />
masih belepotan sperma. Tiga orang pemuda membawa Febby kedalam kamar<br />
mandi yang terlihat sangat mewah, dan memandikan Febby dengan air hangat<br />
serta sabun cair yang sangat wangi. Febby disuruh tiduran sambil<br />
direndam air hangat, sementara ketiga pemuda tersebut bergantian<br />
menyabuni tubuh Febby yang putih sintal itu dengan bernafsu, sambil<br />
sesekali meremas-remas selangkangan dan gunung kembar Febby yang terasa<br />
licin oleh sabun tersebut. Hingga akhirnya ketiga pemuda tersebut sudah<br />
tidak tahan lagi dan Febby pun diperkosa lagi didalam kamar mandi itu.<br />
<br />
Mereka mengeluarkan Febby dari bak rendam, dan dibawah pancuran air<br />
hangat Febby dipaksa nungging, dan dua pemuda bergantian menyetubuhi<br />
Febby dari arah belakang, sedangkan yang satunya mengeluarmasukkan<br />
batang penisnya di mulut Febby, sambil memegangi rambut Febby hingga<br />
kepala Febby tidak dapat bergerak. Setengah jam sudah Febby<br />
'diobok-obok' didalam kamar mandi, dan diakhiri dengan meyemprotkan air<br />
mani masing-masing didalam mulut Febby, dan tiga porsi air mani itu<br />
dalam sekejap sudah pindah kedalam mulut Febby, dan sisa-sisa sperma<br />
masih terlihat berceceran disekitar wajah Febby yang putih itu.<br />
<br />
Part II<br />
<br />
Selesai dimandikan, Febby kembali didandani hingga terlihat sangat<br />
cantik. Bra hitamnya yang berukuran 36B itu kembali dipasangkan. Celana<br />
dalam nylon Febby sudah raib jadi rebutan, hingga vagina Febby dibiarkan<br />
terlihat, sementara beberapa pemuda berandal itu sibuk menjepretkan<br />
kamera digitalnya kearah Febby. Febby dipaksa berpose dengan berbagai<br />
gaya yang sensual, mulai dari adegan membuka bra nya sendiri hingga<br />
duduk mengangkang sambil memasukkan batangan ketimun kedalam vaginanya.<br />
<br />
Puas mengambil berbagai pose Febby, seorang pemuda mengambil dua gelas<br />
minuman dari dalam kulkas dan sepotong hamburger untuk Febby. Dan betapa<br />
terkejutnya Febby ketika tahu bahwa dua gelas minuman tersebut adalah<br />
sperma yang sudah disimpan berhari-hari di dalam kulkas. Seorang pemuda<br />
lagi mengambil suntikan besar tanpa jarum. Febby dipaksa membuka mulut<br />
lebar-lebar, sementara salah seorang menyedot sperma dalam gelas<br />
tersebut dengan suntikan besar itu, kemudian menyuntikkannya kedalam<br />
mulut Febby, hingga tertelan langsung kedalam tenggorokkannya. Mereka<br />
dengan brutalnya bergantian menyuntikkan 'air mani basi' itu ke mulut<br />
Febby hingga habis satu gelas penuh. Masih sisa satu gelas lagi, dan<br />
hamburger untuk Febby pun diolesi penuh dengan sperma tersebut, dan<br />
Febby pun dipaksa makan hingga habis. Sisa sperma sebanyak setengah<br />
gelas terpaksa disedot Febby dengan sedotan hingga tandas tak bersisa.<br />
<br />
Selesai 'memberi makan' Febby, mereka kembali mengantri Febby. Namun<br />
kali ini Febby tidak disetubuhi, mereka hanya memaksa Febby<br />
mengulum-ngulum batang penis mereka dimulut Febby, serta<br />
mengocok-ngocoknya dengan kedua tangan Febby yang lentik itu. Tiga puluh<br />
batang penis kembali bergantian dikulum-kulum Febby, sementara yang<br />
lainnya memaksa Febby menggenggam batang penisnya dengan kedua<br />
tangannya, yang lainnya lagi sibuk memain-mainkan alat kelaminnya<br />
diwajah dan rambut Febby. Hingga akhirnya Febby kembali dihujani puluhan<br />
porsi sperma segar di wajah dan mulutnya. Pertama kali sperma muncrat<br />
dari lubang penis tepat didepan wajah Febby hingga tepat mengenai dahi<br />
hingga bibir Febby, yang lainnya pun ikut menyusul hingga puluhan<br />
semprotan sperma berhamburan diseluruh wajah Febby yang cantik itu.<br />
Sementara itu dua orang pemuda dari kiri dan kanan Febby menyendoki air<br />
mani yang bertetesan di wajah Febby, lalu menyuapinya hingga mereka puas.<br />
<br />
Tamat</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-19972360570307620502011-02-15T06:21:00.001-08:002011-02-15T06:21:18.043-08:00Tubuh Eva Lebih Nikmat Daripada Tubuh Istrikuelasa siang di bulan maret aku terpaksa berteduh di sebuah dealer motor kecil di cibubur. hanya ada seorang gadis spg-nya. namanya eva umur 24 thn, gadis sunda yg manis. yang aku suka dari dia adalah bibirnya yang agak besar, seksi dan manis.<br />
hampir sejam ngobrol akhirnya hujan berhenti dan aku pulang sambil meminta kartu namanya.<br />
<br />
singkat cerita kami sering berhubungan lewat telpon. aku terus terang ttg statusku yg sdh beristri tapi tampaknya tidak masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya.<br />
tapi aku memintanya utk menghubungiku hanya siang dng alasan takut istriku salah sangka.<span class="fullpost"> <br />
<br />
hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat telpon.<br />
ada perasaan romantis setiap kali berbicara ditelpon dng eva. eva enak diajak ngobrol apapun pasti nyambung. eva pun tampaknya menikmati perhatianku. walau tinggalnya tidak terlalu jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isnya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami.<br />
<br />
melihat tanggapan eva yg hangat, aku yg mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak jadikan dia selingkuhanku. tiga bln setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan. kami janji bertemu di mall cijantung.<br />
<br />
rabu sore aku duduk di mcD menunggu eva, jam 17.45 gadis itu muncul. blue jeans ketat membentuk pinggul, pantat dan pahanya. dan t-shirt ketat bertulis merk motor jepang membungkus tubuhnya. buahdadanya terlihat sedang. padahal yang paling aku kagumi dari wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti rizki pritasari. tapi it's oke mumpung eva menyukaiku.<br />
<br />
kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini mmg memikat saat sedang "ribut".<br />
sepanjang pertemuan itu eva tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya. dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos.<br />
mendapat angin aku makin yakin kalau ia mmg menyukaiku.<br />
aku mengantarnya pulang kekontrakannya di cibubur juga (ortunya tinggal di cengkareng). eva memintaku singgah sebentar.kuterima ajakannya.<br />
<br />
rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumya kontrakan di jkt.<br />
suasana romantis yang sdh tercipta sejak di mall cijantung tadi membuat udara di ruang tamu menyesakkan dadaku. situasi rumah memancing kelakianku.<br />
aku harus mengakhiri pertemuan ini dng kesan yang dalam.<br />
mata eva menatapku berharap aku memulai sesuatu.<br />
<br />
aku pura-pura mau kekamar kecil. eva mengantarku kedalam. ia berjalan didepanku.<br />
sampai diruang tengah yg adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.<br />
"kenapa mas?"<br />
aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tdk ada perlawanan.<br />
kucium bibirnya , kukulum lembut, terasa aroma burger dimulutnya.<br />
bibirnya yang seksi terasa manis.<br />
eva mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. tubuhku terangsang<br />
<br />
pengakuan eva, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang utk membimbing dan memberinya kepuasan yg tak akan terlupa.<br />
<br />
lama kami berpagut, eva menikmati pagutan panas kami. aku merasakan tubuhnya memanas.<br />
<br />
kulepas t-shirtnya, eva menurut.<br />
bh eva berwarna pink, seperti yg kubayangkan susunya sedang. agak menyembul karena bh-nya yang agak ketat. kujilati lehernya eva menggelinjang kegelian. "EHHHH...GELI MAS..." pelukan eva mengencang. ia mendesah-desah lembut, "AAAHH..... AAAHHHH.....tubuhnya bergerak-gerak erotis dlm pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.<br />
<br />
kulepas jeans-nya, eva pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. cd berwarna hitam, "hhhmmm... warna kusuka, seksi..."<br />
kubimbing tubuhnya ke kasur yg terletak diujung ruangan, (eva tdk punya ranjang)<br />
kurebahkan tubuhnya. aku tersenyum menatapnya. eva membelai rambutku.<br />
"aku mencintaimu eva..."rayuku menciumi wajahnya<br />
"eva juga mas... "<br />
<br />
aku mulai bergerilya diatas tubuhnya kujilati lagi lehernya, bagian tubuh wanita yg paling gampang membuat membuat mereka kegelian. kutelusuri dadanya menuju belahan susunya. tanganku masuk kebalik bh-nya. kucubit nakal putingnya, eva meringis, mencubit pundakku.<br />
kulepas bh-nya. sekarang semua terpampang indah dihadapanku. kunikmati susu itu, eva mengelinjang keenakan. darahku mendidih<br />
<br />
aku turun menjilati, menciumi perutnya, kami terbawa suasan panas. yg aku heran kok eva membiarkan pintu rumahnya terbuka dan tdk takut ketahuan org lain. yang aku perhatikan ada beberapa rumah lain dekat sini<br />
<br />
aku sampai di atas selangkangannya. kutarik turun pelan cd-nya tangan eva berhenti mremas-remas rambutku. dia seperti menunggu sesuatu.<br />
<br />
pelan tapi pasti kulorotkan sampai cd-nya terlepas. kusergap selangkangannya dng wajahku. vaginanya kuoral.<br />
<br />
sedikit terpekik eva menjambak rambutku. jambakan eva membuatku bergairah.<br />
kuisap, jilat bibir vagina dan klitorisnya. lidahku menelusup masuk keliangnya.<br />
eva menggelinjang, mengejang. dan bergetar bergantian desahannya berubah menjadi erangan cepat.<br />
"EEENNNGGGHHHHH.........RRRRRRRGGGGGGHHHHHHHHH .... .. MASSSS........ OGGHHH...."<br />
<br />
nafasku memburu, vagina eva terasa gurih. tubuhku ikut bergetar. nikmatnya vagina ini rasanya lebih nikmat dari vagina istriku yg mulai longgar setelah melahirkan.<br />
<br />
dng sigap kubuka semua pakaianku, sekarang akupun telanjang bulat.<br />
<br />
kaki eva menjepit-jepit kepalaku. gadis ini terangsang hebat. tapi rasanya tidak adil kalau ia terbang sendiri.<br />
kuputar tubuhku menjadi gaya 69. ******ku yg tegang mengacung di wajahnya. eva shock sewaktu melihat ******ku, ia terdiam, mungkin tdk tahu harus melakukan apa.<br />
<br />
"pegang terus diremas sayang" ajarku.<br />
agak lama baru eva mau meremas-remas penisku. enak ada sensasi nikmat menyerangku. rasanya lebih nikmat dr pada kuremas sendiri atau istriku yg meremasnya.<br />
pantatku bergoyang mengikuti gerak jari-jari eva. lama-kelamaan remasan eva makin pintar dan lincah. ******ku menegang terus dan terasa panas.<br />
<br />
kuteruskan oralku di vaginanya, eva makin semangat memaini batang kejantananku. vaginanya basah oleh liur dan lendir.<br />
<br />
aku sendiri tidak tahan lagi, "isap sayang..." pintaku dng nada memelas. mungkin dlm keadaan fly, eva menurut saja, dilahapnya ******ku.<br />
pertama agak pelan ragu, tapi kemudian eva jadi buas.<br />
<br />
aku sulit menggambarkan rasa apa yg sedang menyerang tubuhku. luarbiasa. kami berpacu saling memuaskan. gadis itu tdk perlu diajar banyak utk menikmati anugerah seks ini.<br />
<br />
******ku terasa penuh terasa maniku mulai mengaliriku batangku. sesaat gerakan eva menggila dan tangannya berhenti meremas ******ku. dia akan orgasme.<br />
<br />
kuhentikan permainan binal kami. kuputar tubuhku ke posisi tradisional, eva tampaknya keberatan.<br />
wajahnya kelu nikmat. "jangan berhenti mas...." suaranya berat. nafasnya tersenggal.<br />
"kenapa sayang...?" enak ya..?" godaku<br />
eva mengangguk malu sambil menggigit dadaku.<br />
aku tersentak, "jangan sayang nanti dilihat istriku",<br />
tapi terlambat bekas merah halus tergambar didadaku.<br />
"kubalas kau.." kuisap belahan susunya, keras.. cupang merah kini menghiasi susunya.<br />
"kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang" "kalo tidak ada bencana yg bakal menimpa kita" kataku.<br />
"Ngarang.."<br />
<br />
sambil agak menindih tubuhnya, kubelai rambutnya.<br />
"bolehkah perawanmu untukku sayang?"<br />
"mmgnya eva masih perawan skrg mas?" wajahnya agak heran.<br />
"vaginamu dioral tdk berarti keperawananmu hilang" "tdk ada darah, yg ada hanya lendirmu"<br />
<br />
eva memelukku, "aku suka pada mas sejak pertemuan pertama dan tiga bulan ini telah jatuh cinta padamu mas".<br />
"sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu mas"<br />
<br />
"aku sdh beristri" kataku<br />
"aku tidak cemburu padanya" jawabnya polos.<br />
<br />
inilah wanita, mereka memberi seks agar mendapatkan cinta. sedang pria memberi cinta utk mendapatkan seks.<br />
<br />
kuciumi wajahnya, eva membalas. birahi kami kembali bangkit. kulit kami bergesekan membawa sensasi nokmat.<br />
susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.<br />
"OOOOGGGGHHHHHHHHH....." aku mengerang nikmat<br />
kami kembali tenggelam dlm kemesuman.<br />
<br />
eva mengerang sewaktu jariku menusuk vaginanya yg banjir. kukocok tdk terlalu dalam, aku tdk ingin merobek selaputnya, biar ******ku yg merobeknya. "MAS..... ENAKKKK... suaranya lirih.<br />
<br />
tubuh eva mmemanas, akupun mendidih.<br />
<br />
kutuntun tangannya memegang penisku. "bantu mas masuk ke vaginamu sayang.."<br />
eva meremas ******ku dan mengarahkan ke vaginanya.<br />
alat kelamin kami bersentuhan. kepala batangku menyentuh bibir vaginanya.<br />
inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu.<br />
kudorong masuk ******ku yang mengeras seperti batu.<br />
mata eva terpajam sambil menggigit bibirnya.<br />
pelan... pelan... tertahan. vagina yg basah dan sdh terbuka itu masih sempit utk di masuki<br />
<br />
kutarik keluar kemudian masuk, terus berulang<br />
"AAAGGGHH...'AAAGGGHH" "AAAGGGGHHHH" eva berteriak tertahan setiap kali ******ku mengocoknya.<br />
<br />
"SAKIT MAAASSS..."suaranya bercampur sakit dan enak<br />
"MAS LEPAS"<br />
"JANGANNN..." tangannya menahan pantatku<br />
<br />
terus kukocok, pantatnya bergerak maju mundur.<br />
bercak darah segar menempel di ******ku. akhirnya aku mendapat keperawanannya.<br />
<br />
lewat 5 menit..."SLEEEPPP...." penisku tertanam.<br />
"OOOGGGHHHH...."nikmatnya penisku tertanam, dinding nya mengendut hangat, sebisa mungkin kutancapkan ******ku sampai menyentuh dasar liangnya.<br />
liang eva sempit tapi dalam, penisku yg panjangnya sedang saja sekitar 15-16 cm tenggelam semua.<br />
<br />
tubuh eva mengejang bergetar, ia menggigit lagi dadaku kali ini agak dekat leher. tapi krn sedang fly aku tidak peduli.<br />
<br />
setelah beberapa saat kami meresapi setiap butir kenikmatan. aku mulai mengocok vaginanya.<br />
<br />
kami berburu dalam nafsu birahi. aku seperti seorang joki yang duduk diatas kuda. sementara eva menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air.<br />
<br />
kamar eva penuh dengan bau mani, nafas yg memburudan erangan. "PLAKK...CEEPLAK...CEPLAK..."suara air dan kulit bertepukan<br />
<br />
"OGGH...OGH..OGH.. hanya itu yg keluar dr mulutku berulang ulang. pikiranku tersumbat tubuhku melayang kesurga.<br />
<br />
eva tambah membuatku bersemangat mencabulinya dengan suaranya yang merengek, mengerang nikmat. berkali-kali ia menceracau tak karuan.<br />
"HHOOOOOOGHHH........MMMAAAAASS.... EENNAAAKKK....<br />
SAAA...KKKIITTT...<br />
"EEvVV... LLAAGGIII........" "NNNNNNNGGGGGGGGHHHHHHH........"<br />
<br />
setelah 10 menit yg rasanya seperti sepuluh thn. tubuh eva mengejang terdiam, suaranya tersendat-sendat, "EGH...EGH...EGH..." eva memelukku erat.<br />
eva hampir sampai. kupercepat kocokanku tubuhku ikutan bergetar hebat.<br />
<br />
terasa maniku mengaliri ******ku, sebentar lagi aku akan meledak. rasa nikmat menjalar dari batang ******ku kepaha sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. inilah rasa yg sampai skrg tidak bisa dijelaskan dan tak bernama.<br />
geli, nikmat, ingin menangis, lemas bercampur aduk.<br />
<br />
kemudian aku tak bisa bergerak, tubuhku kejang otakku berhenti bekerja.<br />
<br />
eva melenguh panjang, "EEENNNNGGGGHHHHHH................."<br />
akupun menyusulnya, "EENNNGGGHHHHHHHHH..........."<br />
kami orgasme bersama.<br />
<br />
kami berpelukan. aku tetap menindihnya tak ingin mencabut senjataku dari liangnya.<br />
kuseka keringat di wajahnya, wajahnya tersenyum manis memencarkan kenikmatan yg tiada tara.<br />
<br />
"terima kasih sayang",Kau wanita yang hebat" "kau membawaku kesurga", kukecup keningnya<br />
<br />
"mas aku cinta kau..jangan tinggalkan aku"suaranya lemah<br />
<br />
setelah kejadian malam itu, aku menunggu utk menidurinya lagi.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-22466801254044420642011-02-15T06:20:00.003-08:002011-02-15T06:20:53.352-08:00Ratu FelishaMungkin Kata-kata itu tak akan pernah dapat dilupakan Oleh Ratu Felisha sepanjang sisa hidupnya, Bagaimana tidak Pertemuan tak terduga dengan Mantan Pacarnya beserta Si Cabo Andien itu membuat Amarahnya tersulut, belum lagi Sorakan teman-temannya yang membuatnya berani melakukan Hal bodoh ini..21 Plaza Senayan seolah menjadi saksi bisu kebodohannya..<br />
<br />
Gara-gara itu dia harus menghadapi hukuman meringkuk dalam Tahanan dan kini harus ditambah dengan tuntutan berlapis,..Apalagi ketika bukti baru membuatnya makin sulit menghindar dari Tuntutan itu,..Berbagai upaya damai telah dicobanya namun tak membuahkan hasil..<span class="fullpost"> <br />
<br />
<br />
"Ya Sodara Ratu Felisha, Bagaimana Tanggapan Anda tentang Bukti baru ini,.." Kata Polisi Berkumis yang mungkin pimpinan di kantor itu, sambil menyerahkan kertas-kertas berisi uraian para saksi yang memberatkan dirinya,..<br />
<br />
Ratu Felisha tampak tak percaya dengan apa yang dibacanya,.. Seluruh pernyataan yang ada di situ makin menyudutkan posisinya, bahkan Pengakuan teman-temannya pun membuatnya tersudut,..<br />
<br />
"Apa Anda siap memberi keterangan..?" Tanya Polisi berkumis itu..<br />
"Tapi ini bohong Pak," Bela-Nya<br />
"Ya anda katakana saja pembelaan Saudari,..Tolong dicatat Sersan Amin, " Kata Polisi berkumis itu sambil menyuruh polisi Gendut disebelahnya untuk mencatat kata-kata Ratu<br />
<br />
Di ruangan itu hanya tersisa 4 orang termasuk Sang Terdakwa, seorang sisanya adalah seorang Polisi jaga berpangkat Kopral Yang bertubuh hitam Kekar selayaknya orang-orang Ambon,<br />
<br />
"Tapi Pak, ini bohong" Wajahnya tampak Panik seolah bingung harus memberi keterangan apa, dia menyadari semua kesalahannya, dan semua pernyataan itu benar adanya, namun bila harus mengakui hal itu sama saja dengan menjebloskan dirinya dalam penjara,..<br />
<br />
"Jadi Bagaimana Saudari Tanya Polisi Berkumis itu lagi,..<br />
"Tolong pak tolong saya, Saya ga mau dipenjara..Tolong.." Mohonnya..<br />
"Kami tidak bisa menolong, kami harus membuktikan Kebenaran"<br />
"Tapi pak saya takut, saya mau bayar berapa-pun...Tolong"<br />
"Maaf Saya tak bisa membantu, kecuali.." Kata Polisi itu,. Sebuah senyum licik terselip diwajahnya..<br />
<br />
"Tapi apa pak?? Anda mau minta berapa???" Tanya Feli bersemangat..<br />
"Kecuali anda bisa menyenangkan kami..."<br />
"Berkelakuan baik maksud Bapak?"<br />
"Hahaha, Saya yakin anda tahu,.."<br />
<br />
Kata-kata itu bagai isyarat SKAK-MAT bagi Feli, dia mengerti, namun tak mungkin dia harus melakukan hal itu dengan Polisi ini,..Semua orang tahu reputasinya, sebagai ratu Clubbuing, dengan tariff 10 juta untuk One Stay, berbagai jenis hidung belang pernah dilayaninya, tapi senua adalah Bos-bos High Class, bagaimana mungkin dia melakukan dengan Polisi Miskin dan dekil seperti mereka...<br />
<br />
Dia pun berusaha menawar pada Polisi itu,. Sambil pura-pura tak tahu..<br />
"Maksud Bapak, menari Erotis seperti di Film saya?..." Tanyannya..<br />
"Hmmm, Boleh saja.. Itu juga menyenangkan.." Jawab Polisi itu sambil diiringi tawa rekan-rekannya..<br />
<br />
Feli sadar mungkin hanya ini satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan dirinya..<br />
Sementara Polisi Berkumis menyuruh Polisi Jaga itu untuk menutup pintu dan semua Horden di Kantor itu,..Feli tampak termenung mempersiapkan diri melakukan sesuatu yang memalukan bagi dirinya,..<br />
<br />
Ketika para Polisi itu sudah berkumpul duduk di sebuah Sofa, Polisi itu kembali menyuruh Feli untuk segera melakukan Aksinya.. Dengan Langkah berat feli pun menuju Tengah Ruangan itu, dan mulai menari diiringi sorakan Polisi-polisi itu, Wajahnya tampak memerah menahan malu ketika tubuhnya mulai bergoyang,..<br />
<br />
"Buka Donk Jaketnya!!" Kata Si Gendut,..Feli pun terpaksa menuruti kemauan si gendut dan membuka Jaketnya, sehingga tubuhnya hanya menyisakan Tanktop Pink yang tertutup oleh jaket tadi, dan celana Jeans Pendek yang tak mampu menutupi pahanya yang mulus,..<br />
<br />
Pinggul Feli bergoyang kesana-kemari,..Tubuhnya meliuk-liuk erotis, apalagi kerika dia menarik sebuah bangku dan mengangkat kaki kirinya, sedangkan dia menari seolah sedang bersetubuh, makin lama wajah Feli mulai Rileks dan tampak menikmati tariannya..<br />
<br />
Sementara para Polisi makin bernafsu melihat pertunjukan itu, mereka makin riuh bersorak yang membuatnya makin liar menari, ..<br />
"Buka Lagi donk Bajunya!!!" Kata Polisi Berkumis, mendengar itu Feli berhenti menari seolah menolaknya..Namun Bungkus Rokok melayang menerjang Wajahnya,..Para Polisi itu bertampang sangar serupa dengan wajah para penjahat yang merka tangkap,..<br />
<br />
Terpaksa Feli pun menuruti kemauan mereka dan membuka TankTopnya, Bra Hitam yang menutupi Buah dada-nya seolah menyembunyikan Harta tersembunyi yang membuat orang seolah bernafsu untuk melihat isinya..<br />
<br />
Feli pun kembali menari, agak canggung memang karena harus kembali membiasakan diri, namun begitu Tariannya semakin indah untuk dilihat karena Payudaranya seolah terpental kesana-kemari, mengikuti tariannya yang makin Panas,<br />
<br />
Dengan terpaksa Feli memelorotkan Celana Jeans pendeknya, yang disambut dengan tawa ke 2 polisi itu, Polisi yang berkumis itu menghampiri tubuh Ratu yangkini hanya terbungkus oleh Bra dan Celana dalamnya..<br />
<br />
Dengan Bernafsu polisi itu mencengkram keras dada Feli, dan meremasnya dengan kasar,...."Aduh pak,.." ucapnya disela-sela rintihannya,..<br />
Polisi yang lain malah menyoraki rekannya yang mengerjai Feli,..<br />
<br />
Polisi itu makin bernafsu, Lidahnya terus menjilati seluruh permukaan wajah Feli, Terkadang Lidahnya yang kasar menyapu leher dan telinga Feli sampai membuatnya Mengelinjang..Tubuhnya yang Sintal itu pasrah menghadapi kekasaran Polisi ini yang mengancamnya dengan Pasal berlapis-lapis, Bagaimana mungkin di Usianya yang baru 24 Tahun dia mampu bertahan menghadapi Penjara yang kelam, belum lagi Karier-nya yang dengan susah payah dia bangun akan hancur oleh kebodohannya kali ini,..<br />
<br />
Jemari kasar Polisi itu mulai menjelajah ke Daerah Vagina-nya yang masih tertutupi celana dalam,.. Telunjuk Polisi itu mulai masuk di sela-sela selangkangan Feli, sementara Polisi itu mulai jongkok sambil terus menjilati Tubuh dan pusar Feli yang membuat Feli hanya bisa mendesah dan menutup matanya menahan Birahinya yang mulai naik,..<br />
<br />
Kakinya mulai gemetar tak sanggup menopang tubuhnya yang makin terbuai dalam sensasi ini, terlebih ketika Polisi itu mulai menjilati selangkangannya, terkadang lidah kasarnya menyapu pahanya yang membuatnya makin sulit menahan tubuhnya untuk tak terjatuh,..<br />
<br />
Polisi Gendut mendekat dan membantu menopang tubuh Feli, dari belakang dia memeluk tubuh mulus itu, namun tentu bukan hanya niat menolong yang ada dipikarn Polisi itu, tanganya yang gempal segera mencengkram dada Feli, dibukanya Bra Hitam yang menutupi Buah dadanya, Putingnya yang kecoklatan membuat Polisi itu makin bernafsu mengerayangi buah dada-nya,..<br />
<br />
"Mmmppph,, aaaahhhh" desah Feli menahan sensasi yang dirasakannya, ketika Jemari gempal polisi itu mengerayangi dadanya dengan kasar, belum lagi ketika dengan kasar polisi itu mulai memilin Putingnya yang besar dengan kasar, sementara Lidah kedua polisi itu seakan tak pernah berhenti menjilati seluruh tubuhnya,..<br />
<br />
Wajah cantik Feli tampak mulai menikmati permainan ini, bibirnya hanya bisa mendesah tak karuan tak kala, seorang polisi yang lain ikut mendekat dan menjilti dadanya yang satunya, dengan kasar polisi itu mulai menghisap puting susunya sambil sesekali mengigit...<br />
<br />
Polisi berkumis itu menarik celana dalam Feli.. Vaginanya yang ditumbuhi Bulu kemaluan yang cukup membuat polisi itu kembali berkomentar,?<br />
"Nah, gue paling demen nich Memek yang kaya gini,.Wangi lagi, Kapan lagi bisa gini ma Artis..." Ujarnya sambil tertawa,..<br />
<br />
Setelah itu, polisi itu segera merenggangkan kedua betis Feli, sehingga memudahkannya untuk menjilati vagina Feli,..Lidah kasar itu begitu lihai menjalankan Tugasnya,.. wajah Feli menampakan kepuasan atas permainan mereka?<br />
<br />
Sesekali Polisi itu menghisap Clitorisnya sampai membuatnya bagaikan melayang diatas awan, belum lagi kumis tebal Polisi itu memberikan sensasi lebih untuknya,..<br />
Lidah Polisi itu begitu liar menari di mulut Vaginanya, Kini jemari telunjuk pun diacungkan Oleh Polisi itu, Namun Feli tak menyadarinya sampai Jemari itu mulai mengoreki kemaluannya?<br />
<br />
"Ooooohhh" Ketika Jemari itu mulai masuk ke Vaginanya,.. Jemari itu saja sudah cukup besar, belum lagi Polisi itu mengenakan Cincin Batu Akik yang besar, terkadang Cincin itu ikut masuk dalam Vaginanya, yang memberikan rasa sakit sekaligus nikmat baginya..<br />
<br />
Jemari Polisi itu ditambah, hisapan-hisapan dan tangan-tangan kasar yang mengerayangi tubuhnya membuatnya makin tak sanggup lagi menahan birahinya,..Ketika polisi Gendut itu mulai menciuminya sudah tak ada lagi harga diri yang perlu dipertahankannya,.. dengan penuh Nafsu Feli mulai membalas Permainan Lidah Polisi Gendut itu,..<br />
<br />
Mereka Terus Bercumbu disela-sela desah nikmat yang terselip diantara lidah-nya, Telenjuk Polisi itu semakin cepat meluncur dalam Vagina-nya yang mulai basaholeh ludah Polisi itu dan Cairan Vaginannya sendiri,..<br />
<br />
Polisi Ambon itu pun makin Liar mempermainkan Dada Feli, dengan Kasar dia terus memilin serta menghisap Putting susunya seolah sedang menyusu, Sensasi itu menyadarkan dirinya akan Organsme yang akan segera mendera-nya..<br />
<br />
Tersadar, Feli berusaha sekuat tenaga untuk menahan Organsme itu, Namun Vaginannya semakin basah yang membuat Polis berkumis makin lancar dan cepat menusuk-nusukan Jemarinya dalam Vagina Feli,..<br />
<br />
Otot-otot vagina-nya mulai berdenyut?<br />
"Oooohhhh" Tak kala Cairan Cinta-nya meluncur deras dari sela-sela Vaginanya, Organsme itu tak kuasa ditahannya, Tubuhnya langsung limbung, Polisi gendut itu berinisiatif membopong tubuh lemahnya ke sofa tadi dan menidurkan , sementara polisi berkumis itu tampak tak mempercayai pemandangan yang dilihatnya,..Cairan Cinta Feli yang meledak itu sangat banyak yang membuat sebagian dari cairan cinta itu mengenang di Lantai Kantor itu, sementara Jemari Polisi berkumis itu penuh oleh lendir cairan Cinta-nya..<br />
<br />
Polisi Berkumis itu segera membuka pakainanya, penisnya yang lumayan besar tamapk sudah berdiri tegak, Melihatnya saja sudah membuat Felibergidik membayangkan Penis itu menyetubuhinya,..Polisi itu mengangkat pinggul Feli, sementara sebagian tubuh Feli masih terlentang di Sofa<br />
<br />
Polisi itu mengangkat Pinggul Feli sampai ke pingganganya, Penisnya yang hitam Sudah mengacung seolah siap menyetubuhinya,..Perlahan jemari Polisi berkumis itu memoles Vagina Feli,..Feli hanya bisa menutup matanya, ketika perlahan Penis Polisi itu mulai masuk dalam Vaginanya,..<br />
<br />
Penis Polisi itu membuatnya merasa sesak, penis itu sedikit demi sedikit mulai mengisi lubang kenikmatannya, rasa sakit yang menderanya mulai berubah menjadi kenikmatan perlahan Penis itu mulai memompa vagina Feli, perlahan namun makin cepat, sementara si Gendut mulai memereteli Pakaiannya,..Dia pun mendekati Feli yang sedang disetubuhi temannya itu,..<br />
<br />
"Bos, Bagi-bagi donk.." kata si Gendut,..<br />
"Minta Sepog aja sana!!" Kata si Kumis..<br />
"Mau Ga??" Tanya si gendut pada Feli..<br />
Feli pun mengelengkan kepalanya seolah jijik..<br />
"Harus mau" Kata si Gendut sambil memasukan Penisnya dalam mulut Feli<br />
<br />
Feli pun kelimpungan menerima Penis Gendut, yang walaupun tak besar, namun dia kaget juga ketika penis itu tiba-tiba menjejali mulutnya,..Sementar polisi berkumis segera membalikan tubuh Feli, dan menyetubuhi Feli dalam posisi Doggy, memudahkan Rekannya si Gendut yang duduk di sofa untuk menerima service dari Ratu Felisha..<br />
<br />
Si Polisi Ambon pun ingin segera ikut teman-temannya, dia membuka pakaian dinasnya, namun dicegah oleh si Gendut, "Lu masih Kopral, ga boleh ikut-ikut!!"<br />
Si Polisi Ambon pun terpaksa menuruti perintah atasanya dan duduk di kursinya, sambil menikmat teman-temanya menyetubuhi Artis Idolanya, sambil menahan Konak..<br />
<br />
Polisi berkumis itu terus memompa penisnya dengan Kasar dalam Vagina Feli, Sementara Tangan Feli harus tetap mengocol Penis Polisi Gendut itu, Bibir Feli seolah talk pernah berhenti mendesah tak karuan, otot-otot Vaginannya seolah berdenyut tak karuan?<br />
<br />
Polisi itu makin bernafsu memompa Feli yang mulai menghisap penis rekannya,..<br />
"Lu Perek ya?? Iyakan?? Bener kan Artis-artis kaya lu banyak yang jadi Perek!!" Tanya Polisi itu..<br />
"Engak,..hmmm,?ahhh" Ucapnya, berusaha mempertahankan harga diri dan Profesinya,..Namun apa yang dilakukannya seolah berbeda dengan ucapannya, Feli makin bernafsu menghisap Polisi Gendut ketika jempol Polisi berkumis mulai menari di muka Anusnya,.. Hisapannya yang makin bernafu membuat polisi Gendut itu hanya bisa menutup matanya menahan desah kenikmatan karena Deep Throat Feli,..<br />
<br />
"Ughhhh.." Erang Polisi itu ketika Dia Meledak dalam vagina Veli,..Menerima Ledakan itu Feli pun ikut berorgansme, dia tak takut akan kehamilan, Karena sebagai Artis dia sudah melakukan suntik KB untuk kehamilan saat berjuang memperebutkan Order dengan Para Produser..<br />
<br />
Tak lama setelah itu giliran Polisi Gendut yang meledak, Penisnya mengeras sebelum akhirnya spermanya meluncur deras ke wajah cantik Feli..Setelah itu Polisi Berkumis itu melepaskan penisnya dari dalam Vagina Feli, dan berpindah duduk, Tubuh lemah Feli hanya bisa tergeletak di lantai dengan Nafas tersengal, Kepalanya masih bersandar pada paha si Gendut yang terduduk santai di Sofa,sementara tangannya masih mengengam penis Si Gendut yang sudah terkulai lemah,..<br />
<br />
Tak Lama Penis Si Gendut itu sudah dapat berdiri tegak lagi..Dinaikannya tubuh lemah Feli dalam pelukannya, Dia pun mengacungkan Penisnya ke Vagina Feli yang setengah duduk membelakanginya, Perlahan Feli pun menurunkan Duduknya sementara Penis Si Gendut yang tak seberapa besar mulai masuk dalam Vaginanya, Walaupun penis si Gendut ga Besar-besar amat, namun itu cukup untuk membuatnya kesakitan ketika penis itu mulai masuk perlahan dalam vaginanya yang sempit itu,..<br />
<br />
Ketika Penis itu amblas seluruhnya dalam Vagina Feli, Si Gendut pun segera menampar pantat Feli seolah memacunya untuk segera mengerakan tubuhnya naik turun? Feli pun mulai mengerakan tubuhnya naik turun, dipacunya penis si Gendut, perlahan makin lama gerakan itupun makin cepat, sementar Si Polisi berkumis sudah mampu membuat penisnya berdiri tegak lagi dan menghampiri Feli yang sedang menyetubuhi temannya..<br />
<br />
Polisi berkumis itu naik keatas sofa, tangannya mengarahkan wajah Feli yang tampak Horny kearah penisnya, Feli pun segera mersponse dengan memasukan penis itu dalam mulutnya,..Tangannya pun merogohi Kantong Penis Polisi itu, dengan bernafsu dia menyepong polisi itu tanpa rasa Jijik sedikitpun..<br />
<br />
Polisi Gendut pun berusaha Membuat Feli makin bernafsu mengenjotnya, dia tun menyelipkan Jemarinya ke Vagin Feli dan mulai memijit Clitorisnya,..pijitan itu membuat Feli makin menikmati Pemerkosaan ini, dan membuatnya mengenjot Gendut makin Cepat,..Sementara tangan Si Gendut terus mengerayangi Payudaranya, dan tangan satunya menyodok dalam Vagina Feli,<br />
<br />
Sensasi ini kembali membuat Birahinya naik, perlahan, Perasan itu makinmembesar seolah membuatnya akan meledak, Sementar si Gendut mulai ikut mengoyangkan pinggulnya, menambah sensasi yang dirasakanya, si Kumis pun mulai ikut menyodok-nyodokan penisnya dalam mulut Feli,..<br />
<br />
"Oooooh?" Erang Feli ketika dia kembali berorgansme, tubuhnya mengelinjang sesaat, namun jemari si Gendut terus mengenjot Vagina Feli yang membuatnya kembali berorgansme untuk kesekian kalinya,..<br />
<br />
"Gila gue ga nyangka bisa kaya gini.." Ujar Polisi berkumis itu menyaksikan Cairan Cinta Feli yang luber sampai membasahi sofa itu..Sementara itu tubuh Feli yang masih lemas itu kembali digenjot si Gendut nafasnya tersengal, ketika Penis itu kembali menyetubuhinya, sementara Penis kumis kembali maju mundur dalam mulutnya?<br />
<br />
Tak lama, Giliran Polisi berkumis yang tak sanggup menahan Ledakannya, Dia pun meledak dalam mulut Feli, sebagian Spermanya bahkan meluncur langsung kedalam Mulut Feli yang membuatnya tersedak, namun Poli itu segera meutup mulut Feli, dan menyuruh Feli untuk menelan seluruh Spermanya,..Dengan Terpaksa Feli pun menuruti kemauan Polisi itu,..<br />
<br />
Si Gendut Berganti Posisi, Ditidurkannya tubuh molek Feli ke sofa, dan mengangkat satu kakinya, Dan kembali mengenjot Feli dengan Bernafsu..<br />
<br />
Perutnya yang gendut bertubrukan dengan Paha Feli yang Mulus, menimbulkan bunyi yangnyaring,..Sementara Lemak Polisi itu bergoyang kesana-kemari,..Payudara feli pun ikut terpelanting kesana kemari,..<br />
<br />
Feli hanya bisa mendesah menikmati permainan si Gendut sementara tangan si Gendut mulai menari di Clitoris Feli yang membuatnya makin kenikmatan, Tanpa sadar jemari Feli mulai memainkan Putingnya sendiri..<br />
<br />
Si Gendut terus mengenjot sampai akhirnya Feli kembali berorgansme yang membuat Otot-otot vaginanya mengejang dan membuat polisi Gendut itu pun ikut meledak dalam vagina Feli...<br />
<br />
Sperma yang bercampur cairan Cinta Feli mengalir disela-sela Vaginanya, sementara itu Feli mulai mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, Polisi itu pun menarik penisnya dari dalam Vagina Feli, dia pun beranjak menuju tempat temannya, sementar Feli merebahkan dirinya di Sofa itu..</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-37182562498280784762011-02-15T06:20:00.001-08:002011-02-15T06:20:22.890-08:00Dian Elina yang malangDian Elina baru saja selesai mandi sore itu. Ia hanya mengenakan handuk kuning kesayangannya. Hujan turun deras dari sejam yang lalu. Rumahnya kosong. Ia berdiri di depan cermin kamarnya sambil mengeringkan rambutnya. Iseng-iseng ia melepas handuknya. Hmm tubuhnya indah dan kencang. Payudaranya menggantung ibarat mangga yang mengkal. perutnya rata. Dian meraba buah dadanya, turun ke perutnya, hingga selangkangannya dengan bulu yang tercukur rapi. Usianya baru 25 tahun. Mendadak petir menggelegar kencang. bersamaan dengan itu listrik mendadak padam."Aih... sialan." Gerutunya. Ia mengingat-ingat dimana ia meletakkan lilin dan korek api. Di dapur.<br />
<span class="fullpost"> <br />
Dengan meraba-raba ia bergerak ke dapur, "Ah. dak ado yang jingok jg" Katanya dalam hati. Dian membiarkan tubuhnya telanjang bulat mengendap ke dapur rumahnya. Ia terkesiap melihat pintu belakang terbuka lebar. Dan sebelum sempat bereaksi sepasang tangan yang kekar menyergapnya. Dian meronta dan menjerit sebisanya. Namun tangan yang lain membekap mulutnya. Tubuhnya diangkat dan dibopong dengan mudah.<br />
Dalam keremangan Dian dapat melihat ada sekitar 5 atau 6 lelaki bertubuh besar di dalam ruangan itu. Mereka membopong Dian ke kamar tidurnya. Tubuh telanjangnya direntangkan di kasur. Mendadak lampu menyala. Dian menjerit jerit dan meronta. namun suaranya tenggelam oleh derasnya hujan. Kini ia dapat melihat ada 6 lelaki di ruangan itu. Mereka basah kuyup. Mengenakan topeng kupluk yang menyisakan mulut dan mata mereka. "Jangan kak... Jangan...." Dian mulai menangis melihat mereka mulai membukai pakaian masing-masing. Ia dapat melihat batang-batang penis mereka mengacung keras. bagaimana tidak, ia terlentang telanjang bulat di ranjangnya. Sementara 2 orang memegangi tangannya di sudut. "Ikat tangannyo." Salah seorang dari mereka, pimpinannya, memerintahkan. seorang dari mereka membongkar lemari pakaian Dian dan mengambil 2 ******nya yang panjang kemudian tanpa memperdulikan tangis gadis itu mereka mengikat Dian dengan ******nya sehingga kedua tangannya terentang lebar. Kemudian pemimpinnya yang bertubuh besar mulai menindihinya. Sementara kedua kakinya direntangkan lebar-lebar. Dian tak sanggup melawan. Ia hanya bisa memalingkan wajahnya dan menangis sesenggukan ketika buah dadanya mulai dikenyot-kenyot. Dikulum dan digigit-gigit. Tubuhnya lemas.. Mendadak lelaki itu mencengkram wajahnya dan memaksa melumat bibirnya. Dian meronta sebisanya,"MMmmhh... sssp... mmmhhh..." Ia merasa sangat dilecehkan. Salah seorang dari mereka membuka jendela lebar-lebar. Kemudian menempelkan pisau di leher gadis itu."Diem Bae... Nurut.. Kalo dak galak digorok! Ngerti!!?" Dian menggigit bibirnya dan menangis sesenggukan. Ia benar-benar tak berdaya. Dapat dirasakannya penis raksasa pemerkosanya tengah menggosok-gosok bibir vaginanya, siap mendobrak masuk. "AKKKHHHHHH!!!" Dian meregang kesakitan ketika lelaki itu menekan memaksakan batangnya yang berdiameter cukup besar masuk ke selangkangannya. Tanpa ampun lelaki itu mencengkeram bahu Dian sehingga ia dapat menyodok sedalam-dalamnya. "AKhhhhh luar biasa sempitnyo punyo gadis ini...!!" Lelaki besar itu mengerang penuh kenikmatan. ia mulai menggenjot vagina Dian yang kering itu. Dian mengerang kesakitan. Perih dan pedih. Ia merasa seakan tubuhnya akan dibelah dua. "Akhhh!! Akhhh!!! Sssakitt kakk.... Akhhh! Akhhmmmphhhmm...!!!! MMMP!!" Teriakan Dian terpotong karena seseorang dari mereka menjejalkan penisnya ke mulut Dian. Sementara yang lain sibuk meremas-remas dadanya. Terkadang dengan brutal menarik-nariknya. "AKHHHH luar biassaaaaaa...!" Pemerkosanya meregang keras sebelum spermanya memuncrat mengisi rahim Dian. Ia mencengkeram erat pinggul gadis itu. Menghabiskan maninya. Dian hanya mampu meringis kesakitan. Mulut dibungkam dengan batang kemaluan yang besar, keras. "Akhhh....," pemimpinnya mencabut kemaluannya yang mengecil dari vagina Dian yang bengkak memerah. "Ayo giliran!" Lelaki selanjutnya segera mengambil posisinya. Mulai menyetubuhi Dian seperti ******. "Akh! Akh!! Lonte! khh!!!" Sementara salah seorang dari mereka duduk di dada Dian, menggosok batangnya diantara kedua buah dada gadis itu. "Akhhh " ketika muncrat ia dengan mantap menjejalkan batang kemaluannya ke mulut Dian. Dian terengah-engah. merasa mual ketika sperma yang hangat dan kental itu disemburkan ke dalam mulutnya. Mereka terus bergantian menyetubuhi gadis itu.<br />
<br />
Malam semakin larut. Hujan telah berhenti. Dian Elina tergeletak lemas di ranjangnya. Vaginanya becek oleh mani pemerkosanya. Demikian juga dada dan perutnya. Ikatan tangannya telah dilepas namun ia tak mampu berdiri. Dian Elina hanya mampu menangis sesenggukan. Para pemerkosanya masih memperhatikannya, mereka tengah beristirahat. Sebagian membongkar isi kulkas dan mengisi perut mereka. Mereka belum puas mengerjai Dian. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berdiri dan menjambak rambut Dian yang pendek. "AAHHH Ampun Kak!!! Ampunn..." ia menyeret gadis itu ke ruang tamu yang memiliki banyak jendela. Lampu dihidupkan. Dian merinding karena walaupun rumahnya bertingkat, beberapa rumah diseberang jalan juga bertingkat sehingga mungkin saja orang dapat melihatnya telanjang bulat. Lampu yang dihidupkan membuat ruang tamunya bagai aquarium. Mereka menelungkupkan Dian di meja tamu. "Jangan meronta biar dak sakit.. he he he" Sambil berkata seperti itu Ia mulai melesakkan batang kemaluannya ke dubur gadis itu. Keras dan cepat. membuat tubuh Dian meregang kesakitan."AAAAAAAAAAHHHH!!!! SAAAkitttt!!! Jangan disodomi KAK!!! akkkhhh!!! AMPUNN!!!" Dian Elina menjerit kesakitan. Anusnya perih dan pedih hingga ke pusarnya. Pemerkosanya menjambak Dian sehingga wajahnya menengadah. melihat ke jendela paling besar. "Akhh Akhhh nikmat nian duburmu!" Dian akhirnya hanya mampu menangis. Pandangannya berkunang-kunang menahan sakit dan perih di anusnya. Mereka bergiliran mensodomi Dian dimeja itu. Sebagian mengeluarkan maninya didalam anus Dian. kemudian memaksanya membersihkan batang kemaluan mereka dengan mulutnya. Dian hanya sanggup menangis menahan muntah membayangkan bahwa yang dirasakannya adalah aroma pantatnya sendiri. ia hanya berharap mereka puas mengerjainya dan meninggalkannya. Sebagian lagi menyemburkan sperma mereka ke punggung dan rambut Dian.<br />
<br />
Dian tergeletak lemas telanjang bulat diatas lantai kayu di ruang tamunya. Tubuhnya berkilat oleh peluhnya, peluh pemerkosa, dan mani kental berleleran disekujur tubuhnya. Ia hanya sanggup menangis. Tapi siksaan belum usai. "Capek yoo?? he he he.. ayo kami traktir minum!" Mereka menjambak rambutnya dan menyeretnya lagi ke kamar mandi. Dian tak sanggup meronta lagi. Dian dilentangkan di lantai kamar mandi. Mereka tertawa-tawa melihat gadis itu. Kemudian salah seorang dari mereka duduk di dadanya, 'Buka mulut sayang.." Dian hanya pasrah saja ketika batang kemaluan lelaki itu yang lemas dijejalkan ke mulutnya. Mendadak ia merasakan cairan hangat anyir mengisi mulutnya. Lelaki itu mulai mengencinginya. Dian berusaha meronta namun yang lain menjambak rambutnya dan menekannya ke lantai. Mereka tertawa-tawa nmelihat Dian kelabakan berusaha keras menelan air kencing itu supaya tidak tersedak, sebagian besar meluap dari mulutnya. Dian terbatuk-batuk. Belum pernah ia dilecehkan seperti itu. Puncaknya mereka berlima mengencingi sekujur tubuh Dian Elina... Terutama wajah dan dadanya.<br />
Menjelang fajar ketika keenam lelaki itu meninggalkan Dian berbaring telanjang bulat tak sadarkan diri di lantai kamar mandinya. Bermandikan air kencing..</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-20482004255415732652011-02-15T06:19:00.002-08:002011-02-15T06:19:34.201-08:00Bercinta Dengan Wanita Asing Nan CantikPada saat tiba di Bandara Cengkareng dengan tujuan Balikpapan<br />
Aku menumpang pesawat Garuda, ketika aku mencari tempat duduk<br />
dimana aku selalu duduk dipingir, Aku melihat seorang wanita bule<br />
yang sudah menempati tempat duduk di 20F, tempat dudukku, karena aku selalu duduk didekat jendela,<br />
Wanita itu berumur sekitar 30 an tahun dan mempunyai sepasang bra<br />
yang sangat luar biasa, sangat jelas karena dia memakai baju<br />
you can see, kulitnya putih mulus dengan bulu-bulu halus di lengannya<br />
Kutaksir tingginya sekitar 175 cm, sementara aku sendiri sekitar 171 cm dan umurku 29 tahun, berkulit sawo matang<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Aku pun menegurnya dengan sopan, "is it yours" kataku sambil menunjukan tiketku,<br />
dia pun melihat tiketnya dan berujar "I am sorry I thought is mine" dia pindah ke nomor 20E tepat disebelahku, ketika dia berdiri tanpa sengaja branya menyentuh dadaku, terasa dua bola besar yang sangat padat dan kenyal menyentuh membuat adik kecilku langsung berdiri keras, aku pun buru-buru masuk ke jalur dan duduk secepatnya ke bangku 20F, terlihat dia tersenyum kecil dan kelihatan cantik sekali dengan dua buah lesung pipit dan bibir yang sangat penuh dan ranum.<br />
<br />
Ketika dia duduk disebelahku langsung dia membuka percakapan "where do you head? "I am going to Balikpapan and you" dia menjawab sambil mengerling " as same as you", ohhhh ya sambutku dengan senang tentunya, "where are you staying ? kataku " I am staying at B****** at jln Sudirman" jawabnya, aku pun cepat menjawab " Hey that is the place I am staying too" , dia tertawa renyah sekali hey " that is good " katanya.<br />
<br />
Tidak terasa kami pun tiba di Bandara Sepinggan dan bus hotel telah menjemput kami, sesampainya di hotel aku mendapat kamar di lantai 3 dan dia di lantai 6. Kami berpisah dan dia berkata " I'll call you at night" aku pun menjawab " oh oke I'll be waiting.<br />
<br />
Akupun tertidur dan terkejut ketika bangun waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, aku pun cepat mandi dan memesan makanan di kamar setelah makan, aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam kok dia tidak menelpon. Aku mulai gelisah mondar-mandir kiri kanan jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, ingin rasanya menelpon tetapi karena ingin jaim akupun tidak melakukan, langkah apapun. Ketika aku sudah mulai tertidur terdengar bel kamar berbunyi, Ketika kubuka si bule berdiri di depan pintu dengan memakai kaos you can see dengan celana pendek dan sandal" aku pun terbengong karena aku sendiri cuma pakai celana pendek. "hey what's up? kataku spontan. Dia menjawab "I couldn't sleep Andy can I come in? , "sure" jawabku, setelah dia masuk aku ingin memakai kaus lalu dia bilang, " no its okay" "it is not bothering me" jawabnya sambil tersenyum lalu melanjutkan "you got hot body jawabnya" sambil membelai badanku. Aku pun tersipu malu dan agak jengah, maklum aku jarang berdekatan dengan wanita bule.<br />
<br />
Kami pun terlibat pembicaraan hangat dan minum bir yang telah dipesan, ketika waktu sudah menunjukkan pukul 1.30 malam dia mau pamit, "I am going back to my room" katanya. Aku pun sedikit kecewa. Aku pun mengambil langkah yang sangat berisiko' "Shelly do you think, can I kiss you a goodnight sleep?, dia melihat lalu mengangguk, posisinya dia sedang duduk di pinggir tempat tidur, Aku pun pindah dan duduk disampingnya, Aku mencium pipinya lalu secepat kilat kucium bibirnya dengan ganas, dia meronta, "hey hey what are you doing?" aku sudah tidak peduli lagi, tanganku sudah masuk ke balik kutangnya, terlihat shelly meronta dengan hebat, beruntung aku sering fitness, biarpun body wanita itu lebih tinggi dari padaku, tapi badanku yang sangat kekar mampu menahan rontaanya, aku menutup seluruh bibirnya, sambil lidahku, kupermainkan ke rongga mulutnya.<br />
<br />
"Aaaahhhhhhh" dia melenguh pelan, mungkin mulai terangsang dengan rabaan dan ciuamanku yang ganas, " Aku merasa tangannya sudah mulai memeluk ku dan dia berkata " Okay do you want to have sex, "Lets do it but do you have condom?", aku menjawab "yes I got that in my bag" aku pun berdiri mempersiapkan condom dan kulihat dia berdiri membuka pakaiannya, terlihatlah body yang belum pernah aku lihat seumur hiduppku, body yang luar biasa bagus dan sporty banget, terlihat dua buah paha yang sangat kencang dan pantat yang sangat menyembul atau mentul, buah dada yang sangat besar dan kencang leher yang sangat indah, dan V#### yang luar biasa sempurna dan merah jambu dengan bulu yang sangat tipis karena dicukur. lalu dia mendekat sambil berkata "babe come here, dengan ganasnya dia mencium bibirku, dan tangannya langsung membelai tubuhku sampai ke ujung K### ku, terasa sangat bernafsu aku jadinya.<br />
Kemudian dia merebahkanku ke tempat tidur, mulai menciumku dari bibir terus ke leher, pelan merayap ke lenganku, sambil terus mempermainkan lidahnya dan rintihan yang sangat merangsang "heemmm hemmm, terus bibirnya merayap ke ketiakku yang tidak berbulu karena selalu kucukur, dia mempermainkan lidahnya di situ cukup lama sambil berkata "smell good honey," tangannya terus merayap ke sekujur tubuhku, bibirnya terus menggigit dadaku, turun ke perut, akhirnya sampai ke K#### ku, tapi dia tidak langsung menghisap ke situ, melainkan menjilat lekukan pahaku sambil berkata "you turn me on babe" terus turn ke Z###ku dan terus ke lobang analku, aku pun melayang layang kenikmatan karena belum pernah mendapatkan service yang seperti ini. Kemudian ketika sudah cuku lama, aku pun membalikkan badannya yang putih mulus dan sangat sintal itu, Kemudian mencium bibirnya dengan ganas terus turun ke lehernya, lalu kujilat lama sekali di ketiaknya dan ketika kuraba M### terlihat sudah sangat becek diapun melenguh dengan EMMMMMMM, sambil menjambak rambutku, aku pun terus turun ke buah dadanya yang sangat kenyal, sambil kujilatin dan kugigit gigit sampai print bibirku ada dimana-mana terus turun ke perutnya yang sangat tipis, terus menuju ke V####nya, disitu kubenamkan bibirku, dan kurasakan sesuatu yang berbau keju tapi sangat bersih, kulihat badannya mengejang dengan hebat, terus kujilat sambil sesekali lubang anusnya kumasuki dengan lidahku, terlihat sudah sangat basah sampai dapat kutemukan kitorisnya dan terus kujilat, dan setelah beberapa saat dia berkata "I'll Came babe" Oooohhhhhhhhhhhhhh, dan M###nya pun sudah sangat banjir, cepat aku merangkak sebelum dia orgasme yang tinggal beberapa detik cepat kusambar condom dan setelah set dengan cepat aku masukkan P####ku yang lumayan besar untuk ukuran kita, dan kulihat dia menjerit begitu menerima K###ku, terus kupermainkan pinggulku dan kulihat dia mengejang dengan hebat "AAAHHHHHHHHHHH babe" sambil memeluk tubuhku dengan ganas, aku pun terus memompa, setelah 15 menit, kuminta dia untuk menungging, kumasukan dari belakang, tetapi sebelumnya kujilat lagi M###nya yang sudah sangat basah, dan akhirnya kumasukkan lagi terlihat dia mengejang setelah, Kuhitung dia sudah 3 x mengalami orgasme tetapi aku belum , kubisikan suatu kalimat di telinganya dan dia mengangguk setuju, kucabut P###ku dan kujilat lubang pantatnya samapai sudah sangat basah, kemudian kuarahkan P### ku yang masih sangat keras ke anusnya, ketika masuk aku merasa dia mengerang semakin hebat, terus kuarahkan P###ku ke sana dengan ganas sambil meraba bra dan menjilat leher dan punggunya, ketika aku berkata I'll come babe, dia berkata " let me suck it" cepat dia berbalik, lalu membuka condom dan terus memasukan K#### ke dalam mulutnya yang sexy sambil terus mempermainkan lidahnya, terasa berdenyut ujung K#### ku dan keluar di mulunya terus dia mempermainkan lidahnya dan membersih kan ujung lubang K###ku " Oh geli dan nikmat sekali rasanya, akhirnya aku rebah disebelahnya, dan dia memelukku dengan sangat mesra sambil berkata, You will be mine honey, I love you babe, " aku pun membalas ciumannya sambil memeluk erat tubuh sexynya, dan berkata "love you to honey"<br />
Kami hanya melakukan satu kali aja malam itu, tetapi itu sudah cukup karena forplay yang cukup lama baru penetrasi, yang penting kualitasnya bukan kuantitas atau banyaknya hubungan itu,<br />
Sekarang shelly sudah resmi menjadi calon istriku tercinta </span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com67tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-55874867943504040952011-02-15T06:19:00.000-08:002011-02-15T06:19:02.725-08:00Monster PerkasaHari itu, sekitar jam tiga sore aku bersama sepupuku, Ellen baru saja sampai di rumahnya setelah jalan-jalan di mall. Setengah jam kami disana nonton VCD sampai pacarnya yang bernama Winston datang. Memang sih hari itu aku bermain ke sini agar bisa sekalian sorenya mengambil mobilku yang sedang di service rutin di sebuah bengkel di daerah Jakarta Timur yang kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah Ellen. Pas sekali saat itu Winston datang untuk nge-date jadi aku bisa ikut menumpang diantar ke bengkel itu.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Kamipun berangkat dari rumahnya dengan mobil BMW-nya Winston. Walaupun tidak terlalu jauh namun kami sedikit terjebak macet karena saat itu jam bubaran. Yang kukhawatirkan adalah takutnya bengkelnya keburu tutup, kalau begitu kan aku mau tidak mau harus tetap menumpang pada Winston padahal mereka mau pergi nonton dan aku tidak mau mengganggu kebersamaan mereka. Akhirnya tiba juga kami di bengkel itu tepat ketika akan tutup.<br />
<br />
"Wah... sudah mau tutup tuh Ci, mendingan cepetan lari turun, siapa tahu masih keburu," kata Ellen.<br />
"Tanyain dulu Ci, kita tunggu kamu di sini, kalau ternyata belum bisa ambil, kamu ikut kita jalan aja," Winston memberi saran.<br />
<br />
Akupun segera turun dan setengah berlari ke arah pegawai yang sedang mendorong pintu.<br />
<br />
"Mas... Mas tunggu, jangan ditutup dulu, saya mau ngambil mobil saya yang Hyundai warna merah yang dititip kemarin Selasa itu loh!" kataku dengan terburu-buru.<br />
"Tapi kita sudah mau tutup non, kalau mau besok balik aja lagi," katanya.<br />
"Ayo dong, Mas katanya di telepon tadi sudah bisa diambil, tolong dong bentar aja yah, saya sudah ke sini jauh-jauh nih!" desakku.<br />
"Ada apa nih, Kos, kok malah ngobrol," kata seorang pria yang muncul dari samping belakangnya.<br />
<br />
Kebetulan sekali pria itu adalah montir yang menangani mobilku ketika aku membawa mobil itu ke sini, orangnya tinggi dan agak gemuk dengan rambut gaya tentara, usianya sekitar awal empat puluh, belakangan kuketahui bernama Fauzan, agaknya dia tergolong montir yang cukup senior di sini.<br />
<br />
Akupun lalu mengutarakan maksud kedatanganku ke sini untuk mengambil mobilku itu padanya. Awalnya sih dia juga menyuruhku kembali lagi besok karena bengkel sudah tutup, tapi karena terus kubujuk dan kujanjikan bonus uang rokok akhirnya dia menyerah juga dan mempersilakanku masuk menunggu di dalam. Sebenarnya sih kalau bengkelnya dekat dengan rumahku aku juga bisa saja kembali besok, tapi masalahnya letak tempat ini cukup jauh dari rumahku dan macet pula, kan BT banget kalau harus dua kali jalan.<br />
<br />
Aku melambaikan tangan ke arah Ellen dan Winston yang menunggu di mobil pertanda masalah sudah beres dan mereka boleh pergi, merekapun membalas lambaianku dan mobil itu berjalan meninggalkanku. Pak Fauzan menjelaskan padaku tentang kondisi mobilku, dia bilang bahwa semuanya ok-ok saja, kecuali ada sebuah onderdil di bagian bawah mobil yang sebentar lagi tidak layak pakai karena sudah banyak berkarat (sory... Aku tidak mengerti otomotif selain menggunakannya, sampai lupa nama onderdil itu). Karena memikirkan kenyamanan jangka panjang, aku menanyakan kalau bagian itu diganti sekarang memakan waktu lama tidak, ongkos sih tidak masalah. Setelah berpikir sesaat dia pun mengiyakannya dan menyuruhku duduk menunggu.<br />
<br />
Sejumlah pegawai dan kasir wanita sudah berjalan ke pintu keluar meninggalkan tempat ini. Di ruangan yang cukup luas ini tinggallah aku dengan Pak Fauzan serta beberapa montir yang sedang menyelesaikan pekerjaan yang tanggung. Seluruhnya ada empat orang di ruangan ini termasuk aku yang satu-satunya wanita.<br />
<br />
"Masih banyak kerjaannya ya Mas?" tanyaku iseng-iseng pada montir brewok di dekatku yang sedang mengotak-atik mesin depan sebuah Kijang.<br />
"Dikit lagi kok Non, makanya mending diselesaikan sekarang biar besoknya lebih santai," jawabnya sambil terus bekerja.<br />
<br />
Tidak jauh dari tempat dudukku Pak Fauzan sedang berjongkok di sebelah mobilku dan di sebelahnya seorang rekannya yang cuma kelihatan kakinya sedang berbaring mengerjakan perkerjaannya di kolong mobil. Ternyata pekerjaan itu lama juga selesainya, seperempat jam sudah aku menunggu. Melihat situasi seperti ini, timbullah pikiran isengku untuk menggoda mereka. Hari itu aku memakai kaos ketat oranye berlengan panjang yang dadanya agak rendah, lekuk tubuhku tercetak oleh pakaian seperti itu, bawahnya aku memakai rok hitam yang menggantung beberapa senti di atas lutut. Maka bukanlah hal yang aneh kalau para pria itu di tengah kesibukannya sering mencuri-curi pandang ke arahku, apalagi sesekali aku sengaja menyilangkan kakiku.<br />
<br />
Aku berjalan ke arah mobilku dan bertanya pada Pak Fauzan,<br />
<br />
"Masih lama ya Pak?"<br />
"Hampir Non, ini yang susah tuh melepas yang lamanya, habis sudah berkarat, sebenarnya sih pasangnya gampang saja, bentar lagi juga beres kok"<br />
"Perlu saya bantuin enggak? Bosen dari tadi nunggu terus," tanyaku sambil dengan sengaja berjongkok di hadapannya dengan lutut kiri bertumpu di lantai sehingga otomatis paha putih mulusku tersingkap kemana-mana dan celana dalam merahku juga terlihat jelas olehnya.<br />
<br />
Dia terlihat gugup dan matanya tertumbuk ke bawah rokku yang kelihatan karena posisi jongkokku. Aku yakin burungnya pasti sudah terbangun dan memberontak ingin lepas dari sangkarnya. Namun aku bersikap biasa saja seolah tidak mengetahui sedang diintip.<br />
<br />
"Oohh... nggak... nggak kok Non," jawabnya terbata-bata.<br />
"Hhoii... Obeng kembang dong," sahut montir yang dari dalam sambil mendorong kursi berbaringnya keluar dari kolong.<br />
<br />
Begitu keluar diapun ikut terperangah dengan pemandangan indah di atas wajahnya itu. Keduanya bengong menatapku tanpa berkedip.<br />
<br />
"Kenapa? Kok bengong? Liatin apa hayo...?" godaku dengan tersenyum nakal.<br />
<br />
Kemudian kuraih tangan si montir yang sedang berbaring itu dan kuletakkan di paha mulusku, memang sih tangannya kotor karena sedang bekerja tapi saat itu sudah tidak terpikir hal itu lagi. Tanpa harus disuruh lagi tangan kasar itu sudah bergerak dengan sendirinya mengelus pahaku hingga sampai di pangkalnya, disana dia tekankan dua jarinya di bagian tengah kemaluanku yang masih tertutup CD.<br />
<br />
"Ooohhh..." desahku merasakan remasan pada kemaluanku.<br />
<br />
Pak Fauzan menyuruhku berdiri dan didekapnya tubuhku serta langsung menempelkan bibirnya yang tebal dan kasar pada bibir mungilku. Tangannya mengangkat rokku dan menyusup ke dalam celana dalamku. Temannya tidak mau ketinggalan, setelah dia mengelap tangannya dia dekap aku dari belakang dan mulai menciumi leher jenjangku, hembusan nafas dan lidahnya yang menggelikitik membuat birahiku semakin naik. Payudaraku yang masih tertutup baju diremasi dari belakang, tak lama kemudian kaos Mango-ku beserta bra-ku sudah disingkap ke atas. Kedua belah payudaraku digerayangi dengan gemas, putingnya terasa makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipilin-pilin.<br />
<br />
"Hei, ngapain tuh, kok nggak ngajak-ngajak! " seru si montir brewok yang memergoki kami sedang berasyik-masyuk.<br />
<br />
Montir di belakangku melambai dan memanggil si brewok untuk ikut menikmati tubuhku. Si brewok pun dengan girang menghampiri kami sambil mempreteli kancing baju montirnya, kurang dari selangkah di dekatku dia membuka seluruh pakaiannya.<br />
<br />
Wow... Bodynya padat berisi dengan dada bidang berbulu dan bulunya turun saling menyambung dengan bulu kemaluannya. Dan yang lebih membuatku terpesona adalah bagian yang mengacung tegak di bawah perutnya, pasti tak terlukiskan rasanya ditusuk benda sebesar pisang raja itu, warnanya hitam dengan kepala penis kemerahan. Dia berjongkok di depanku dan memelorotkan rok dan celana dalamku.<br />
<br />
"Wah, asyik jembutnya item lebat banget, gua paling suka vagina kaya gini," si brewok mengomentari vaginaku.<br />
<br />
Pak Fauzan dan temannya pun mulai melepasi pakaiannya masing-masing hingga bugil. Terlihatlah batang-batang mereka yang sudah menegang, namun aku tetap lebih suka milik si brewok karena nampak lebih menggairahkan, milik Pak Fauzan juga besar dan berisi, namun tidak terlalu berurat dan sekeras si brewok, sedangkan punya temannya lumayan panjang, tapi biasa saja, standarnya pribumi Indonesialah. Aku sendiri tinggal memakai kaos ketat dan bra-ku yang sudah tersingkap.<br />
<br />
Kaki kiriku diangkat ke bahu si brewok yang berjongkok sambil melumat vaginaku. Teman Pak Fauzan yang dipanggil 'Zul' itu menopang tubuhku dengan mendekap dari belakang, tangannya terus beraktivitas meremas payudara dan pantatku sambil memainkan lidahnya di lubang telingaku. Pak Fauzan sendiri kini sedang menetek dari payudara kananku. Aku menggelinjang dahsyat dan mendesah tak karuan diserbu dari berbagai arah seperti itu. Tanganku menggenggam penis Pak Fauzan dan mengocoknya perlahan.<br />
<br />
"Oookkhh... Jangan terlalu keras," rintihku sambil meringis ketika Pak Fauzan dengan gemas menggigiti putingku dan menariknya dengan mulut, secara refleks tanganku menjambak pelan rambutnya.<br />
<br />
Sementara si brewok di bawah sana menyedoti dalam-dalam vaginaku seolah mau ditelan. Dia memasukkan lidahnya ke dalam vaginaku sehingga memberi sensasi geli yang luar biasa padaku, klitorisku juga dia gigit pelan dan digelikitik dengan lidahnya. Pokoknya sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu, jauh lebih nikmat dari mabuk anggur manis. Aku menengokkan wajah ke samping untuk menyambut Zul yang mau melumat mulutku. Lihai juga dia berciuman, lidahnya menjilati lidahku dan menelusuri rongga mulutku, nafasku seperti mau habis rasanya.<br />
<br />
Kemudian mereka membaringkanku di kursi untuk berbaring di kolong mobil itu (whateverlah namanya aku tidak tahu nama barang itu ^_^. Zul langsung mengambil posisi di selangkanganku, tapi segera dicegah oleh Pak Fauzan yang menginginkan jatah lubang lebih dulu. Setelah dibujuk-bujuk Zul pun akhirnya mengalah dari Pak Fauzan yang lebih senior itu. Sebagai gantinya dia mengambil posisi di dekat kepalaku dan menyodorkan penisnya padaku. Kumulai dengan menjilati batang itu hingga basah, lalu buah zakarnya kuemut-emut sambil mengocok batangnya.<br />
<br />
Walaupun agak bau tapi aku sangat menikmati oral seks itu, aku senang membuatnya mengerang nikmat ketika kujilati lubang kencing dan kepala penisnya. Pak Fauzan yang sudah selesai dengan pemanasan dengan menggesekkan penisnya pada bibir vaginaku kini sudah mengarahkan penisnya ke liang senggamaku. Aku menjerit kecit ketika benda itu menyeruak masuk dengan sedikit kasar, selanjutnya dia menggenjotku dengan gerakan buas. Aku meresapi setiap detil kenikmatan yang sedang menyelubungi tubuhku, semakin bersemangat pula aku mengemut penis si Zul, kumainkan lidahku di sekujur penis itu untuk menambah kenikmatan pemiliknya. Dia mengerang keenakan atas perlakuanku yang memanjakan 'adik kecil'nya. Rambutku diremas-remas sambil berkata:<br />
<br />
"Oooh... Terus Non, enak banget... Yahhh!"<br />
<br />
Tanganku yang lain tidak tinggal diam ikut mengocok punya si brewok yang pada saat yang sama sedang melumat payudaraku. Dia sangat menikmati setiap jengkal payudaraku, dia menghisapnya kuat-kuat diselingi gigitan-gigitan yang meninggalkan jejak merah di kulitnya yang putih. Sungguh kagum aku dengan penisnya dalam genggamanku, yang benar-benar keras dan perkasa membuatku tidak sabar ingin segera mencicipinya. Maka aku melepaskan emutanku pada penis Zul dan berkata pada si brewok,<br />
<br />
"Sini dong Mas, gua mau nyepong kontolnya!"<br />
<br />
Si brewok langsung menggantikan Zul dan menyodorkan penisnya padaku. Hmm... Inilah yang kutunggu-tunggu, aku langsung membuka lebar-lebar mulutku untuk memasukkan benda itu. Tentu saja tidak muat seluruhnya di mulut mungilku malah terasa sesak. Si Zul menggosok-gosokkan penisnya yang basah ke wajahku. Sambil dioral, tangan si brewok yang kasar dan berbulu itu meremasi payudaraku dengan brutal. Di sisi lain, Pak Fauzan melepaskan sepatu bersol tinggi yang kupakai, lalu menaikkan kedua tungkaiku ke bahu kirinya, sambil menggenjot dia juga menjilati betisku yang mulus. Aku benar-benar terbuai oleh kenikmatan main keroyok seperti ini.<br />
<br />
Tiba-tiba kami terhenti sejenak karena terdengar suara pintu di buka dari dalam dan keluarlah seorang yang hanya memakai singlet dan celana pendek, tubuhnya agak kurus dan berusia sepantaran dengan Pak Fauzan dengan jenggot seperti kambing. Aku mencoba mengingat-ingat orang ini, sepertinya pernah lihat sebelumnya, ooohh... Iya itu kan montir yang mendengar dan mencatat masalah yang kuceritakan tentang mobilku ketika aku membawanya ke sini. Sepertinya dia baru mandi karena rambutnya masih basah dan acak-acakan. Sebelumnya dia agak terperanjat dengan apa yang dia lihat tapi kemudian dia mendekati kami.<br />
<br />
"Weleh-weleh. .. Gua sibuk cuci baju di belakang, kamu-kamu malah pada enak-enakan *******," katanya "Lho, ini kan si Non cantik yang mobilnya diservis itu!"<br />
"Sudah jangan banyak omong, mau ikutan nggak!" kata si brewok padanya.<br />
<br />
Buru-buru si montir yang bernama Joni itu melepaskan celananya dan kulihat penisnya bagus juga bentuknya, besar dengan otot yang melingkar-lingkar. Tiga saja belum selesai sudah datang satu lagi, tambah berat deh PR gua, demikian kataku dalam hati. Pak Joni mengambil posisi di sebelah kananku, tangannya menjelajah kemana-mana seakan takut tidak kebagian tempat. Payudara kananku dibetot dan dilumat olehnya sampai terasa nyeri. Aku mengerang sejadi-jadinya antara kesakitan dan kenikmatan, semakin lama semakin liar dan tak terkendali.<br />
<br />
Pak Fauzan dibawah sana makin mempercepat frekuensi genjotannya pada vaginaku. Lama-lama aku tidak sanggup lagi menahan cairan cintaku yang semakin membanjir. Di ambang puncak aku semakin berkelejotan dan tanganku semakin kencang mengocok dua batang penis di genggamanku yaitu milik Pak Joni dan Bang Zul. Zul juga menggeram makin keras dan Crot... Crot... Cairan putih kentalnya menyemprot dan berceceran di wajah dan rambutku. Sementara otot-otot kemaluanku berkontraksi makin cepat dan cairan cintaku pun tak terbendung lagi. Aku telah mencapai puncak, tubuhku mengejang hebat diiringi erangan panjang dari mulutku, tapi dia masih terus menggenjotku hingga tubuhku melemas kembali. Setelah dia cabut penisnya, diturunkannya juga kakiku.<br />
<br />
"Gantian tuh, siapa mau vagina?" katanya.<br />
<br />
Si brewok langsung menggantikan posisinya, sebelumnya dia menjilati dan menyedot cairan vaginaku dengan rakus bagaikan menyantap semangka. Pak Fauzan menaiki dadaku dan menjepitkan penisnya yang sudah licin diantara payudaraku. Dia memaju-mundurkannya seperti yang dia lakukan terhadap vaginaku, tidak sampai lima menit, spermanya muncrat ke muka dan dadaku, kaosku yang tergulung juga ikut kecipratan cairan itu. Pak Fauzan mengelap spermanya yang berceceran di dadaku sampai merata sehingga payudaraku nampak mengkilap oleh cairan itu. Kujilati sperma di sekitar bibirku dengan memutar lidah.<br />
<br />
Si brewok minta ganti gaya, kali ini dia berbaring di kursi montir. Tanpa diperintah aku menurunkan tubuhnya sambil membuka lebar liang senggamaku dengan jari. Tanganku yang lain membimbing batang itu memasuki liang itu. Aku menggigit bibir dan mendesis saat penis itu mulai tertancap di vaginaku. Hingga akhirnya seluruh batang itu tertelan oleh liang surgaku, rasanya sangat sesak dan sedikit nyeri dijejali benda sekeras dan sebesar itu, aku dapat merasakan urat-uratnya yang menonjol itu bergesekan dengan dinding vaginaku.<br />
<br />
Aku belum sempat beradaptasi, dia sudah menyentakkan pinggulnya ke atas, secara refleks aku menjerit kecil. Sekali lagi dia sentakkan pinggulnya ke atas sampai akupun ikut menggoyangkan tubuhku naik-turun. Mataku merem-melek dan kadang-kadang tubuhku meliuk-liuk saking nikmatnya. Kuraih penis Pak Joni di sebelah kiriku dan kukulum dengan bernafsu, begitu juga dengan penis Pak Fauzan, batang yang sedang kelelahan itu kukocok-kocok agar bertenaga lagi, sisa-sisa spermanya kujilati hingga bersih. Kurasakan ada dua jari memasuki anusku, mengoreki lalu bergerak keluar-masuk di sana, aku menengok ke belakang ternyata pelakunya Bang Zul yang entah kapan sudah di belakangku.<br />
<br />
Mungkin karena ketagihan dikaraoke olehku, Pak Joni memegangi kepalaku dan menekannya pada selangkangannya, lalu dia maju-mundurkan pinggulnya seperti sedang bersenggama. Aku sempat gelagapan dibuatnya, kepala penis itu pernah menyentuh tekakku sampai hampir tersedak. Namun hal itu tidak mengurangi keaktifanku menggoyang tubuhku dan mengocok penis Pak Fauzan dengan tangan kiriku. Payudaraku yang ikut bergoyang naik-turun tidak pernah sepi dari jamahan tangan-tangan kasar mereka.<br />
<br />
Sepertinya Bang Zul mau main belakang karena dia melebarkan duburku dengan jarinya dan sejenak kemudian aku merasakan benda tumpul yang tak lain kepala penisnya melesak masuk ke dalamnya. Ketiga lubang senggamaku penuh sudah terisi oleh tiga penis. Penis Pak Joni dalam mulutku makin bergetar dan pemiliknya pun makin gencar menyodok-nyodokkann ya pada mulutku hingga akhirnya menyemprotkan spermanya di mulutku. Belum habis semprotannya dia menarik keluar benda itu (thank god, akhirnya bisa menghirup udara segar lagi) sehingga sisanya menyemprot ke wajahku, wajahku yang sudah basah oleh sperma Bang Zul dan Pak Fauzan jadi tambah belepotan oleh spermanya yang lebih kental dari milik dua orang sebelumnya.<br />
<br />
"Aahh... Aahh... Dikit lagi Bang!" desahku karena sudah akan klimaks lagi.<br />
<br />
Cairan cinta terasa terus mengucur membasahi rongga-rongga kemaluanku bersamaan dengan penis si brewok yang terasa makin membengkak dan sodokannya yang makin gencar. Otot-ototku menegang dan desahan panjang keluar dari mulutku akibat orgasme panjang bersama si brewok. Cairan hangat dan kental menyemprot hampir semenit lamanya di dalam lubang vaginaku. Akhirnya tubuhku kembali melemas dan jatuh telungkup di atas dada yang bidang berbulu itu dengan penis masih menancap, sementara dari belakang Bang Zul masih getol menyodomiku tanpa mempedulikan kondisiku sampai dia menumpahkan spermanya di anusku lima menit kemudian. Setelah beristirahat lima menit, Pak Fauzan mengangkat tubuhku diatas kedua tangannya dan membawaku ke ruangan lain yang adalah tempat pencucian mobil bersama teman-temannya.<br />
<br />
"Eh, mau ngapain lagi kita nih Pak?" tanyaku heran.<br />
"Kita mau mencuci Non dulu soalnya sudah lengket dan bau peju sih," jawabnya sambil nyengir, kemudian memerintah si brewok untuk menyiapkan selang air.<br />
<br />
Pelan-pelan dia turunkan aku, tapi aku masih belum sanggup berdiri karena masih lemas sekali, jadi aku hanya duduk bersimpuh saja di lantai marmer itu.<br />
<br />
"Bajunya dilepas aja Non biar nggak basah," katanya sambil membantuku melepaskan kaosku yang tergulung.<br />
<br />
Aku kini telah telanjang bulat, hanya jam tangan, anting, dan seuntai kalung perak dengan leontin huruf C yang masih tersisa di tubuhku. Si brewok menyalakan krannya dan mengarahkan selang itu padaku.<br />
<br />
"Awww... Dingin!" desahku manja merasakan dinginnya air yang menyemprot padaku.<br />
<br />
Pak Joni melepaskan singletnya dan bersama dua orang lainnya mendekati tubuhku yang masih disemprot si brewok, ketiganya mengerubungi tubuhku sambil tertawa-tawa. Aku lalu diberdirikan dan didekap mereka, tangan-tangan mereka menggosoki tubuhku untuk membasuh ceceran sperma yang lengket di sekujur tubuhku seperti sedang memolesi mobil dengan cairan pembersih.<br />
<br />
Beberapa menit lamanya si brewok menyirami kami dengan air dingin sehingga tubuh kami basah kuyup. Sesudah itu dia juga ikut bergabung menggerayangiku. Pak Joni mendekapku dari depan, setelah puas menciumi dan meremas payudaraku dia menaikkan kaki kananku ke pingggangnya dan memasukkan penisnya ke vaginaku, mereka mengerjaiku dalam posisi berdiri. Pak Fauzan merangkulku dari belakang dan tak henti-hentinya mencupangi pundak, leher dan tengukku. Bang Zul berjongkok meremasi dan menjilati pantat montokku yang terangkat dengan gemasnya. Si brewok menggerayangi payudaraku yang lain sambil menggelikitik telingaku dengan lidahnya. Desahan nikmatku terdengar memenuhi ruangan itu. Beberapa menit kemudian Pak Joni klimaks dan menumpahkan spermanya di dalam vaginaku. Ini masih belum berakhir, karena setelahnya tubuhku mereka telentangkan di atas kap depan sebuah sedan berwarna silver metalik dan kembali aku disemprot dengan selang air hingga semakin basah.<br />
<br />
Bang Zul membentangkan pahaku dan menancapkan penisnya ke vaginaku. Mungkin karena sudah terisi penuh, maka ketika penis itu melesak ke dalamku, nampak sperma kental itu meluap keluar dari sela-sela bibir vaginaku. Aku kembali orgasme yang kesekian kalinya, tubuhku menggelinjang di atas kap mobil itu. Kemudian tak lama kemudian dia pun mencabut penisnya dan menumpahkan isinya di atas perut rataku. Akhirnya selesai juga mereka mengerjaiku, aku terbaring lemas diatas kap, rasanya pegal sekali dan sedikit kedinginan karena basah.<br />
<br />
Mereka juga sudah kecapean semua, ada yang duduk mengatur nafas, ada juga yang mengelap badannya yang basah. Pak Fauzan memberiku sebuah Aqua gelas dan handuk kering. Aku menggerakkan tangan menghanduki tubuhku yang basah. Setelah Pak Fauzan dan Bang Zul selesai memasang onderdil yang tertunda, selesai pula perbaikan mobilku. Aku membayarkan biayanya pada Pak Fauzan yang ternyata masih saudara dengan pemilik bengkel ini, pantas dari tadi montir lain tunduk padanya. Aku juga memberi tambahan sepuluh ribu rupiah sebagai uang rokok untuk dibagi antara mereka berempat. Sampai di rumah aku langsung tidur dengan tubuh pegal-pegal, janji ke kafe dengan teman-teman pun terpaksa kubatalkan dengan alasan tidak enak badan. </span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-36453715338651969552011-02-15T06:17:00.002-08:002011-02-15T06:17:54.473-08:00Derita Nia RamadhaniDerita Nia Ramadhani - Eps: Tamara<br />
<br />
'Halo..., eeeh, Tante Tamara... ada apa? Main ke rumah tante? waaah mau banget, saya kan penggemar berat tante.... iya tante sekarang saya ke sana.'<br />
Dan telepon itu menjadi awal neraka buat Nia Ramadhani<br />
<br />
Tamara sendiri yang membukkan pintu rumahnya, ia memakai daster hitam tipis transparan, yang memperlihatkan keindahan tubuhnya yang tidak memakai apa-apa lagi di balik daster itu.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Nia merasa jengah, namun demi kesopanan sebagai tamu, ia tersenyum.<br />
'Ayo Nia, kita ke ruang dalam' ajak Tamara sambil mengajak Nia kesebuah ruangan di rumahnya.<br />
<br />
Tamara mendorong Nia ke dalam ruangan itu dan pintunya tertutup dan terkunci di belakang mereka.<br />
<br />
'Apa-apaan ini Tante?<br />
<br />
Dan letusan senjata yang hampir mengenai kaki Nia mengagetkannya, entah sejak kapan Tamara memegang senjata.<br />
<br />
Nia terdiam menggigil melihat laras senjata itu mengarah ke tubuhnya, Tamara kemudian duduk disebuah kursi di tengah ruangan itu, Nia yang merasa dapat kesempatan segera berlari ke arah pintu, namun desing peluru yang nyaris mengenai wajahnya menghentikan langkahnya.<br />
<br />
Tamara mengarahkan Nia sehingga berdiri dihadapannya, Nia mulai menangis ketakutan, melihat kilatan senjata yang dipegang Tamara.<br />
<br />
'Kenapa, begini Tante?' sedu Nia<br />
<br />
'Karena aku benci kamu' seru Tamara dingin<br />
'Kamu tidak berhak menggantikan aku... mengambil ketenaranku, kejayaanku, menyaingi kecantikanku'<br />
<br />
'Tapi tante...'<br />
<br />
Desing peluru berikutnya melewati bawah selangkangan Nia, dan meninggalkan lubang di roknya.<br />
Tak terasa Nia kencing di celana, Tamara tertawa sejadi-jadinya.<br />
<br />
'Ampun tante.. jangan bunuh saya... saya berjanji akan melakukan apa saja demi tante... atau kalau tante mau saya akan mundur dari dunia entertainment...'<br />
<br />
'Apapun?'<br />
<br />
'Apapun, tante...'<br />
<br />
'Bagus... kita akan rekam pernyataanmu'<br />
<br />
Nia baru sadar kalau banyak kamera dalam ruangan itu, lalu Tamara melemparkan sebuah kertas ke arah Nia<br />
<br />
'Baca dengan jelas...'<br />
<br />
Nia melihat isi pernyataan itu, ia terkejut... namun senjata yang menyalak menciutkan nyalinya, ia hanya ingin hidup, maka dengan suara bergetar ia membaca pernyataan itu<br />
<br />
'Saya Nia Ramadhani, membuat pernyataan ini dalam keadaan waras dan tanpa paksaan apapun juga dari pihak manapun juga. Dengan ini saya menyatakan bahawa saya menyerahkan seluruh jiwa, dan raga saya kepada nyonya saya. Saya bersedia menjadi budak nyonya saya dan melakukan semua perintahnya tanpa pertanyaan, pemberontakkan, ataupun penolakan lainnya. Dan saya bersedia diperbudak selama nyonya saya berkenan.'<br />
<br />
Nia tau jebakan ini... karena tak akan ada yang tau kalau Tamara Blezinsky yang melakukannya.<br />
<br />
'Mulai sekarang, budak... panggil aku nyonya.'<br />
<br />
'Ba..baik tan...eh.. nyonya'<br />
<br />
'Sekarang... striptease, pelacur...'<br />
<br />
Nia menangis karena direndahkan begitu rupa, namun ancaman tamara tak bisa dianggap mainan, maka... Nia mulai bergerak erotis dan menelanjangi tubuhnya, hingga hanya tinggal kaus kaki putih selutut dan sepatu hitam yang menghiasi tubuh polos Nia.<br />
<br />
Tamara melemparkan sebuah pisau cukur ke arah Nia...<br />
<br />
'Cukur jembutmu lonte... nyonyamu mau lihat memekmu'<br />
<br />
Kembali Nia menangis dihina begitu rupa... dan tak lama... vagina Nia yang merah muda merekah terpampang jelas.<br />
<br />
Kemudaian Tamara bangkit dari duduknya.... ia mengambil seluruh pakaian Nia dan membakarnya... lalu ia melolosan daster tipisnya... dan memaksa Nia bersimpuh di depan vaginanya yang berdenyut ingin dipuaskan.<br />
<br />
'Jilat' perintah Tamara... 'Puaskan aku budak...'<br />
<br />
Nia tak punya pilihan kecuali melakukan permintaan Tamara dan mulai menjilati vagina Tamara sampai Tamara ejakulasi.<br />
<br />
'Bagus budak... karena aku puas... aku akan memberimu hadiah.... Mamat sayang.... masuk sayang'<br />
<br />
Pintu membuka dan sesosok laki-laki masuk.dan mengunci pintu di belakangnya<br />
<br />
Nia bergidig melihat laki-laki itu, tubuhnya bongkok, matanya besar sebelah, dan giginya tongos tak beraturan, serta tampak terbelakang mental karena membiarkan liurnya berleleran begitu rupa. Nia makin ngeri, karena laki-laki yang dipanggil Mamat itu telanjang bulat.<br />
<br />
'Budak... kamu boleh menikmati dientot Mamat karena kau puas...'<br />
<br />
Tanpa sadar Nia beringsut menjauhi Mamat... dan hal itu adalah kesalahan besar karena...<br />
<br />
'Ampun nyonya.... ampun, saya salah nyonya.... tidak tahu diuntung nyonya... saya akan layani Mamat nyonya... tapi jangan cambuk saya lagi... ampuuuunnn'<br />
<br />
'Baik... sekarang merangkak ke arah Mamat, ******'<br />
<br />
Nia merangkak sambil menahan sakit disekujur tubuhnya yang penuh bilur merah dan ungu... Tamara kemudian memerintahkan Nia mengoral penis Mamat yang panjangnya 20cm itu.<br />
<br />
Nia hanya bisa meratapi dirinya yang kini mengoral penis orang cacad yang liurnya kini mengalir menetesi rambut dan wajah Nia.<br />
<br />
Nia berusaha mengoral sebisanya, namun Nia kaget karena makin lama, penis Mamat makin memenuhi rongga mulutnya.<br />
<br />
Lalu Tamara memerintahkan Nia untuk terlentang dan menarik kaki kearah dada dan mengangkan sebisanya.<br />
<br />
Mamat yang sudah konak berat langsung menyodokkan penisnya ke vagina Nia yang sempit dan kering. Nia menjerit sejadi-jadinya, ia coba berontak, namun tubuhnya di cengkeram Tamara, Mamat tidak peduli, ia terus melesakkan seluruh penisnya kedalam vagina Nia, bahkan sampai tembus ke rahimnya.<br />
<br />
Tamara memaksa Nia melihat pemerkosaan itu. Penis besar Mamat benar-benar destruktif, bahkan tampak seperti kepalan tangan yang maju mundur di bawah selimut.<br />
<br />
Lalu Tamara mengangkangi wajah Nia dan memaksanya menjilati vaginanya lagi. Nia benar-benar kelabakan karena Tamara seakan sengaja menduduki wajahnya sehingga liang anusnya menutupi hidung Nia, dan aroma kotoran memenuhi paru-paru Nia.<br />
<br />
Tamara kemudian menunggingkan Nia, dan membuka bongkahan pantat Nia dengan kasar. Mamat yang seakan dilatih untuk hal itu segera menghujamkan penisnya kedalam anus Nia dan menyodominya dengan brutal. Nia melolong kesakitan, karena anusnya disodomi dengan brutal. Nia dapat merasakan cairan hangat, yang diyakininya darah, mulai keluar dari anusnya yang hancur itu.<br />
<br />
Walau cacat namun rupanya stamina Mamat benar-benar hebat, sudah satu jam ia memperkosa dan menyodomi Nia, gerakannya mulai liar. Tamara memerintahkan Mamat untuk mengarahkan penisnya yang berlumuran darah dan kotoran Nia ke mulut Nia, lalu tanpa belas kasihan Tamara memerintahkan Nia untuk menjilati penis Mamat perlahan-lahan seperti sedang menikmati ice cream, sehingga semua darah dan kotoran bersih, Niapun merasakan kotorannya sendiri, selain itu Nia dipaksa mendeepthroath mamat sebisanya dan dipaksa menelan semua sperma yang disemburkan Mamat. Nia tersedak, dan sebagian sperma mengalir dari hidungnya seperti ingus. Tamara kembali tertawa kegirangan.<br />
<br />
Hari sudah larut malam ketika Tamara mengusirnya dari rumahnya dengan menggunakan pakaian yang diberikan Tamara, tanktop tipis, ketat, dan kekecilan, serta celana pendek kulit, ketat yang membuat Nia nampak seperti pelcur murahan. Dan memaksanya naik kendaraan umum pulang ke rumahnya.<br />
<br />
Nia tidak berani mengadukan Tamara, karena takut rekaman perkosaannya tersebar dan juga ancaman Tamara yang akan memerintahkan ribuan orang untuk memperkosa Nia sampai mati.<br />
<br />
Sejak itu Nia benar-benar jadi budak Tamara, juga jadi pelcur dagangan Tamara yang harus melayani siapapun dari pengusaha terkenal hingga gelandangan pinggir jalan, sesuai keinginan Tamara.<br />
<br />
Derita Nia Ramadhani 2<br />
Eps: Putus<br />
<br />
Ini adalah kejadian dibalik sakitnya Nia Ramadhani, tak lama setelah putus dari penyanyi R 'n B, Resa.<br />
<br />
'Aku minta putus..., aku sudah ngga tahan' teriak Nia<br />
'kamu terlalu posesif... aku ngga mau', sambung Nia, ketika mereka berdua sedang berkendaraan<br />
<br />
'jadi kamu mau putus, hah... oke lonte... aku putusin kamu... tapi aku akan hancurkan kamu' teriak Resa sambil melajukan mobilnya seperti kesetanan ke arah lokasi pelacuran terkumuh di Jakarta.<br />
<br />
lalu Resa menjambak Nia keluar mobil dan menyeretnya ke tempat pelacuran itu. beberapa preman yang ada disitu menahan mereka<br />
<br />
'Ada apa nih bang? siapa tuh cewe?'<br />
<br />
'Apa abang ngga ngenalin?' kata Resa, 'Ini Nia Ramadhani, artis sinetron... malam ini dia mau tau rasanya jadi lonte, jadi kalo abang-abang mau... silakan entot dia sampe mampus.'<br />
Mendengar itu Nia menjerit ngeri, namun para preman bersorak gembira, Resa menyeret Nia ke tengah lokasi pelacuran, dan sekejap saja mereka sudah dikelilingi seluruh penghuni lokalisasi yang jumlahnya ada sekitar seratus orang.<br />
<br />
Resa lalu menelanjangi Nia dan melemparkannya ke arah para manusia tuna susila itu. Nia menjerit, berusaha berontak, namun apa dayanya dikepung banyak orang, tubuhnya dibanting ke tanah, dan vaginanya segera dihujam penis. Nia hanya dapat menjerit tertahan karena ada penis lain yang mengisi mulutnya.<br />
<br />
Tak lama orang di vaginanya orgasme, dan segera diganti oleh penis lain. Tak lama berselang, Nia kembali tersedak karena penis di mulutnya di dorong sampai mentok ke tenggorokannya, dan ejakulasi di situ. Orang berikutnya menunggingkan Nia dan menyodomi anusnya dengan brutal. Nia melolong sejadi-jadinya, namun kembali ada penis yang menyumpal kerongkongannya.<br />
<br />
Kemudian Nia dipaksa ber woman on top, lalu anusnya di sodomi, dam mulutnya di jejali penis. Nia benar-benar bagai boneka rusak, dilempar kesana-kemari, dibuat bagai seonggok daging, mengalami berbagai variasi sex, yang menyakitkan, terutama variasi satu lobang dua batang di anus dan vaginanya.<br />
<br />
Para pelacur yang ada, bukannya menolong malah ikut menyiksa Nia, mereka memaksa Nia menjilati vagina dan anus mereka sampai orgasme, dan ikut menghancurkan vagina dan anus Nia dengan berbagai cara, fisting, sayur mayur, buah-buahan,botol berbagai miras.<br />
<br />
Resa benar-benar kejam, tanpa kasihan ia justru mengumpulkan pengemis, dan gelandangan dari daerah sekitar komplek pelacuran. Tak lama terkumpul sekitar lima puluh orang.<br />
<br />
Kembali Nia mengalami perkosaan dan hinaan yang merendahkan martabatnya, karena Resa sengaja mengumpulkan pengemis dan gelandangan yang paling cacat yang dapat ditemui. Ada yang kakinya buntung, badannya cacat, korengan disekujur tubuh, ada yang badannya busuk di mana-mana, ada yang pengkor, idiot. Bahkan Resa sengaja mencari kumpulan terkumuh yang memiliki beragam penyakit kelamin, sehingga vagina anus serta mulutn Nia yang harus men deep throath semua penis itu terinfeksi siphilis, gonorhea, herpes, genital wrats, dan vietnam rose.<br />
<br />
Setelah puas melihat Nia dalam kodisi sekarat dan sangat menderita, Resa menjejalkan tubuh Nia yang lemah dan berantakan ke dalam bagasi mobilnya yang penuh ban serep dan perkakas mobil lainnya.<br />
<br />
Lalu Resa mengantar kan Nia kerumahnya lalu mengikat tubuh Nia membentuk huruf X di gerbang rumahnya yang sedang sepi, dan meninggalkannya dengan mencoret tubuh Nia dengan spidol permanen, di atas vaginanya yang membuka lebar dan mengalirkan sperma dan darah ditulisnya, 'memek lonte', juga tulisan 'aku lonte gratisan', lalu Resa meninggalkan Nia begitu saja.<br />
<br />
Demi menjaga reputasi Nia dan menutupi aib. Nia dan keluarganya sepakat... maka berita yang muncul adalah, Nia terlalu kelelahan, Nia perlu istirahat. Dan Resa tertawa<br />
<br />
derita nia 3: eps: nyontek<br />
<br />
Hari itu Nia Ramadhani benar-benar lupa kalau ada ujian, karena ia sibuk shooting sampai subuh. karena panik, ia melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya.... dan ada sepasang mata yang melihat Nia mencontek.... seseorang yang sangat membenci Nia...<br />
<br />
Sekolah hampir bubar ketika Nia mendapat MMS, dan ketika ia membukanya, ia sangat terkejut melihat rekaman dirinya sedang mencontek.Dan pesan yang mengikutinya berbunyi, kalau kamu tidak mau rekaman ini tersebar... datang ke ruang olah raga setelah sekolah sepi.<br />
<br />
Nia yang ketakutan perbuatannya diketahui, mengikuti ancaman itu. Setelah sekolahnya sepi... ia datang ke ruang olah raga, di dalamnya ia melihat temannya Maya.<br />
<br />
'Ada apa ini May... Kamu kenapa?'<br />
<br />
'Aku... Mau... kamu... hancur! kamu sudah terlalu lama ada di atas, lonte. sekarang saatnya kamu jatuh.'<br />
<br />
Dan mendadak ada tangan yang mendorong Nia terjatuh, dan terdengar pintu ruang olah raga dikunci, dan ketika Nia sadar, ia sudah dikelilingi sekitar 40 orang temannya yang berkelakuan paling brutal dan yang paling jelek yang ada disekolah.<br />
<br />
Nia mencoba berontak, namun mereka benar-benar kesetanan, tidak lama tubuh Nia sudah telanjang, kecuali kaus kaki semata kakinya. mereka merobek-robek pakaian Nia dan membuangya.<br />
<br />
Nina menangis sejadi-jadinya... ia tau tak akan ada yang menyelamatkan dari gerombolan serigala yang sekarang telah telanjang bulat seluruhnya.<br />
<br />
Mulut Nia menjadi korban pertama, penis demi penis, merojok masuk jauh ke kerongkongannya. Nia hampir muntah dan kehabisan napas karena mereka menekan wajahnya sehingga hidungnya tertanam di bulu penis mereka.<br />
<br />
Kemudian, temannya yang paling preman, Joko, maju, ia menjambak rambut Nia, menaparinya, menendang pantat montok Nia sampai terjengkang, dan dengan brutal menyodominya.<br />
<br />
Nia menjerit sejadi-jadinya karena anusnya di sodomi dengan brutal, Joko bukannya iba, bahkan makin menjadi-jadi menghancurkan anus Nia, mengubah posisinya sehingga makin menyakitkan Nia. ketika akhirnya Joko ejakulasi, ia memaksa Nia men deep throath penisnya yang belepotan darah dan kotorannya.<br />
<br />
Nia benar-benar merasa terhina diperlakukan begitu rupa, terlebih ketika ia melihat Maya sengaja merekam seluruh kejadian perkosaan itu.<br />
<br />
Sebuah XXXXXXXXX di wajah Nia membuat ia terlentang, dan belum hilang kagetnya, tubuhnya sudah di timpa, Andi, temannya yang paling gendut. Nia sampai megap-megap karena Andi sengaja menumpukan berat badannya ke tubuh kecil Nia.<br />
<br />
lalu teman-temannya yang lain maju. mereka meregangkan kaki Nia sejauh mungkin sehingga seakan-akan mereka mau merobek Nia jadi dua, lalu mereka bergantian memperkosa dan menyodominya.<br />
<br />
Temannya yang lain menelikung tubuh Nia, sehingga hanya bahu dan kepalanya yang menyangga di tanah, lalu mereka memperkosa vagina dan anusnya dengan brutal. bahkan dalam posisi itu anus dan vaginanya menerima serangan satu lobang dua batang, Juga mulutnya selalu penuh dengan penis, yang sengaja di hujamkan sampai dalam ke kerongkongannya.<br />
<br />
Nia juga dipaksa ber woman on top, sementara punggungnya dipecuti Maya. Bukan hanya itu, mereka mengikat leher Nia dengan rantai ****** dan memaksanya berlaku seperti ******. Nia benar-benar direndahkan. Mereka memaksa Nia membuka mulutnya dan mereka berlomba-lomba berejakulasi ke arah mulut Nia, wajahnya sampai belepotan sperma, mereka memaksa Nia berkumur dengan sperma mereka dan kemudian menelannya. Mereka juga memaksa Nia menjilati telapak kaki dan anus mereka.<br />
<br />
Hari menjelang subuh ketika akhirnya mereka puas melihat kondisi tubuh Nia yang berantakan. Esoknya tubuh bugil Nia jadi tontonan seluruh sekolah.<br />
Teman-teman Nia yang ternyata sangat membencinya dan sangat ingin melihat Nia menderita. Mereka berlomba menyiksanya dengan melempari telur, dan sayuran busuk ke tubuh Nia.<br />
<br />
Sejak saat itu Nia Ramadhani menjadi lonte untuk seluruh orang disekolah karena rekaman perkosaannya juga sengaja disebar Maya, sehingga semua sekolah tau kalau Nia benar-benar hina dan nista.<br />
<br />
Mereka memaksa Nia untuk bugil kalau berada dilingkup sekolah dan menyerahkan dirinya untuk menjadi pembuangan sperma semua orang yang mau, mulai dari anak baru sampai penjaga sekolah. Bahkan guru-gurnya juga ikut menikmati Nia Ramadhani sang artis sinetron.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-91871279900201099152011-02-15T06:17:00.000-08:002011-02-15T06:17:15.749-08:00Preman Yang SialAku adalah seorang preman!!<br />
Pembaca, mungkin anda kaget mendengarkan pengakuanku ini. Tapi, itulah<br />
kenyataannya. Kalau pengertian “preman” adalah orang bebas (freeman) maka aku memang benar-benar bebas, tidak terikat jam kerja kantor, tidak perlu takut dibentak-bentak bos dan hal-hal menyebalkan lainnya. Kenapa ? ha….anda pasti sudah bisa memperkirakan. Sebabnya adalah karena aku adalah seorang pengangguran. Salah satu dari ribuan pengangguran di ibu kota tercinta kita.<span class="fullpost"> <br />
<br />
Ini bermula setelah aku lulus SLTA di kampungku dua tahun yang lalu, aku berkelana ke Jakarta dengan segudang harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.Tetapi, seperti sudah menjadi cerita klasik di Jakarta, semua angan-anganku itu terempas habis. Setelah berpuluh-puluh kantor kudatangi dan kuajukan lamaran, ternyata tidak ada satupun yang menanggapi. Ijazah SMA yang begitu dibanggakan di kampungku, di Jakarta ternyata tidak ada harganya sama sekali.<br />
<br />
Setelah lelah dan hampir putus asa, akhirnya aku mendapat pekerjaan juga. Bukan pekerjaan kantor, tetapi menjadi supir tembak mobil angkutan kota (angkot ) di salah satu jalur di Jakarta selatan. Supir sebenarnya adalah temanku satu kampung di Pulau kami, dan karena kebaikan hatinya ia mau membagi kesempatan mengemudi angkotnya dan berbagi pendapatan denganku. Lumayanlah, dapat juga sedikit uang untuk menyambung hidup di Jakarta.<br />
<br />
Tetapi bagaimanapun, hidup ini tetap berat. Trayek angkot yang kupegang ini bukanlah trayek gemuk, sehingga kesempatanku untuk menjadi supir tembakpun tidak terlalu banyak. Akhirnya aku lebih sering nongkrong di terminal di mana angkot trayekku bersarang, duduk mencangkung sambil memikirkan nasibku yang kuanggap super sial ini. Dan Rudi, si pengemudi angkot temanku itu juga sering duduk mencangkung menemaniku karena begitu sepinya penumpang.<br />
<br />
Pada waktu duduk mencangkung berdua seperti itu, tidak jarang pembicaraan kami melantur ke mana-mana. Bagaimanapun kami masih muda (25 tahun) sehingga pembicaraan mengenai seks bukan hal yang aneh. Apalagi dengan suasana yang menekan seperti ini, obrolan jorok merupakan cara yang paling bagus untuk melupakan kesumpekan. Berbagai topik mengenai seks sudah kami bicarakan, tetapi semuanya yah……cuman omong doang. Kami tidak pernah bisa merealisasikannya. Kami belum punya pacar, karena kami takut kalau pacaran pasti perlu dukungan duit yang cukup. Ke pelacuran, sama saja. Dari mana kita dapat duit untuk membayar perempuan macam begitu. Serba susah. Untuk makanpun sudah susah, apalagi untuk hal-hal lain.<br />
<br />
Jadi, di sinilah kami. Duduk mencangkung sambil merokok (itu satu-satunya kenikmatan yang mati-matian kami usahakan untuk mendapatkannya). Di depan kami berlalu lalang ratusan calon penumpang, semuanya sibuk dengan pikiran dan permasalahannya sendiri. Tidak jarang kami melihat calon penumpang yang cantik, dengan tubuh bahenol melintas. Biasanya kalau sudah lewat yang macam itu pembicaraan kami pasti mulai berkembang ke arah yang serba jorok. Mulai saling terka apakah cewek itu masih perawan atau tidak, berapa ukuran branya, sampai kira-kira posisi bersetubuh yang paling enak dilakukan bersamanya.<br />
<br />
Setiap hari berbicara seperti itu, pikiran kami semakin pusing saja. Keinginan untuk berhubungan dengan perempuan, benar-benar mendesak untuk dipenuhi. Tapi apa daya ? benci betul aku dengan segala ketidak berdayaanku ini. Sampai akhirnya,si Rudi temanku mengeluarkan ideenya yang gila untuk memenuhi impian kami berdua mengenai perempuan. Ideenya benar-benar gila sehingga aku terhenyak mendengarnya.<br />
<br />
“Sin, kita perkosa cewek saja ya” katanya tiba-tiba, di tengah acara nongkrong kita ( o ya, namaku Tosin. Aku lupa memperkenalkan diri sejak tadi).<br />
<br />
Aku menengoknya dengan pandangan kaget :”elu ngaco ah” kataku :” cari perkara saja. Kalau mau bergurau cari cara yang lain saja deh.” Tapi si Rudi menggeleng. Tidak seperti biasanya, ia kelihatannya serius sekali :” bener Sin, aku nggak bergurau. Kita cari cara memerkosa yang paling aman, pokoknya kita puas dan risikonya sekecil mungkin."<br />
<br />
Lalu ia mulai menceritakan rencananya. Setiap hari, kira-kira pukul 22.00 malam angkotnya selalu dinaiki seorang gadis yang “tubuhnya aduhai sekaliii..” (ini menurut kalimatnya si Rudi lho ). Dia rupanya mahasiswi atau siswi kursus apalah tidak jelas, tetapi ia selalu pulang malam sendirian dengan angkot si Rudi. Ia selalu berhenti di perempatan di tengah perjalanan angkot kami, sehingga Rudi juga tidak tahu di mana rumahnya. Kelihatannya ia meneruskan perjalanan dengan menumpang angkot lain lagi yang menuju rumahnya.<br />
<br />
“Jadi, serba rahasia” kata si rudi, mulai bersemangat :’ maksudku, kita bekap dia di depan lapangan bola, lalu kita mainin di bedengnya si Meeng. Kalau sudah selesai kita tutup matanya, kita putar-putar dan kita buang di tengah jalan.” Si meeng adalah kuli bangunan teman kami, yang tinggal di bedeng di pinggir lapangan bola. Sekarang bedengnya memang lagi kosong karena Meeng lagi pulang kampung.<br />
<br />
Enak aja, pikirku :”emangnya dia tidak mengenal dan mengingat kamu ? kan dia tiap hari naik angkotmu, pasti dia lihat dan kenal kamu. Selesai kita makan dia pasti lari lapor ke polisi ” Rudi menggaruk- garuk kepalanya. Benar juga, mungkin begitu pikirnya. Akhirnya dia kehilangan semangat untuk meneruskan membahas rencananya.<br />
<br />
Tetapi semua keadaan berubah seminggu kemudian. Di hari senin yang naas, angkot kita menabrak sebuah mobil Honda civic hitam sehingga bumper belakang mobil itu penyok ke dalam. Itu benar-benar kesalahan si Rudi, sehingga dia tidak bisa mengelak lagi ketika si pemilik mobil meminta pertanggung jawabannya untuk memperbaiki mobilnya di bengkel. Saat kami di bengkel dan pemilik bengkel mengkalkulasi biaya perbaikannya, wajah Rudi pucat seketika. Satu juta rupiah!! aduh mak, dari mana kita mendapat duit sebanyak itu. Tetapi Rudi tidak bisa menolak. KTP dan SIM-nya ditahan oleh pemilik mobil dan baru akan diberikan ketika mobilnya sudah selesai direparasi dan Rudi membereskan pembayarannya.<br />
<br />
Akhirnya, dengan segala daya upaya si Rudi dapat meminjam uang sebesar satu juta untuk membayar perbaikan itu. Itupun dengan setengah mengemis (atau juga setengah mengancam) pada beberapa orang yang dikenalnya. Ia memasukkan uang yang sangat berharga itu pada amplop dan dengan hati-hati menyelipkan di kantong celananya.<br />
<br />
Sore itu, kami nongkrong di tempat biasanya. Rudi mencangkung di sebelahku, matanya merah dan wajahnya kucel. Pasti pikirannya penuh dengan masalah bagaimana ia harus mengembalikan hutang yang (menurut ukuran kami) segunung itu. Berkali – kali ia menghela napas, menyedot rokok dengan keras dan menggaruk-garuk kepalanya. Aku tidak berani memberi komentar sama sekali, takut kalau salah ngomong dia akan semakin ruwet pikirannya.<br />
<br />
Akhirnya setelah hampir satu jam saling berdiam diri, Rudi berdeham dan berkata serak :” Sin, aku mau pulang saja ke kampung. Nggak kuat aku di Jakarta” lalu ia menceritakan rencananya dengan cepat. Dia mau lari saja besok langsung ke Pulau kami, tidak bilang pada siapa-siapa. Tentunya setelah masalah pembayaran ke bengkel beres dan dia telah mendapatkan lagi SIM dan KTPnya. Masalah bayar utang, sebodo amat. Dia akan membayarnya kapan-kapan saja dari kampung kalau sudah punya duit.<br />
<br />
Tapi dia ingin membalas dendam pada kota yang kejam ini, ”kota ini sudah menodai kita, Sin” katanya”, sebelum aku pergi, aku mau menodai salah satu warganya. Biar tahu rasa.” Lalu dengan nada emosi ia mengutarakan rencananya untuk memperkosa si cewek bahenol penumpang angkotnya, seperti rencananya dahulu. Toh tidak perlu takut lagi dikenal, karena dia akan lari pulang besok. Masalah aku ? terserah saja. Kalau aku mau ikut hayo….kalau nggak, ya terserah. Begitulah katanya.<br />
<br />
Setelah menimbang-nimbang untung ruginya, aku sepakat untuk ikut. Aku memutuskan untuk ikut pulang saja ke kampung, percuma hidup di Jakarta. Aku toh tidak punya gantungan apa-apa di jakarta ini, jadi bebas saja. Jadi, kalau bisa merasakan tubuh gadis Jakarta sebelum angkat kaki, apa salahnya….<br />
<br />
Nah, begitulah awal mulanya. Setelah sepakat bulat, malam harinya aku ikut Rudi nongkrong di angkotnya (biasanya aku tidak pernah ikut narik malam hari). Pukul sembilan tiga puluh malam, terminal sudah sepi dan udara sangat dingin karena hujan rintik-rintik. Hampir tidak ada penumpang yang datang, hanya beberapa pedagang rokok yang duduk meringkuk di bedengnya. Aku hampir putus asa menungu kehadiran bidadarinya si Rudi, sampai akhirnya….<br />
<br />
“Itu dia..” bisik Rudi bersemangat. Aku menengok ke arah yang ditunjuknya, dan aku terbelalak. Di bawah terang lampu mercury aku melihat seorang gadis berjalan santai, memakai celana jeans selutut dan kaos putih, ditutupi jaket parasut hijau. Rambutnya sebahu, wajahnya cakep betul (sepertinya indo). Tapi yang paling membelalakkanku adalah tubuhnya. Untuk ukuran gadis Indonesia, dia sangat tinggi (mungkin hampir 172 cm). Tubuhnya sangat atletis, bahkan agak cenderung kekar.Aku hampir pasti dia seorang atlit. Cara berjalannya juga seperti berderap, cepat dan tegas. Mulutnya bergerak-gerak terus, sepertinya sedang mengunyah permen karet.<br />
<br />
Dengan cepat ia naik ke angkotku, memilih duduk di depan di sebelah si Rudi. Tepat sekali seperti rencana, pikirku. Aku duduk di belakang, dan karena antara bagian depan dan belakang angkot ini tidak ada kaca pembatas maka aku dapat melihat calon korban kami dengan lebih jelas lagi.<br />
<br />
Memang dia cantik betul, tetapi….ada sesuatu yang menggelisahkanku. Entah apa. Tetapi aku punya perasaan bahwa sesuatu yang tidak beres akan terjadi.<br />
<br />
“Selamat malam No..on…” kata Rudi dengan gaya disopan-sopankan. Sok yakin kalau si cewek ini mengenalnya. Aku duduk meringkuk di bangku belakang, tepat di belakang Rudi. Aku memakai topi yang kusungkupkan ke wajahku. Bagaimanapun juga, aku masih kuatir kalau korbanku ini mengenaliku nanti. Di balik jaketku aku menyimpan sebilah belati.<br />
<br />
“Selamat malam” sahut si cewek. Aduh mak, suaranya juga agak berat, hampir seperti suaranya penyanyi January Christy itu lho. Tetapi malah suaranya itu semakin menambah keseksiannya. Aku merasa nafsuku mulai naik. Yah, maklumlah, dua tahun di Jakarta tidak pernah berhubungan dengan cewek, hanya berani mengkhayal dan onani tiap hari….<br />
<br />
Si Rudi segera menstarter angkotnya dan mobil tua itu mulai bergerak maju. ini berbeda dengan biasanya ( Rudi biasanya paling anti menjalankan angkotnya sebelum penumpang penuh). Mobil kami bergerak ke luar terminal, berbelok ke kiri dan melaju di jalan raya. Rupanya si cewek merasakan juga perubahan ini :”lho, kok masih kosong sudah jalan, bang?” katanya,. Suaranya yang berat dan seksi tersebut cukup ramah terdengar. Nafsuku semakin naik.<br />
<br />
“Iya non, soalnya sudah malam, sekalian pulang. Saya sudah ngantuk” kata Rudi dengan sopan. Mobil tua ini melaju terus, melewati masjid raya, supermarket HERO yang sudah tutup, dan tiba-tiba dengan cepat berbelok ke jalan kecil di kiri. Ini bukan jalur trayek kami, jalan di kanan kiri kosong dan sangat gelap. Kami melewati lapangan bola yang sudah kami rencanakan sebagai tempat pelaksanaan rencana kami. Di kejauhan terlihat samar-samar gubuk si Meeng yang terletak di sudut lapangan bola, dikelilingi tanaman bambu.<br />
<br />
Si cewek kelihatan kaget :”lo, bang, kemana kita? Ini kan bukan jalan biasanya?” ia melihat ke kanan kiri yang sangat gelap. Dari suaranya terasa keheranan dan kebingungan yang merebak. Rudi menukas, kini dengan suara dingin :” tenang aja non, pokoknya non nggak usah ngelawan. Kita nggak ingin menyakiti non kok” Rudi terkekeh :’malah kita akan memberi non kenikmatan. Percaya deh”.<br />
<br />
Aku yang duduk di belakang segera bertindak cepat. Tanganku mengambil pisau di balik jaketku dan menodongkan ke lehernya yang jenjang dan putih :” betul non” kataku :”ikuti saja kami, pokoknya nikmat dan puas. Sekarang non turun dari mobil ini . Cepat !”. Dengan tetap kebingungan, si cantik itu turun dari angkot dan segera kami ikuti. Rudi dengan cepat memegang tangan kirinya dan aku memegang tangan kanannya. Dengan dibimbing oleh kami berdua dan dengan pisau yang tetap mengarah ke lehernya, si cewek itu kami gelandang ke gubuk si Meeng di pinggr lapangan bola.<br />
<br />
Gubuk itu gelap sekali dan kotor. Setelah kami masuk, Rudi menyalakan lampu minyak di dinding dengan korek apinya. Terlihat di depan kami ada kasur yang digeletakkan di lantai, sebuah meja reyot dan kursi yang sama reyotnya. Di sepanjang dinding tergantung alat-alat kerja si Meeng, antar lain palu, gergaji dan segulung tali kasar dari sabut kelapa. Bau apak dan pengap menyergap ke dalam hidung kami.<br />
<br />
Dengan pura-pura kasar kami mendudukkan si cewek di kursi. Kami berdua berdiri di sebelahnya, agak canggung juga dengan apa yang akan kami lakukan. Aku tetap menodongkan pisauku ke lehernya. Si cewek tampak memandang kami, anehnya matanya lebih menampakkan kebingungan daripada ketakutan, ” kalian…., apa yang kalian inginkan?” tanyanya sambil menatap kami berganti-ganti, "kalau mau uang, gih ambil saja di tas saya ini. Ambil aja semua……saya nggak apa-apa kok”. Ia menunjuk tas tangan merk versace yang sekarang terletak di meja.<br />
<br />
Si Rudi berdeham,dan mengeluarkan suara yang dibuat seperti mengancam, ” he…., kamu kira kita ini perampok kampungan apa begitu ? kita nggak perlu duitmu, tahu? Kita pingin ngerasain tubuhmu yang bahenol ini. Kita akan sedot seluruh kenikmatanmu, tahu ? jangan ngelawan !!” sambil nyerocos begitu si Rudi meluncurkan tangannya ke dada si cewek dan meremas buah dadanya dengan kasar. Aneh, si cewek sama sekali tidak menghindar. Dia diam saja ketika si Rudi meremas-remas buah dadanya yang kelihatan cukup besar. Matanya tetap memandang kami berganti-ganti.<br />
<br />
“Jadi….. jadi……kalian ingin memperkosaku ? begitu ? “ walah, to the point banget pertanyaannya. Tapi anehnya tidak ada kesan takut di wajahnya. Malah sekilas kulihat bibirnya menyungging senyum. Rudi juga tampak kebingungan melihat respons si cewek ini, sehingga ia harus berdeham dahulu sebelum menjawab :” eh…..kamu jangan norak gitu. Kalau kamu mau sama mau, kan namanya bukan diperkosa ? pokoknya kamu nurut saja, nanti tidak ada yang disakiti. Ngerti ?” Rudi membentak. Tetapi dari nada suaranya jelas bahwa bentakannya itu cuma dibuat-buat, untuk menutupi kebingungannya.<br />
<br />
Tetapi respons si cewek benar-benar mengagetkan kami. Tiba-tiba ia tertawa terkikik dan berkata ceria :” waah….. asyiikk…”. Kami berdua melongo mendengarnya. Lha, ini ada cewek mau diperkosa kok malah bilang asyik!. Belum hilang keheranan kami, tiba-tiba tanpa diduga si cewek itu menjulurkan tangannya dengan sangat cepat dan menepis pisau yang ada di tanganku. Aku dengan reflek berusaha menghidar, namun terlambat. Tangannya yang halus dan mulus itu mencengkeram pergelanganku, dan dengan kekuatan yang sangat luar biasa meremasnya. Rasa nyeri dan ngilu luar biasa menyerang pergelanganku. Aku berteriak dan menjatuhkan pisau di tanganku. Belum lagi pisau itu jatuh di lantai, si cewek dengan sigap menangkapnya dengan tangan kanannya.<br />
<br />
Rudi melongo dan terperangah melihat kejadian yang tidak diduga-duga ini. Dan sebelum dia sadar, si cewek melompat dan menendang perut Rudi sedemikian kerasnya sehingga aku mendengar suara tersedak seperti orang mau muntah. Rudi terpelanting dan terbanting menabrak tembok papan di belakangnya. Sebuah ember yang digantung di papan persis di atas kepalanya jatuh dan menghantam kepalanya. Ia jatuh terduduk dan tampak sangat pusing dan kesakitan.<br />
<br />
Si cewek kuntilanak itu terus beraksi. Ia memelintir lenganku yang masih dipegangnya, sehingga aku berteriak kesakitan. Didorongnya tubuhku sedemikian kerasnya sehingga aku jatuh berdebam ke depan. Mulutku nyungsep di lantai tanah, rasanya sakit sekali. Cewek itu terkikik-kikik (benar-benar mirip kuntilanak) dan kini ia bergerak ke dinding. Diambilnya gulungan tali sabut kelapa di dinding (biasanya dipakai si Meeng untuk tali pagar), dan dengan gerakan kilat mengikat tangan kami di belakang punggung. Aduh, kami sekarang betul-betul jadi tawanan.<br />
<br />
Si cewek itu sekarang berdiri di depan kami yang duduk menggelosor di lantai,tubuhnya yang bongsor menjulang tinggi. Ia menendang kami dengan mata liar, ” he, denger nih kalian berdua” katanya, ” kalo elu pikir bisa memperkosa gua, lo cuman ngimpi doang. Sebaliknya, gua sekarang yang akan perkosa elo” dia terkikik-kikik :” gua sudah lama berfantasi memperkosa dua cowok, nggak pernah kesampaian. Eh, sekarang ada yang menawarkan diri. Ini namanya pucuk dicinta ulam tiba. Kita mulai yok” katanya. Dan dengan gerakan sangat cepat ia membuka celana dan jaketnya.<br />
<br />
Sewaktu dia membuka jaket parasutnya, kulihat terdapat tulisan di punggung kaos t shirtnya. Dengan terkejut aku membaca :” PERGURUAN BELA DIRI …..” (aku sensor, nanti ada yang tersinggung ). Namun yang sangat mengerikan adalah tulisan di bawahnya ”PELATIH”. Aduh mak, ternyata kita mau memperkosa pelatih silat ! dasar si Rudi brengsek, mau perkosa cewek saja tidak milih-milih dahulu. Habislah sudah kita, pikirku. Dasar kita orang malang, orang celaka, orang……….<br />
<br />
“Bangun !” bentak si cewek, membuyarkan lamunanku. Ketika aku menengoknya, astaga, dia sudah telanjang bulat di depan kami. Tubuhnya benar-benar bagus, kulitnya mulus, buah dadanya yang besar tegak menantang meskipun tanpa disangga bra. Perutnya benar-benar ramping tanpa lemak, dan pahanya yang putih mulus tegak panjang seperti kaki belalang. Dan pandanganku segera mengarah ke selangkangannya : tampak segunduk kecil bulu kemaluan berwarna kehitaman, hanya sedikit saja di atas bibir kemaluannya. Bagian lain kemaluannya bersih tanpa bulu, berwarna kemerahan dan sangat mulus.<br />
<br />
Aduh, dalam keadaan biasa aku pasti sudah konak setengah mati. Tetapi dalam kondisi sekarang, rasanya sulit untuk sekedar membangkitkan nafsu. Apalagi di tangan si kuntilanak itu masih tergenggam pisauku yang terhunus.<br />
<br />
Rudi seperti dicocok hidungnya menuruti perintah si dewi kuntilanak itu. Dengan susah payah ia mengangkat badannya sehingga kini ia dalam posisi duduk menggelosor di lantai. Wajahnya penuh ketakutan menunggu apa yang akan terjadi.<br />
Cewek itu tertawa terkikik kikik melihat ekspressi Rudi, yang bercampur antara memelas dan takut. Tangannya mengelus-elus rambut Rudi yang ikal :” jangan takut sayaaang…….aku Cuma mau kamu menghisap kenikmatanku kok” katanya, menirukan ancaman kami tadi. Tiba – tiba ia menarik rambut Rudi ke belakang sehingga wajahnya mendongak :” sekarang, kalau kamu mau menghisap kenikmatanku, nih….hisaplah”. Ia bergerak ke depan, ke kepala Rudi. Tangan yang satu tetap menarik kepala Rudi ke belakang, sedang tangan lainnya meraba ke kemaluannya yang kini hanya beberapa senti saja di depan wajah Rudi. Jemarinya yang lentik dan mulus dengan lembut membelai-belai bulu kemaluannya yang tidak begitu lebat itu, dan akhirnya jari tengah dan telunjuknya membuka bibir kemaluannya lebar-lebar.<br />
<br />
Aku dapat melihat bagian dalam kemaluannya yang sangat merangsang, berwarna merah muda dan tampak basah. Ia merendahkan badannya sehingga kini kemaluan itu benar-benar menempel di mulut Rudi. Kulihat mata temanku membelalak, napasnya megap-megap karena sulit menarik udara bebas. Hidungnya tersumbat oleh kemaluan cewek ganas itu. “ Ayoo, monyong, cepetan keluarkan lidahmu” kata si cewek memerintah. Napasnya juga kedengaran memburu, tampaknya ia sangat terangsang. Kulihat Rudi menuruti perintahnya, menjulurkan lidahnya panjang-panjang dan mulai menyapukannya ke bibir dan bagian dalam kemaluan si cewek itu.<br />
<br />
Pemandangan selanjutnya sungguh menakjubkan (sekali lagi, dalam situasi lain aku pasti sudah sangat terangsang ). Si cewek menggerak-gerakkan pinggulnya ke depan dan ke belakang, sehingga kemaluannya bergesekan lebih keras dengan lidah Rudi. Mulutnya mendesis – desis menahan kenikmatan, ” ooh….hebat kamu. Terus, jilatiin….masukin lidahmu ke dalam lobangku”. Rudi tampaknya menurut, ia menegangkan lidahnya dan mengarahkan ke lobang kemaluan si cewek. Kini gerakan si kuntilanak berubah, tidak maju mundur lagi tetapi ke atas dan ke bawah.<br />
<br />
Aku melihat lidah Rudi keluar masuk lobang kemaluannya, yang semakin lama tampak semakin basah, "aaah…. enak, enak,…. lidahmu enak. Ayo terus”, desah si cewek tidak terkontrol lagi. Tangannya yang memegang kepala Rudi tampak bergetar, dan akhirnya pisau yang digenggamnya jatuh berdenting ke lantai. Kesempatan bagus, pikirku. Aku mulai bergerak ke arah pisau itu, tetapi langsung berhenti karena si cewek memandangku dengan pandangan penuh ancaman. Tanpa menghentikan goyangannya, ia mendesis padaku :” awas, jangan coba yang aneh-aneh. Gua akan gorok leher lo kalau berani-berani ambil itu pisau “. Mendengar ancaman itu langsung nyaliku ciut dan kuurungkan niatku.<br />
<br />
Tampaknya si cewek sudah puas dilayani oleh lidah Rudi. Ia mengangkat pinggulnya dan berhenti sejenak dengan napas tersengal-sengal, ”Huaaduuh… enak sekali. Tetapi aku belum keluar nih. Kamu harus bikin aku keluar yah.” Dan dengan berakhirnya perkataan itu, sekali lagi ia merendahkan tubuhnya dan menempelkan kemaluannya ke mulut Rudi. Kali ini benar-benar menempel, tidak ada ruang sedikitpun untuk bernapas bagi si Rudi.<br />
<br />
Si cewek menggerakkan pinggulnya ke depan dan kebelakang dengan cepat dan liar, ”sekarang hisap. Ayo hisap!” perintahnya pada si Rudi. Temanku yang malang itu tidak bisa mengelak lagi, disedotnya kemaluan si cewek begitu rupa sehingga kulihat pipinya cekung ke dalam :” aaghh….hisap terus. Monyet, mulutmu enak sekali “ si cewek benar-benar kehilangan kontrol, seluruh tubuhnya yang telanjang bergoyang-goyang dan bergetar, merasakan rangsangan yang sangat hebat di kemaluannya.<br />
<br />
Akhirnya, tak lama kemudian, ia mengejan dan mengeluarkan teriakan yang (benar-benar) keras. Mulutnya mendongak ke atas :” aaaww….. aku keluaar….. auuu…” aduh, kalau saja gubuk si Meeng ini tidak begitu jauh dari rumah penduduk, pasti suara teriakan itu akan terdengar. Tapi namanya juga gubuk di tengah lapangan bola, sudah hampir tengah malam lagi, pasti tidak ada yang mendengar.<br />
<br />
Aku melihat si cewek sekarang berdiri tegak ( aduh, siapa sih namanya? Penasaran betul aku untuk mengetahuinya ). Wajahnya merah, napasnya terengah-engah. Buah dadanya yang tegak menantang tampak semakin tegak, kedua putingnya yang berwarna coklat kemerahan tampak tegang karena terangsang. Kedua tangannya mengelus-elus kemaluannya, yang kini tampak sangat basah, belepotan dengan air maninya yang menetes-netes ke bawah.<br />
<br />
Aduh mak, belum pernah aku melihat wanita orgasme dengan cairan sebanyak itu ! aku melihat wajah si Rudi, yang tetap mendongak ke atas. Astaga, wajahnya (bukan Cuma mulutnya lho) benar-benar belepotan dengan cairan orgasme si cewek. Ekspresi wajahnya sungguh tidak bisa ditebak, antara bingung, takut, tetapi (tampaknya) juga sangat terangsang. Matanya nanar dan terus memandang kemaluan si cewek yang sekarang agak jauh dari wajahnya. Ia tampaknya juga mendambakan sesuatu yang lebih dari barang indah yang baru saja dikulumnya tadi itu.<br />
<br />
Si cewek tersenyum melihat ekspresi si Rudi :” kamu puas juga yah? Kamu minta lagi ?” tanyanya genit. Rudi diam saja. Ia malah pelan-pelan menurunkan pandangan matanya dan menundukkan kepalanya. Si cewek tampaknya tersinggung melihat itu :” kamu nggak suka yah ? kurang ajar kamu, dasar cowok pemerkosa sialan !” dan…plaaak…..sebuah tamparan yang sangat kuat mendarat di pipi Rudi. Temanku yang malang itu berteriak, dan terjengkang ke belakang. Tangannya yang masih terikat di punggung menyebabkan ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk melawan. Kini ia telentang tanpa daya di lantai tanah yang kotor.<br />
<br />
Si cewek sekarang melompat dengan ganas, mengangkang di atas tubuh Rudi yang telentang. Sekali lagi kemaluannya mendekati wajah Rudi :” kalau kamu nggak puas sama yang tadi, nih…nih…gua kasih yang lain….yang lebih banyak”. Dan astaga, kulihat cairan deras keluar dari kemaluannya, menyemprot ke wajah Rudi. Si kuntilanak itu kencing ! kulihat wajah temanku yang malang itu bergerak ke kiri ke kanan, berusaha menghindari semburan cairan yang menyemprot itu. Tetapi tentu saja tidak berhasil. Akhirnya ia pasrah, diam saja sambil menutup matanya. Kulihat wajahnya lucu sekali, seperti hampir menangis.<br />
<br />
Si cewek itu tetap berdiri di atas kepala Rudi, mulutnya terkikik-kikik melihat wajah Rudi yang serba memelas :’haaah…rasain lo ! dikasih yang enak pura-pura nggak suka…..sekarang gua kasih yang super pesing dan asin…” kemudian ia bergerak menjauh, kakinya menendang kepala Rudi yang masih telentang :” tuh, tidur sana. Sementara gua udah abis sama elo”. Si cewek sekarang memutar tubuhnya, dan dengan ngeri kulihat ia memandang wajahku dengan penuh nafsu :” masih ada satu lagi nih, makanan gua” katanya. Tangannya mengambil lagi pisau yang tadi terjatuh kelantai, dan dengan langkah pelahan berjalan ke arahku. Aku serasa melihat seorang algojo datang, siap mencabik-cabik tubuhku yang malang ini.<br />
<br />
“ Ja…jangan mbak…” kataku ketakutan, ketika ia telah mencapai tubuhku. Ia memandang heran :”lho, emangnya kenapa? Aku juga mau memberimu kenikmatan kok.” Katanya sambil terkikik (sungguh, ketawanya itu mengingatkanku pada ketawa kuntilanak di film ). Ia membungkuk, mengelus-elus kepalaku (aku masih duduk menggelosor di lantai). Dipandanginya wajahku dengan teliti :” kamu orang Arab ya?” tanyanya tiba-tiba. Wah, aneh juga pertanyaanya. Aku menjawab dengan suara gemetar :’ bu…bukan mbak. Tapi kakekku memang turunan India” aku jujur saja. Memang wajah dan penampilanku menampakkan aku bukan orang pribumi asli. Ia terkikik lagi :” naah…benar kan dugaanku. Arab kek, India kek…..pasti kamu punya kelebihan. Kontolmu gede kan ?” walah, pertanyaannya bener-bener jorok. Aku coba menyengir :” eeh….soal itu, mbak lihat sendirilah. Selera orang kan berbeda-beda”. Ia mengangguk-angguk, dan akhirnya keluar perintahnya, ” berdiri kamu !”<br />
<br />
Nah, ini dia, saat perkosaanku sudah tiba. Dengan gemetar dan susah payah aku berdiri. Tanganku yang masih terikat di belakang punggung sungguh membuat gerakanku terbatas. Kini aku sudah berdiri tegak, berhadapan dengannya dalam jarak beberapa puluh senti. Aduh mak, ia betul-betul cantik. Wajahnya agak mirip bintang film Tamara Blezinski. Baru dapat kulihat kelebihannya setelah ia berdiri sedekat ini denganku. Ia telanjang bulat, memperlihatkan seluruh keindahan tubuhnya. Aku masih berpakaian lengkap, baju dan celana jeans. Sepintas aku membaui parfum tubuhnya. Aku merasa mulai terangsang.<br />
<br />
Ia memandang tubuhku lekat-lekat :” gua pingin ngerasain ****** elo. Jangan menolak atau bikin macem-macem. Gua tusuk entar perut elo”. Ia mengacungkan pisaunya ke wajahku. Walah, hilanglah sudah rangsangan yang tadi sempat timbul. Rupanya si kuntilanak ini memang benar-benar menyukai melihat lawan mainnya menderita. Ia tidak mau melihat lelaki yang disetubuhinya merasa menang atau menggagahinya. Matilah aku.<br />
<br />
“ Gua buka bajumu” katanya. Dengan cepat ia membuka kancing bajuku, sehingga dadaku yang berbulu lebat tampak keluar (aku tidak pakai kaos dalam). Ia memandang dengan kagum, dirabanya bulu dadaku dengan jemarinya yang panjang :” ck…ck…ck…hebat sekali. Gua benar-benar dapat makanan enak malam ini “ katanya. Kemudian tangannya dengan cepat beralih ke celanaku, membuka ritsletingnya dan gerakan kilat memelorotkan celanaku bersama dengan celana dalamnya sekalian. Sekarang aku berdiri telanjang, baju terbuka dan celana yang sudah diturunkan sampai mata kaki. Kemaluanku yang memang (sangat) besar tampak menggantung layu,kepalanya yang berwarna kemerahan tampak mengeriput.<br />
<br />
Si cewek berteriak kagum melihatnya :”waaw….bener perkiraanku. Kontolmu besaar banget !” ia sekarang berjongkok dihadapanku, tepat di depan kemaluanku. Tangannya yang tidak memegang pisau memegang-megang, mengelus dan memijit-mijitnya :’ kalo masih tidur aja sudah segini, berapa besarnya kalau ngaceng?” ia mengangkat kemaluanku sehingga tertarik ke depan :” aku bangunin yah” katanya. Dan tanpa bicara lagi, dibukanya mulutnya dan dimasukkannya kemaluanku ke dalamnya. Dihisapnya kemaluanku dengan kuat, lidahnya menjulur menyelusuri batangnya dan bibirnya yang mungil dan seksi digerak-gerakkannya kedepan dan ke belakang.<br />
<br />
Sensasinya sungguh luar biasa. Aku merasa mulai terangsang hebat, tetapi….mataku beralih ke tangannya yang lain. Pisau yang berkilat itu masih tergenggam erat, dan meskipun ia sibuk mengulum kemaluanku tetapi ia tetap tidak lupa mengarahkan pisau itu ke perutku (mungkin ia kuatir juga kalau aku melawan atau menendangnya ). Melihat itu, plaas…hilanglah sensasi rangsangan itu. Rasa takut kembali mencekamku. Kontolku yang hampir sempat menegang di dalam mulutnya, melayu kembali.<br />
<br />
Dia rupanya merasakan perubahan itu. Dia menggerakkan mulut dan lidahnya semakin kuat, dibantu jari-jarinya mengocok pangkal kemaluanku yang masih ada di luar mulutnya. Tetapi, dasar namanya orang ketakutan, aku sama sekali tidak terangsang. Kemaluanku layu saja di dalam mulutnya, malah semakin lama semakin mengecil.<br />
<br />
Si cewek tampak makin kesal dan marah melihat itu. Diludahkannya kemaluanku dari dalam mulutnya dan mengomel :” kamu gimana sih ? udah capek gua sepong belum juga bangun ! he…..kamu impoten ya? Bilang terus terang,biar nggak salah kalau aku tusuk kontolmu abis ini.” Aduh, aku benar-benar takut sekarang. Daripada terjadi apa-apa, aku bilang jujur saja :” mbak, bukannya aku impoten. Masalahnya….. aku serem sekali mbak. Bagaimana aku bisa terangsang kalau pisau mbak nempel terus di perut. Coba dirangsang yang bener gitu, aku pasti tegang”. Kulihat si cewek memandang wajahku (dia tetap berlutut di depanku). Kulihat matanya, tampaknya dia mengakui kebenaran alasanku itu.”Gitu ya?” katanya. Dia menelan ludah, menarik napas dan pelan-pelan berdiri. Pisau yang dipegangnya dilemparkan jauh-jauh ke sudut rumah :’ ya udahlah. Sekarang gua pakai cara yang lain” katanya. Ia kembali berdiri di depanku, hanya berjarak beberapa sentimeter dari tubuhku.<br />
<br />
Kini wajahnya berubah sama sekali lain. Kalau tadinya tampak serem dan sangar penuh nafsu binatang, kini berubah menjadi sayu, sendu dan tampaknya sangat mendambakan kenikmatan dariku. Matanya sayu. Aduh, sungguh dia tampak semakin cantik. Dia mendekatiku, mengelus rambutku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. French kiss nih, pikirku. Kusambut mulutnya dengan mulutku, dan sedetik kemudian lidah kami bergumul dalam ciuman. Napas kami memburu. Buah dadanya menggesek-gesek dadaku, putingnya bergesekan dengan putingku (tinggi kami hampir sama). Di bagian bawah kurasakan bulu kemaluannya bergesekan dengan batang kemaluanku, terasa hangat dan basah. Aku mendesah. Dia sungguh luar biasa. Dalam sekejap ketakutanku hilang dan nafsuku mulai naik.<br />
<br />
Ciuman si cewek sekarang beralih dari mulutku, berpindah ke telinga, leher, dan terus menurun ke dadaku. Dihisapnya putingku berganti-ganti kiri-kanan, sementara tangannya mengelus-elus dadaku yang berbulu. “ Aaah….” Aku mendesah. Ia memandang wajahku :” mulai terangsang yah? Bohong apa beneran?” tanyanya dengan nada lucu:” beneran mbak” kataku :” tuh lihat, kontolku sudah mulai tegak.” Ia memandang ke bawah, melihat kemaluanku yang mulai bangun :”iya yah” katanya gembira :” sekarang gua tegangin maksimal yah. Lihat ini”. Dia duduk berlutut, mulai menciumi perut dan pusarku. Dengan sangat akhli ia menghisap dan menjilat bagian perutku, menimbulkan getaran rangsangan yang sangat hebat. Jilatannya semakin turun dan kini mulutnya sibuk menciumi bulu-bulu di pangkal kemaluanku. Ditarik-tariknya bulu itu dengan bibirnya, sambil mulutnya terus menggeram-geram seperti orang gemas.<br />
<br />
Kini aku benar-benar terangsang. Kakiku bergetar, kemaluanku perlahan-lahan menegang dan kini hampir berdiri tegak seratus persen. Warna batang kemaluanku yang kehitaman, dengan kepala berwarna kemerahan dan otot-otot yang semakin menonjol tampak kontras dengan warna kulit pipi si cewek yang putih mulus dan berkali-kali bergesekan dengan batang kemaluanku itu, ketika dia sibuk menjilati dan menarik-narik bulu kemaluanku.<br />
<br />
Dia memandang kemaluanku yang sudah tegak seperti tiang bendera itu dengan selera besar :” gitu dong sayang, itu baru namanya cowok yang baik….sekarang gua terusin rangsangannya yah.” Ia memegang kemaluanku, kukira akan dikulum di mulutnya. Tetapi ternyata tidak, ia mendekatkan kemaluanku ke buah dadanya yang montok, putih dan tegak itu. Digesek-gesekkannya kemaluanku ke putting susunya berganti-ganti, sehingga putting itu semakin menegang kecang. Kemudian ia menekan kepala kemaluanku ke putting susunya sehingga putting itu tertekan ke dalam buah dadanya. Kemudian ia menggerak-gerakkan batang kemaluanku dengan gerakan memutar sehingga gesekannya semakin keras. Aku mengerang keenakan. Ia memandang wajahku dengan pandangan puas, bangga atas kemampuannya membangkitkan nafsu laki-laki yang baru beberapa menit lalu masih mengkerut ketakutan.<br />
<br />
Kini ia menjauhkan diri sedikit dariku, dan memegang paha kiriku :” buka kakimu sayang” desisnya, suaranya tampak penuh rangsangan. Ia membantu mengangkat kaki kiriku, dan dan kakiku ditumpangkan ke kursi reyot di sebelahku. Kini batang kemaluanku tegak bebas ke depan, dan kedua bolanya menggantung bebas pula. Si cewek ini bergerak, merunduk ke bawah dan menyungkupkan kepalanya ke bawah selangkanganku.<br />
<br />
Aku tidak bisa melihat apa yang dilakukannya, tetapi kurasakan jilatan lidahnya menyapu bagian bawah tubuhku, di antara lobang dubur dan bola kemaluanku. Lidahnya terus bergerak dengan akhli ke arah kedua bola itu, dijilatinya berganti-ganti dan akhirnya dikulumnya dengan kuat sehingga kudengar suara berkecipak. Aku semakin terangsang, hingga terasa seluruh tubuhku bergetar. Aku mendesis :” mbak…mbak….kulum kemaluanku dong…..aku pingin sekali….” Aku sama sekali lupa bahwa aku dalam posisi diperkosa, kedua tanganku masih terikat. Yang kulihat di depan mataku adalah seorang wanita yang sangat cantik sedang sibuk menjilat dan menghisap bagian bawah tubuhku dengan nafsu bergelora.<br />
<br />
Ia mendengar pemintaanku dan tampaknya akan meluluskannya. Dilepaskannya kulumannya dari bola kemaluanku, dan kini ia duduk bersimpuh di depanku. Kepalanya mendongak ke atas, matanya setengah terpejam. Dia membuka mulutnya lebar-lebar :” gih masukin burungmu ….” Katanya :” jangan takut, enggak akan gua gigit kok”. Ia masih juga sempat bercanda. Aku merendahkan badanku ( aduh, tanganku yang terikat ini benar-benar mengganggu). Aku arahkan kemaluanku ke mulutnya yang terbuka lebar, dan dengan pelan-pelan mendesakkannya ke dalam. Si cewek tetap membuka mulutnya lebar-lebar, matanya semakin terpejam. Ketika ia merasakan kemaluanku memasuki mulutnya, ia bersuara dengan manja :” aaa….” Katanya. Terus dan terus ia mengeluarkan suara itu, sampai aku menghentikan tusukan kemaluanku karena aku merasa sudah menyentuh ujung kerongkongannya.<br />
<br />
Aku diam menunggu reaksinya. Ia tidak menutup mulutnya, tetapi lidhnya mulai bergerak, menyelusuri batang kemaluanku yang berada dalam mulutnya. Dipermainkannya batangku dengan lidahnya, digulirkan ke kiri kanan dan ditekan-tekannya ke dinding mulutnya di kiri dan kanan. Terasa hangat, basah dan sangat merangsang. Kemudian ia menekan batangku dengan lidahnya hingga menekan langit – langit mulutnya, dan ia mulai menggerakkan kepalanya kemuka dan kebelakang. Aakhh…..kenikmatan yang tiada tara. Aku hanya dapat mendesisi-desis menikmati rangsangan ini, dan ikut menggerakkan pinggulku ke depan dan ke belakang mengikuti irama goyangan kepalanya. Selanjutnya si cewek mulai mengatupkan bibirnya, dan kemaluanku terasa dihisap ke dalam : ” uummm….” Gumamnya manja, ketika ia mulai menyedot dengan kuatnya. Lidahnya terus saja menari-nari, menggesek sekujur batang kemaluanku.<br />
Aku tak tahan lagi. Terasa ada desakan kuat dari dalam batang kemaluanku.<br />
Celaka, aku akan keluar ! wah, daripada salah lagi, aku segera mengumumkannya kepada si cewek :” mbak, mbak, aku sudah mau keluar. Aku nggak tahan lagi….” Erangku.kepalaku memutar ke muka dan kebelakang, menahan rangsangan yang sangat hebat itu.<br />
<br />
Mendengar kata-kataku, si cewek tia-tiba melepaskan kulumannya :” eeh….nanti dulu” katanya :” gua masih pengen ngerasain kontolmu. Jangan keluar dulu dong”. Ia cepat cepat berdiri dan mengeluarkan komandonya lagi :” sekarang kamu telentang….cepat,cepat!”. Aku berusaha mematuhinya, tetapi karena tanganku diikat di belakang aku hampir kehilangan keseimbangan. Untung, sebelum jatuh si cewek memegang tubuhku dan membantuku tidur telentang. Setelah aku siap, dia memandang kemaluanku yang tetap tegang dan mencuat ke atas hampir tegak lurus :” sekarang gua mau ngewe kamu” katanya :” rasain yah”. Sambil berkata begitu, ia berjongkok di atas tubuhku dan mengarahkan kemaluanku dengan tangannya ke arah lobang kemaluannya. Vagina yang indah itu merekah dan memerah, siap menerima tusukan kemaluanku.<br />
<br />
Dia memasukkan batangku ke lobang kemaluannya, dan mulai berusaha menekan ke dalam. Dan pada saat itu aku merasa sangat takjub. Lobang kemaluan kuntilanak ini kecil sekali ! tampak ia sangat susah payah memaksakan kontolku untuk masuk, wajahnya memerah dan mulutnya mendesah-desah tidak karuan. Aduh….kemaluanku rasanya seperti diperas. Belum pernah aku merasakan lobang kemaluan sekencang ini. Dahulu di kampung aku pernah menyetubuhi si marni, teman sekelasku di SMA. Dia masih perawan, tetapi toh lobangnya tidak seperet ini. Sungguh luar biasa. Aku merasa di sepanjang dinding vaginanya terdapat tonjolan-tonjolan melingkar yang menggesek batangku. Sensasinya sungguh luar biasa. Aku harus dengan susah payah menahan muncratnya maniku. Aku berusaha menahannya dengan cara memikirkan hal-hal lain selain seks.<br />
<br />
Akhirnya dia berhasil menusukkan seluruh kemaluanku.” Aahh…” desisnya puas. Ia menghentikan tekanannya, dan kini ia duduk berjongkok di atas badanku. Ia menundukkan kepalanya, mencoba melihat batang kemaluanku yang sudah melesak ke dalam lobang kenikmatannya. Jari-jarinya yang lentik mengelus pangkal kemaluanku yang masih ada di luar, dan mengelus – elus bibir kemaluannya yang sekarang terbelah lebar karena desakan senjataku. “ Ck…ck…” gumamnya kagum :” barang segede ini kok ada di dunia ya. Apa nggak sobek memekku ini?” tanyanya dengan manja.<br />
<br />
Ia memandang wajahku dan tersenyum manis. Hilanglah sudah wajah kuntilanak pemerkosa, kini kulihat wajah wanita cantik yang sedang dalam kebersamaan denganku menggapai kenikmatan duniawi. Rasanya hampir aku jatuh cinta padanya.” Aku mulai yah” katanya. Ia menelungkupkan tubuhnya di atas badanku, dan kini mulai menaik turunkan pinggulnya dengan berirama. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Rasanya aku ingin memeluk tubuhnya, meremas buah dadanya yang kini menggantung di atas dadaku, melumat bibirnya…….tapi apa daya, tanganku masih terikat di punggung. Aku mau minta dibukakan, tetapi rasa takut masih tersisa di benakku. Jangan-jangan dia marah….lebih baik aku diam sajalah dan menikmati apa yang dilakukannya.<br />
<br />
Si cewek menggerakkan tubuhnya dengan semakin liar. Kadang-kadang ia menegakkan tubuhnya dan menggenjot kemaluanku dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Kadang-kadang kalau sudah lelah, dia menelungkupkan lagi tubuhnya di atas tubuhku. Aku hanya bisa diam. Akupun hanya bisa menurut ketika ia menyodorkan buah dadanya ke mulutku :” nih, bisa nggak kamu isep….enak lho”. Ya, tentu saja enak dan memang itulah keinginanku. Jadi meskipun dengan susah payah, kuangkat kepalaku dan kuhisap putting kemerahan yang tegak di depan mulutku itu.<br />
<br />
Dia membantu dengan mengangkat kepalaku dan mengarahkan agar buah dadanya menekan mulutku. Mulutnya mendesah kenikmatan. Pinggulnya terus begoyang, kemaluannya semakin basah sehingga dapat kudengar suara berkecipak ketika ia kemaluanku bergesekan dengan dinding vaginanya. “ aaggh…. auukhh…. enak sekali, mas” (astaga, dia sekarang memanggilku mas). :” terusiin…. dalemiin…. aku mau keluuuaarr…. auuu…” keluar lagilah teriakan tarzannya yang terkenal, berkumandang ke seluruh gubuk kecil ini. Tubuhnya semakin bergoyang tidak karuan, dan akhirnya ia menjatuhkan badannya ke atas badanku :” aku keluar…aku keluar….uuhh…” napasnya tersengal-sengal seperti kuda habis ikut balapan. Kukecup keningnya, hampir hampir dengan perasaan sayang. Kurasakan cairan sangat banyak berleleran keluar dari lobang kenikmatannya, meleleh hingga ke bola kemaluanku.<br />
<br />
Setelah mengatur napasnya, ia memandang wajahku. Dielusnya dahiku yang juga berleleran keringat :” kamu belum keluar ya?” katanya penuh sayang (wah,rupanya dia juga lupa lagi memperkosa). “ belum mbak..” kataku. Aneh juga, kemaluanku yang tadinya hampir muncrat sekarang masih tetap tegak perkasa. Si cewek tersenyum :” aku kasih kamu hadiah khusus, karena aku puas banget tadi. Kamu mau keluar dalam memekkku atau di mulut?” waduh, dua tawaran yang sama sama nikmat. Aku menyengir:” dua-duanya saja mbak. Keluar di memek dulu lalu mbak isep. Mau?” dia memijit hidungku dengan manja:” curang kamu. Maunya enak sendiri”. Aku terus menggoda:” mau nggak?” tanyaku sambil ketawa. “ Mauu…” jeritnya. Dan setelah itu, ia mulai menggenjot lagi.<br />
<br />
Kemaluanku mulai keluar masuk lagi dalam lobang kemaluannya, bergesekan dengan tnjolan-tonjolan nikmat di sekitar dindingnya. Gerakannya tidak terhambat lagi, karena kemaluannya sudah sangat basah. Digoyangnya pinggulnya dengan berirama, ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah.<br />
<br />
Setelah sepuluh menit, aku merasa sesuatu mendesak dalam kemaluanku. Nah, ini dia :” mbak, mbak…” kataku:” aku sudah mau keluar…cepetin…” ia membuka mata mendengar eranganku itu (selama ini dia menutup matanya menikmati permainan kami). “ beneran?” katanya bergairah. Tiba-tiba dia menegakkan badan, dicopotnya kemaluanku dari lobangnya begitu cepat sehingga terdengar suara “plop”. Dia mengangkat badannya dan dengan cepat memegang kemaluanku yang sudah sangat basah kuyup dengan lendir :” mana?” katanya gemas :” kok belum keluar? Ini kan lendir gua, bukan punyamu”.<br />
<br />
Sambil berkata begitu, ditundukkannya kepalanya dan dimasukkanlah seluruh kemaluanku ke mulutnya. Betul-betul seluruh, pembaca yang budiman, karena sudah tidak ada lagi sisa batangku yang ada di luar. Bibirnya sudah bergesekan langsung dengan bulu di pangkal kemaluanku. Aku merasa kepala kemaluanku bukan hanya menyentuh ujung kerongkongannya, tetapi sudah betul-betul masuk ke kerongkongan itu sendiri ( kok dia tidak muntah ya? Pikirku).<br />
<br />
Dengan kondisi seperti itu, ia mulai lagi dengan tarian lidahnya, menggesek seluruh permukaan batangku. Digigit-gotnya dengan halus, sambil mulutnya mengguman tidak jelas. Aku tak tahan lagi. Kupandang wajah cantik itu dari posisiku yang masih telentang. Matanya yang setengah terpejam, pipinya yang mulus tampak cekung karena sedang sibuk menyedot barangku, dan bibir merahnya yang seksi tampak sedang melingkari pangkal batangku dengan ketat…….aku mengangkat pantat sedikit, dan crooot….crooot…..muncratlah seluruh tangki maniku di dalam mulutnya. Banyak sekali ! ku lihat ia tersedak menahan semburan air hangat itu, tetapi dia tetap berusaha menampungnya.<br />
<br />
Dia tetap mengisap kemaluanku hingga semprotan terakhir keluar. Kulihat ia berusaha menelan maniku tanpa melepaskan batangku dari mulutnya. Tampaknya dia berhasil (tidak ada sedikirpun yang meleleh dari mulutnya!). batangku tetap dikulumnya, seakan dia merasa sangat sayang melepaskannya. Akhirnya kemaluanku mulai mengecil, semakin kecil hingga akhirnya lepas sendiri dari mulutnya.<br />
<br />
Dia tampak sangat puas. Dipalingkannya wajahnya ke arah wajahku, napasnya tampak tersengal-sengal dan kulihat bibirnya yang indah berlepotan dengan air maniku yang rasanya sudah kusemprotkan berliter-liter banyaknya di dalam mulutnya. Dia tersenyum manis :” hebat….hebat deh kamu….****** gede, mani banyak dan kental banget……luar biasa “ katanya dengan napas tersengal sengal. Dipandanginya kontolku yang sudah layu dengan pandangan kagum. Dielus-elusnya barang kebanggaanku yang sudah menganggur selama dua tahun itu, dicium-ciumnya dengan gemas. Aku mulai terangsang lagi. Kemaluanku mulai berdiri tegak. Si cewek kuntilanak itu memandang dengan geli, dan menjentikkan jarinya ke batang kemaluanku :” maunyaa….gitu aja sudah ngaceng lagi. Nggak usah ya. Gua udah puas banget.” Sambil berkata begitu ia berdiri dan melangkah menjauh.<br />
<br />
Ia berjalan ke arah meja, mengambil rokok Marlboro dari dalam tasnya dan menyalakannya sebatang. Ia berjalan mengitari kami yang masih menggelosot di lantai, tetap telanjang bulat : ” tentu kalian heran ya, kenapa aku melakukan ini “ katanya. Nada suaranya kini berubah serius.<br />
<br />
Aku tak tahan lagi menahan keingin tahuanku, dan bertanya :” mbak ini siapa sih namanya?”. Ia tersenyum manis memandangku (aduh, dia benar-benar cantik) :” namaku Brunnhilde. Papaku orang Jerman, mamaku orang sini asli. Aneh ya namaku?” aku cuma mengangguk :” papaku pecinta opera Wagner, jadi ia mengambil nama salah satu tokoh operanya untuk namaku. Brunnhillde, dewi pujaan para ksatria Teutonik”. Wah, udah nggak nyambung aku. Kalau soal dangdut sih aku paham. Kalau opera ?<br />
<br />
Si cewek kuntilanak itu menarik napas dalam-dalam, dan duduk di kursi reyot tepat di depanku. Kakinya mengangkang lebar-lebar sehingga aku dapat melihat dengan jelas bibir kemaluannya yang hampir bebas bulu itu, merekah dengan indahnya. Aku hampir tidak dapat menahan nafsuku yang mulai menaik kembali. Ia mengulaikan kepalanya ke belakang, rambutnya yang kecoklatan tergerai dengan indahnya :” aah…” katanya mendesah.<br />
<br />
Wajahnya tampak menerawang, seperti mengingat masa lalu yang gelap :” nasibku buruk…buruuk sekali…” desahnya :” aku ingat sepuluh tahun yang lalu, pas waktu malam seperti ini, di sebuah flat di kota Wasenaar….aku diperkosa oleh lima orang cowok bergajulan. Bayangkan, aku baru umur lima belas tahun waktu itu” jadi dia sekarang berusia dua puluh lima tahun, pikirku . Dia melanjutkan :” kaki tanganku diikat, aku dipaksa mengisap lima batang kemaluan yang nggak ketulungan gedenya, disuruh menelan muncratan air mani mereka semua,dikencingin….” Dia menutup mata, menggeleng-menggeleng :” tiga cowok menusuk kontolnya sekaligus, satu di memekku, satu di pantat dan satu di mulut. Memuakkan sekali. Aku benci…benciii….” Tubuhnya yang indah kini bergetar dan bergoyang-goyang. Aku baru sadar sekarang kalau cewek ini sedang mengalami goncangan jiwa yang berat. Aku kasihan kepadanya.<br />
<br />
Ia terus melanjutkan ceritanya, matanya tetap menerawang ke atas :” sejak saat itu aku benci laki-laki. Aku selalu menghindar berhubungan dengan laki-laki, dan lebih suka berhubungan dengan sesama cewek. jadi lesbian ternyata lebih enak dan nikmat.” Tanpa sadar ia mengelus-elus kemaluannya, sepertinya ia mengingat pengalaman lesbinya :”tapi aku masih dendam. Aku masih ingin memperkosa laki-laki, seperti aku dahulu telah diperkosa. Aku ingin melihat mereka ketakutan, memohon-mohon kepadaku…dan aku dapat memuaskan nafsuku” ia sekarang memandang kami :” eh….siapa kira saat ini keinginanku itu terkabul? Sudah tujuh tahun aku balik ke Indonesia, ikut perguruan silat milik pamanku. Aku pingin dengan kepandaian silatku aku akan menaklukkan laki-laki. Hi hi hi…sekarang sudah kesampaianlah semuanya.”</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-1042892743842386132011-02-15T06:16:00.002-08:002011-02-15T06:16:39.600-08:00Sari - Sang Ratu Senggamaamaku Sari, asli dari Solo, pernah 4 kali menikah, tapi tidak pernah bisa<br />
hamil, sehingga mantan-mantan suami semua meninggalkanku, bodyku sexy, kulitku kuning langsat, tinggiku 161 cm dengan berat badan 50 kg, "kamu persis Desy Ratnasari, Sari!", kata mantan suamiku terakhir. Banyak laki-laki lain juga mengatakan aku persis seperti Desy Ratnasari.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di kota Gudeg Yogyakarta, majikanku seorang janda berusia 50 thn, Ibu Sumiati yang masih bekerja sebagai pegawai negeri di Gubernuran. Anaknya 3 orang.Yang pertama perempuan, Aryati 28 thn, bekerja sebagai sekretaris, 2 bulan lagi menikah. Yang kedua juga perempuan, Suryati 25 thn, bekerja sebagai guru. Yang ketiga laki-laki, satu-satunya laki-laki di rumah ini, tampan dan halus budi-pekertinya, Harianto 22 tahun, masih kuliah, kata Ibu Sum, Mas Har (demikian aku memanggilnya) tahun depan lulus jadi insinyur komputer. Wah hebat, sudah guaaanteng, pinter pula...<br />
<br />
Setiap pagi, aku selalu bangun jam 4:30, sebelum bekerja aku sudah mandi dengan sangat bersih, berpakaian rapi. Aku selalu memakai rok panjang hingga semata-kaki, bajuku berlengan panjang. Aku tahu, Ibu Sum senang dengan cara berpakaianku, dia selalu memujiku bahwa aku sopan dan soleha, baik sikap yang santun, maupun cara berpakaian. Meskipun begitu, pakaianku semuanya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhku cukup terlihat dengan jelas.<br />
<br />
Mas Har sering melirik ke arahku sambil terkagum-kagum melihat bentuk tubuhku, aku selalu membalasnya dengan kedipan mata dan goyangan lidah ke arahnya, sehingga membuat wajahnya yang lugu jadi pucat seketika. Paling telat jam 7:15, mereka semua berangkat meninggalkan rumah, kecuali Mas Har sekitar jam 8:00. Aku tahu, Mas Har sangat ingin menghampiriku dan bercumbu denganku, tapi ia selalu nampak pasif, mungkin ia takut kalau ketahuan ibunya. Padahal aku juga ingin sekali merasakan genjotan keperjakaannya.<br />
<br />
Pagi itu, mereka semua sudah pergi, tinggal Mas Har dan aku yang ada di rumah, Mas Har belum keluar dari kamar, menurut Ibu Sum sebelum berangkat tadi bahwa Mas Har sedang masuk angin, tak masuk kuliah. Bahkan Ibu Sum minta tolong supaya aku memijatnya, setelah aku selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. "Baik, Bu!", begitu sahutku pada Ibu Sum. Ibu Sum sangat percaya kepadaku, karena di hadapannya aku selalu nampak dewasa, dengan pakaian yang sangat sopan. Setelah pasti mereka sudah jauh meninggalkan rumah, aku segera masuk kamarku dan mengganti pakaianku dengan rok supermini dan kaus singlet yang ketat dan sexy. Kusemprotkan parfum di leher, belakang telinga, ketiak, pusar dan pangkal pahaku dekat lubang vagina. Rambutku yang biasanya kusanggul, kuurai lepas memanjang hingga sepinggang. Kali ini, aku pasti bisa merenggut keperjakaan Mas Har, pikirku.<br />
<br />
"Mas Har. Mas Har!" panggilku menggoda, "tadi Ibu pesan supaya Mbak Sari memijati Mas Har, supaya Mas Har cepat sembuh. Boleh saya masuk, Mas Har?"<br />
<br />
Pintu kamarnya langsung terbuka, dan nampak Mas Har terbelalak melihat penampilanku,<br />
<br />
"Aduh, kamu cantik sekali, Mbak Sari... Persis Desy Ratnasari... ck, ck, ck..."<br />
<br />
"Ah, Mas Har, bisa saja, jadi mau dipijat?"<br />
<br />
"Jadi, dong..." sekarang Mas Har mulai nampak tidak sok alim lagi, "ayo, ayo...", ditariknya tanganku ke arah tempat tidurnya yang wangi....<br />
<br />
"Kok Wangi, Mas Har?" Rupanya dia juga mempersiapkan tempat tidur percumbuan ini, dia juga sudah mandi dengan sabun wangi.<br />
<br />
"Ya dong, kan ada Desy Ratnasari mau datang ke sini,".<br />
<br />
Kami mulai mengobrol ngalor-ngidul, dia tanya berapa usiaku, dari mana aku berasal, sudah kawin atau belum, sudah punya anak atau belum, sampai kelas berapa aku sekolah. Omongannya masih belum "to-the-point", padahal aku sudah memijatnya dengan sentuhan-sentuhan yang sangat merangsang. Aku sudah tak sabar ingin bercumbu dengannya, merasakan sodokan dan genjotannya, tapi maklum sang pejantan belum berpengalaman.<br />
<br />
"Mas Har sudah pernah bercumbu dengan perempuan?", aku mulai mengarahkan pembicaraan kami, dia hanya menggeleng lugu.<br />
<br />
"Mau Mbak Sari ajari?", wajahnya merah padam dan segera berubah pucat. Kubuka kaus singletku dan mulai kudekatkan bibirku di depan bibirnya, dia langsung memagut bibirku, kami bergulingan di atas tempat tidurnya yang empuk dan wangi, kukuatkan pagutanku dan menggigit kecil bibirnya yang merah delima, dia makin menggebu, batang penisnya mengeras seperti kayu...<br />
<br />
Wow! dia melepas beha-ku, dan mengisap puting susuku yang kiri, dan meremas-remas puting susuku yang kanan...<br />
<br />
"Aaah.. sssshhhh, Mas Har, yang lembut doooong..." desahku makin membuat nafasnya menderu...<br />
<br />
"Mbak Sari, aku cinta kamu...." suaranya agak bergetar..<br />
<br />
"Jangan, Mas Har, saya cuma seorang Pembantu, nanti Ibu marah," kubisikkan desahanku lagi.... Kulucuti seluruh pakaian Mas Har, kaos oblong dan celana pendeknya sekaligus celana dalamnya, langsung kupagut penisnya yang sudah menjulang bagai tugu monas, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan mulutku dengan lembut dan terkadang cepat...<br />
<br />
"Aduuuh, enaaaak, Mbak Sari...." jeritnya...<br />
<br />
Aku tahu air-mani akan segera keluar, karena itu segera kulepaskan penisnya, dan segera meremasnya bagian pangkalnya, supaya tidak jadi muncrat. Dia membuka rok-miniku sekaligus celana dalamku, segera kubuka selangkanganku.<br />
<br />
"Jilat itil Mbak Sari, Mas Haaaarrr..., yang lamaaa...", godaku lagi... Bagai robot, dia langsung mengarahkan kepalanya ke vegie-ku dan menjilati itilku dengan sangat nafsunya....<br />
<br />
"Sssshhhh, uu-enaaak, Mas Haaaarrrr...., sampai air mani Mbak Sari keluar, ya mas Haaar".<br />
<br />
"Lho, perempuan juga punya air mani..?" tanyanya blo'on. Aku tak menyahut karena keenakan...<br />
<br />
"Mas Haaarrr, saya mau keluaaar..." serrrrrr.... serrrrrrrrr.... membasahi wajahnya yang penuh birahi.<br />
<br />
"Aduuuuh, enak banget, Mas Har! Mbak Sari puaaaaaassss sekali bercinta dengan Mas Har..... penis Mas Har masih keras? ...belum keluar ya? Mari saya masukin ke liang kenikmatan saya, Mas! Saya jamin Mas Har pasti puas-keenakan...."<br />
<br />
Kugenggam batang penisnya, dan kutuntun mendekati lubang vegieku, kugosok-gosokkan pada itilku, sampai aku terangsang lagi... Sebelum kumasukkan batang keperkasaannya yang masih ting-ting itu ke lubang vegieku, kuambil kaos singletku dan kukeringkan dulu vegieku dengan kaos, supaya lebih peret dan terasa uuenaaaak pada saat ditembus penisnya Mas Har nanti...<br />
<br />
"Sebelum masuk, bilang 'kulonuwun' dulu, dong sayaaaaaang...", Candaku....<br />
<br />
Mas Har bangkit sebentar dan menghidupkan radio-kaset yang ada di atas meja kecil di samping ranjang..... lagunya.... mana tahaaaan.... "Kemesraan ini Janganlah Cepat Berlalu......"<br />
<br />
"Kulonuwun, Mbak Sari...cintakuuuuu...."<br />
<br />
"Monggo, silakan masuk, Mas Haaaarrr Kekasihkuuuuu...", segera kubuka lebar-lebar selangkanganku, sambil kuangkat pinggulku lebih tinggi dan kuganjel dengan guling yang agak keras, supaya batang penisnya bisa menghujam dalam-dalam.... Sreslepppppp......... blebessss.....<br />
<br />
"Auuuuuow....", kami berdua berteriak bersamaan.....<br />
<br />
"Enaaaak banget Mbak Sari, vegie Mbak Sari kok enak gini sih....?"<br />
<br />
"Karena Mbak Sari belum pernah melahirkan, Mas Har... Jadi vegie Mbak Sari belum pernah melar dibobol kepala bayi..... kalau pernah melahirkan, apalagi kalau sudah melahirkan berkali-kali, pasti vegienya longgar sekali, dan nggak bisa rapet seperti vegienya Mbak Sari begini, sayaaaaang... lagi pula Mbak selalu minum jamu sari-rapet, pasti SUPER-PERET....", kami berdua bersenggama sambil cekikikan keenakan... Kami berguling-guling di atas ranjang-cinta kami sambil berpelukan erat sekali....<br />
<br />
Sekarang giliranku yang di atas... Mas Har terlentang keenakan, aku naik-turunkan pinggulku, rasanya lebih enak bila dibanding aku di bawah, kalau aku di atas, itilku yang bertumbukan dengan pangkal penis Mas Har, menimbulkan rasa nikmat yang ruaaaaarbiassssa uu-enaaaaaaknya.....<br />
<br />
Keringat kami mulai berkucuran, padahal kamar Mas Har selalu pakai AC, sambil bersenggama kami mulut kami tetap berpagutan-kuat. Setelah bosan dgn tengkurap di atas tubuh Mas Har, aku ganti gaya. Mas Har masih tetap terlentang, aku berjongkok sambil kunaik-turunkan bokongku. Mas Har malah punya kesempatan untuk menetek pada susuku, sedotannya pada tetekku makin membuatku tambah liar, serasa seperti di-setrum sekujur tubuhku.<br />
<br />
Setelah 10 menit aku di atas, kami berganti gaya lagi... kami berguling-gulingan lagi tanpa melepaskan penis dan vegie kami.<br />
<br />
Sekarang giliran Mas Har yang di atas, waduuuuh... sodokannya mantep sekali... terkadang lambat sampai bunyinya blep-blep-blep... terkadang cepat plok-plok-plok... benar-benar beruntung aku bisa senggama dengan Mas Harianto yang begini kuaaaatnya, kalau kuhitung-kuhitung sudah tiga kali cairan vegieku keluar karena orgasme, kalau ditambah sekali pada waktu itilku dijilati tadi sudah empat kali aku orgasme... benar-benar vegieku sampai kredut-kredut karena dihujam dengan mantapnya oleh penis yang sangat besar dan begitu keras, bagaikan lesung dihantam alu..... bertubi-tubi.... kian lama kian cepat...... waduuuuhhhhh...... Wenaaaaaaaaakkkkk tenaaaaan......<br />
<br />
"Mbak Sari, aku hampir keluaaaaaar nih...!!" ....<br />
<br />
"Saya juga mau keluar lagi untuk kelima kalinya ini, Mas Haaaaar.... Yuk kita bersamaan sampai di puncak gunung kenikmatan, yaaa sayaaaaanngggg"<br />
<br />
"Ambil nafas panjang, Mas Har... lalu tancepkan penisnya sedalam-dalamnya sampai kandas...... baru ditembakkan, ya Maaaasss... ssssshhhhhh........"<br />
<br />
Sambil mendesis, aku segera mengangkat pinggulku lagi, kedua kakiku kulingkarkan pada pinggangnya, guling yang sudah terlempar tadi kuraih lagi dan kuganjelkan setinggi-tingginya pada pinggulku, hujaman penis Mas Har semakin keras dan cepat, suara lenguhan kami berdua hhh...hhhhh....hhhhhh..... seirama dengan hujaman penisnya yang semakin cepat.....<br />
<br />
"Tembakkan sekaraaaaang, Maaaasssss!", Mas Har menancapkan penisnya lebih dalam lagi, padahal sedari tadi sudah mentok sampai ke mulut rahimku.... bersamaan dengan keluarnya cairan vegieku yang kelima kali, Mas Har pun menembakkan senjata otomatis berkali-kali dengan sangat kerasnya....<br />
<br />
CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! Berhenti sebentar dan CROOTTTTT!!! CROOTTTTT !!! CROOTTTTT !!! lagi..... Seperti wong edan, kami berdua berteriak panjaaaaanggg bersamaan;<br />
<br />
"Enaaaaaaaaaakkkkk!"..... sekujur tubuhku rasanya bergetar semuanya... dari ujung kepala sampai ujung kaki, terutama vegieku sampai seperti "bonyok" rasanya..... Mas Har pun rebah tengkurep di atas tubuh telanjangku..... sambil nafas kami kejar-mengejar karena kelelahan........<br />
<br />
"Jangan cabut dulu, ya Maaasss sayaaaang... masih terasa enaknya... tunggu sampai semua getaran dan nafas kita reda, baru Mas Har boleh cabut yaaa......" pintaku memelas..... kami kembali bercipokan dengan lekatnya...... penisnya masih cukup keras, dan tidak segera loyo seperti punya mantan-mantan suamiku dulu....<br />
<br />
"Mbak Sari sayaaaang, terima kasih banyak ya..... pengalaman pertama ini sungguh-sungguh luar biasa... Mbak Sari telah memberikan pelayanan dan pelajaran yang maha-penting untuk saya...... saya akan selalu mencintai dan memiliki Mbak Sari selamanya...."<br />
<br />
"Mas Har cintaku, cinta itu bukan harus memiliki... tanpa kawin pun kalau setiap pagi --setalah Ibu & Mbak-mbak Mas Har pergi kerja--, kita bisa melakukan senggama ini, saya sudah puas kok, Massss..... Apalagi Mas Harianto tadi begitu kuatnya, setengah jam lebih lho kita tadi bersetubuhnya, Mas! Sampai vegie saya endut-endutan rasanya tadi....."<br />
<br />
"Aku hari ini tidak pergi kuliah, kebetulan memang ada acara untuk mahasiswa baru... jadi ndak ada kuliah...", kata Mas Harianto.<br />
<br />
"Nah... kalau begitu, hari ini kita kan punya banyak waktu, pokoknya sampai sebelum Ibu dan Mbak-mbak Mas Har pulang nanti sore, kita main teruuuusss, sampai 5 ronde, kuat nggak Mas Har?", sahutku semakin menggelorakan birahinya.<br />
<br />
"Nantang ya?" Tanyanya sambil tersenyum manis, tambah guanteeeeng dia.....<br />
<br />
"aku cabut sekarang, ya Mbak? sudah layu tuh sampai copot sendiri...."<br />
<br />
kami tertawa cekikikan dengan tubuh masih telanjang bulat.... setelah mencabut penisnya dari vegieku, Mas Har terlentang di sisiku, kuletakkan kepalaku di atas dadanya yang lapang dan sedikit berbulu.... radio kaset yang sedari tadi terdiam, dihidupkan lagi... lagunya masih tetap "kemesraan ini janganlah cepat berlaluuuuuu...."<br />
<br />
Setelah lagunya habis, "Mas sayaaang, Mbak Sari mau bangun dulu ya.... Mbak Sari harus masak sarapan untuk Mas...."<br />
<br />
"Untuk kita berdua, dong, Mbak Sari.... masak untuk dua porsi ya... nanti kita makan berdua sambil suap-suapan. Setuju?", sambil ditowelnya tetekku, aku kegelian dan "auuuwwww! Mas sudah mulai pinter nggangguin Mbak Sari ya.., Mbak Sari tambah sayang deh".<br />
<br />
Aku bangkit dari ranjang, dan berlari kecil ke kamar mandi yang jadi satu dengan kamar tidurnya,<br />
<br />
"Mas, numpang cebokan, ya..."<br />
<br />
Kuceboki vegieku, vegie Sari yang paling beruntung hari ini, karena bisa merenggut dan menikmati keperjakaan si ganteng Mas Har... waduuuuhhh... benar-benar nikmat persetubuhanku tadi dengannya.. meskipun vegieku sampai kewalahan disumpal dengan penis yang begitu gede dan kerasnya -- hampir sejengkal-tanganku panjangnya.... wheleh.. wheleh....<br />
<br />
"Sebelum bikin nasi goreng, nanti Mbak bikinkan Susu-Telor-Madu-Jahe (STMJ) buat Mas Har, biar ronde-ronde berikutnya nanti Mas tambah kuat lagi, ya sayaaaaaang...."<br />
<br />
Kuambil selimut dan kututupi sekujur tubuhnya dengan selimut, sambil kubisikkan kata-kata sayangku... "Sekarang Mas Har istirahat dulu, ya..." kuciumi seluruh wajahnya yang mirip Andy Lau itu...<br />
<br />
"Terima kasih, Mbak Sari... Mbak begitu baik sama saya... saya sangat sayang sama Mbak Sari...".<br />
<br />
Kupakai pakaianku lagi, segera aku lari ke dapur dan kubuatkan STMJ untuk kekasihku.... setelah STMJ jadi, kuantarkan lagi ke kamarnya,<br />
<br />
"Mas Har sayaaaang.... mari diminum dulu STMJ-nya, biar penisnya keras kayak batang kayu nanti, nanti Mbak Sari ajari lagi gaya-gaya yang lain, ada gaya kuda-kudaan, ******-anjingan, gaya enam-sembilan (69), dan masih ada seratus gaya lagi lainnya, Masssss," kataku membangkitkan lagi gelora birahinya... selesai minum diciuminya bibirku dan kedua pipiku.... dan Mas Harianto-ku, cintaanku, tidur lagi dengan tubuh telanjang dilapisi selimut.<br />
<br />
Aku segera kembali ke tempat biasanya aku mencuci pakaian majikanku, menyapu rumah dan mengepelnya.. semua kulakukan dengan cepat dan bersih, supaya tidak ada ganjelan utang kerjaan pada saat bersenggama lagi dengan Mas Har nanti....<br />
<br />
Kumasakkan nasi goreng kesukaan Mas Har dalam porsi yang cukup besar, sehingga cukup untuk sarapan berdua dan juga makan siang berdua... hmmm.... nikmat dan mesranya... seperti penganten baru rasanya...<br />
<br />
Setelah nasi gorengnya jadi, kusiapkan dalam piring yang agak lebar, kutata penyajian dengan kelengkapan tomat, timun, telur mata-sapi, dan kulengkapi pula dengan sebuah pisang mas yang agak mungil, kusiapkan pula segelas coca-cola kesukaannya. Dengan memakai daster tipis tanpa beha dan celana dalam, kuantarkan makanan tadi ke kamarnya. Langsung kubuka saja pintu kamarnya........<br />
<br />
Aduh! Betapa terkejutnya diriku, ketika kulihat Mas Har sudah bangun dari tidurnya, tanpa memakai selimut lagi, Mas Har sedang ngeloco (mengocok penisnya) dengan wajah merah-padam... Segera kuletakkan makanan di atas meja tulisnya..<br />
<br />
"Aduuuuhhh, jangan seperti itu, sayang, ngocoknya... nanti bisa lecet... nanti pasti Mbak Sari kocokin... tapi Mas Har harus makan dulu, supaya ada tenaga lagi... kalau ndak makan dulu, nggak bisa kuat dan tahan lama senggamanya, Mas!"<br />
<br />
Kutanggalkan dasterku, segera dia menyergap tubuh telanjangku, dihisapnya puting tetekku yang kanan, sedang tangannya memilin tetekku yang kiri... Kupikir ini pasti gara-gara STMJ tadi,<br />
<br />
"Sabar dong, Mas-ku tersayaaaaang..., yuk kita makan nasi goreng kesukaan Mas, sepiring berdua Mas, kayak judulnya lagu dangdut..."<br />
<br />
Kusuapi Mas Har-ku dan disuapinya pula aku, sambil tangannya mengkilik-kilik itilku dengan sangat nakalnya. Wah! Edhiaan tenan reaksi STMJ tadi.... Hihihi...<br />
<br />
"Mas Har sayang, jangan kenceng-kenceng dong kilikannya, nggak nikmaaat....", dia memperlambat kilikannya, sambil kami lanjutkan dan tuntaskan sarapan kami. Selesai makan, kuambilkan pula segelas besar coca-cola, kuulurkan gelas coca-cola ke mulutnya. Minum seteguk, Mas Har pun mengambil gelas dan mengulurkan pula ke mulutku.... wah! mesranya, Mas Har-ku ini...<br />
<br />
Kuambil pisang mas, kukupas dan kubuang kulitnya, lalu aku berbaring di samping Mas Har, kubuka selangkanganku lebar-lebar, dan kumasukkan pisang tadi ke dalam liang vegieku.... Mas Har agak terkejut,<br />
<br />
"Ayo! Bisa nggak makan pisang sampai habis dari lubang vegie Mbak Sari? Kalau bisa, nanti Mbak Sari ajari teknik-teknik dan gaya-gaya senggama yang lain deh!"<br />
<br />
"Siapa takut!" sahut Mas Har...<br />
<br />
Dia segera menaiki tubuhku, dengan posisi tengkurap... mulutnya di depan vegieku, ditariknya pisang itu dengan pelan-pelan dan sedikit-sedikit digigitnya daging pisangnya, sedangkan penisnya pun terjuntai ngaceng di depan mulutku.... segera kugenggam dan kumasukkan barangnya yang ngaceng itu ke dalam mulutku, kumainkan lidahku mengusap-usap kepala penisnya, dan dimaju-mundurkannya pisang mas tadi dalam liang vegieku, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat nikmaaaaat dan memerindingkan seluruh bulu-bulu tubuhku....<br />
"Mbak Sari, pisangnya sudah habis.... hebat kan?" Katanya lugu...<br />
<br />
"Mas Har memang nomer satu buat Mbak Sari..." sahutku memujinya, membuatnya tersanjung dan sangat ditinggikan harga dirinya.<br />
<br />
"Sekarang apa lagi?" tanya Mas Har...<br />
<br />
"Silakan Mas jilati dan mainkan lidah dalam liang vegie saya... dan saya akan meng-emuti dan mengocok penis Mas dengan mulut saya.... ini namanya gaya 69, Mas sayaaang... mulut Mas ketemu vegie saya dan mulut saya ketemu penis Mas Har.... Enaaaak kan, sayaaang?"<br />
<br />
"Wah! Sensasinya luar-biasa, Mbak......"<br />
<br />
"Kalau bercinta itu jangan buru-buru, Mas.... harus sabar dan tenang, sehingga emosi kita bisa terkendali. Kalau Mas mau sampai duluan dengan cara ngeloco seperti tadi, kalau sempat keluar.. kan saya harus nunggu lagi penis Mas tegang lagi... kasian dong sama saya, Mas," suaraku kubikin seperti mau menangis.....<br />
<br />
"Maafkan saya, ya Mbak Sari.... saya belum ngerti... mesti harus banyak belajar sama Mbak....."<br />
<br />
Kami lanjutkan gaya 69 kami, kutelan habis penisnya, kuhisap-hisap dan kumaju-mundurkan dalam mulutku.... sementara Mas Har meluruskan lidahnya dan menjilati itil-ku, kemudian memasukkan lidahnya yang kaku ke dalam liang vegieku... ini berlangsung cukup lama...<br />
<br />
Pada menit kelimabelas, serrr... serrrr... serrrr.... cairan hangat vegieku meluap, sekarang Mas Har malah menelannya.... aooowwww!<br />
<br />
Dan pada menit keduapuluhlima, serrr... serrrr... serrrr.... lagi, kali ini lebih enaaaak lagi, kukejangkan seluruh tubuhku.... sambil mulutku tetap terus mengocok penisnya yang kerasnya minta-ampuuuuun.... pada waktu itu juga, penisnya memuncratkan air-peju dengan sangat derasnya, langsung kutelan seluruhnya, sampai hampir keselek......<br />
<br />
"Enaaaakkkk....." Mas Har berteriak keenakan.....<br />
<br />
Kami berguling, sekarang saya yang di atas, dengan tetap memagut penisnya yang masih cukup keras, kuhisap terus penisnya, sampai tubuh Mas Har berkedut-kedut memuncratkan tembakan-tembakan terakhirnya..... kujilati penis Mas Har sampai bersiiiiih sekali dan segera aku berputar, sehingga kepala kami berhadap-hadapan dengan posisi aku masih tetap di atas...<br />
<br />
"Gimana, Mas Har sayaaang.... Enak enggak..?" godaku...<br />
<br />
"Uu-enaaaaaaakkkkk tenaaaan....", kata Mas Har menirukan gaya pelawak Timbul dalam sebuah iklan jamu.....<br />
<br />
Kami berciuman lagi dan berguling-guling lagi.... mulut kami tetap berpagutan dengan sangat kuaaaatnya..... Kucari penisnya dan kupegang... wah sudah keras lagi rupanya..... luar biasa kuatnya Mas Har kali ini, lebih kuat dari ronde tadi pagi.....<br />
<br />
"Mas Har... saya ajari gaya kuda-kudaan... mau nggak?",<br />
<br />
"Mau dong, sayaaaang.... Gimana?", tanyanya penasaran....<br />
<br />
"Mas Har duduk menyender dulu....."<br />
<br />
Dia segera mengikuti perintahku, duduk menyender landai pada sebuah bantal yang kutegakkan di punggung ranjang, akupun segera mengambil posisi jongkok membelakanginya. Kugenggam penisnya dan kutancapkan ke vegieku dari belakang.... BLESSS!!!, tangan Mas Har mendekap kedua tetekku dari belakang....<br />
<br />
Sekarang giliranku yang harus menaik-turunkan pantatku seperti orang naik kuda.... semuanya berlangsung dengan sangat halus.... sehingga tidak sampai menimbulkan lecet pada penis Mas Har maupun vegieku.....<br />
<br />
"Gimana Mas?", tanyaku untuk mengalihkan konsentrasi, supaya air-pejunya tidak segera muncrat......<br />
<br />
"Benar-benar Mbak Sari pantas menjadi dosen percintaan saya.....", katanya sambil mendesah-desah dan mendesis-mendesis keenakan...<br />
<br />
Itilku kembali bertumbukan nikmat dengan tulang selangkang Mas Har... Nikmatnya sudah sampai mneggeletarkan segenap perasaanku, membuat perasaanku semakin menyatu dan terikat kuat dengan perasaan Mas Har..... inilah arti sesungguhnya persetubuhan....<br />
<br />
Kuatur kecepatan pacuan kuda-kudaan ini, sehingga kenikmatannya bisa kukendalikan, sementara Mas Har terlentang dengan tenang, makin didekapnya kedua buah dadaku, diremas-remasnya, dipilin-pilinnya, diremas-remas lagi... membuatku kembali ingin mencapai puncak kenikmatan.... kukejangkan seluruh anggota tubuhku.... Mas Har sudah mulai mengerti bahwa aku akan mencapai puncak.....<br />
<br />
"Keluar lagi ya, Mbak?" tanyanya.....<br />
<br />
“Ya..!! ...sssssshhhhh...” desahku kencang.<br />
<br />
.....serrr... serrrr... serrrrr.... kembali cairan hangat vegieku tertumpah lagi.... kelelahan aku rasanya...... lelah tapi enaaak....<br />
<br />
Aku melepaskan penisnya dari lubang vegieku, kekeringkan vegieku dengan dasterku supaya peret lagi... Mas Har melihat pemandangan ini dengan wajah lugu, kuberi dia senyum manis....<br />
<br />
"Saya sudah capek, Mas.... Gantian dong... Mas Har sekarang yang goyang, ya?"<br />
<br />
Sekarang aku mengambil posisi menungging di pinggir ranjang..... Mas Har kuminta berdiri dan menembakkan rudalnya yang super-keras dari belakang,<br />
<br />
"Yang ini gaya ******-anjingan, Mas..... tapi jangan salah masuk ke lubang pantat ya... pas yang di bawahnya yang merah merekah itu, lho ya...."<br />
<br />
"Kalau di lubang pantat katanya lebih enak, Mbak Sari?" tanyanya lucuuuu....<br />
<br />
"memang lebih enak untuk laki-laki, tapi tidak untuk perempuan..... itu kan namanya tidak adil, Mas.... Lagipula lubang pantat itu kan saluran untuk tai, kotoran yang kita buang, itu tidak sehat namanya, bisa kena penyakit aids, Mas.... Aids itu mematikan dan tidak ada obatnya lho, hiiii.... seremmmm...."<br />
<br />
Mas Har memasukkan penisnya pelan-pelan ke lubang vegieku dari belakang sambil berdiri di pinggir ranjang, pelan-pelan sekaliiiiii..... seolah-olah dia takut kalau sampai merusakkan lubang nikmat ini..... aku tahu sekarang.... Mas Har sangat sayang padaku, sehingga tingkah-laku persenggamaannya pun melukiskan betapa besar perasaan cintanya pada diriku....<br />
<br />
"Aaaaahhhhhh....", aku mendesah sambil merasakan hujaman penisnya yang kembali menembus vegieku, demikian juga dengan Mas Har... dilingkarkannya tangan kirinya di perutku, sedang tangan kanannya meremas tetekku...... Dia mulai menggoyangkan penisnya maju mundur.... blep-blep-blep......aduuuuhhh..... mantapnyaaaa...... tenaganya sangat kuat dan berirama tetap...... membuat aliran-darahku menggelepar di sekujur tubuhku.......<br />
<br />
"Enaaaak, Maaaaasssss.......", lagi-lagi kukejangkan seluruh anggota tubuhku sambil kukeluarkan lagi cairan hangat vegieku kesekian kalinya...... puaaaasssss sekali tiada taranya.......<br />
<br />
"aaaaaahhhhhhhh..........", lenguhku........<br />
<br />
"Lap dulu dong, Mbak Sariiii..... becek sekali nih...." pintanya.....<br />
<br />
Kuambil dasterku dan kuserahkan padanya...... segera dia mengeringkan vegieku dan juga penisnya yang basaaaah tersiram cairan hangatku.....<br />
<br />
"Mbak, aku sudah hampiiiirrr keluaaaarrr....." desahnya membuatku semakin terangsang......<br />
<br />
"Tembakkan saja, Massss........"<br />
<br />
Tembakannya masih sekencang yang sebelumnya...... sampai vegieku penuh dengan air-pejunya yang ekstra-kental itu.......<br />
<br />
"Aaaaahhhhhhhh......." Mas Har berteriak keenakan...... demikian juga dengan aku, kukejangkan tubuhku dan kusiram lagi penisnya dengan cairan hangat kenikmatan vegieku......<br />
<br />
"Aaaaaaahhhhhhh, Massss Harrrrr........ Mbak Sari cintaaaaa banget sama Mas Har......."<br />
<br />
"Aku juga Mbak..... selain Mbak Sari, tidak ada perempuan lain yang aku cintai di dunia ini .....", aku tahu kata-kata ini sangat jujur.... membuatku semakin menggelinjang kenikmatan......<br />
<br />
"Terima kasih Mas Harrrrrr..... untuk cinta Mas Har yang begitu besar kepada saya....." Dengan tanpa melepaskan penisnya, Mas Har dengan hati-hati dan penuh perasaan menengkurapkan tubuhnya di atas tubuh telanjangku.... dan aku kemudian meluruskan kakiku dan tubuhku mengambil posisi tengkurap..... dengan Mas Har tengkurap di belakangku.....<br />
<br />
Mulutnya didekatkan pada telingaku.... nafasnya menghembusi tengkukku.... membuatku terangsang lagi......<br />
<br />
"Enaaaak dan puassss sekali, Mbak Sari..... Apa Mbak Sari juga puas?"<br />
<br />
"Tentu, Mas Har..... dari pagi tadi sudah sembilan kali vegie saya memuntahkan air hangatnya..... Pasti saya puasssss bangettt, Mas!"<br />
<br />
"Terima kasih, ya sayaaaang...... aku ingin setiap hari bercinta dengan Mbak Sari seperti ini......."<br />
<br />
"Boleh, Massss.... saya juga siap kok melayani Mas Har setiap hari..... kecuali hari Minggu tentunya..... Ibu dan Mbak-mbak kan ada di rumah kalau Minggu...."<br />
<br />
Mas Har melepaskan penisnya dari lubang vegieku, aku segera mengambil posisi terlentang, dan Mas Har pun merebahkan dirinya di sisiku....<br />
<br />
Jam dinding sudah menunjukkan jam 10.40...... sambil berpelukan dan berciuman erat, kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua... dan kami pun tertidur sampai siang.....<br />
<br />
Sudah hampir jam satu ketika aku terbangun, pantes perutku rasanya lapar sekali. Mas Har masih belum melepaskan pelukannya sedari tadi, rasanya dia tidak ingin melewatkan saat-saat nikmat yang sangat langka ini, bisa seharian bersenggama dengan bebasnya. Kucium bibirnya untuk membangunkan lelaki kesayanganku ini,<br />
<br />
"Mas sayaaang, bangun yook, kita makan siang. Nanti abis makan kita bercinta lagi sampai sore...."<br />
<br />
"Mmmm..." Mas Har menggeliat, "sudah jam berapa, istriku?"<br />
<br />
"Jam satu, suamikuuuu.....", jawabku genit....<br />
<br />
"Makan-nya di ruang makan, yok Mas, nggak usah pakai baju nggak apa-apa, kan pintu-pintu dan korden-korden sudah Mbak Sari tutup tadi...."<br />
<br />
Dengan bugil bulat, kami berdua bangun dan berjalan ke ruang tamu, sambil Mas Har menggendong/mengangkatku ke ruang tamu.<br />
<br />
"Edhian tenan, koyok penganten anyar wae....." kataku dalam hati.... ("gila benar, seperti pengantin baru saja")....<br />
Selesai makan siang, Mas Har kembali menggendongku ke kamar, sambil<br />
kuelus-elus penis Mas Har yang sudah mengeras seperti batang kayu lagi.....<br />
<br />
Direbahkannya diriku dengan hati-hati di atas ranjang cinta kami. Aku segera mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan, supaya Mas Har juga mengambil posisi miring ke kiri, sehingga kami berhadap-hadapan....<br />
<br />
"Mas sayaaang, kita senggama dengan posisi miring seperti ini, ya....., lebih terasa lho gesekan penis Mas Har di dalam vegie Mbak Sari nanti," ajakku untuk membangkitkan rangsangan pada Mas Har....<br />
<br />
Kami tetap berposisi miring berhadap-hadapan sambil berciuman kuat dan mesra. Kali ini Mas Har lebih aktif mencium seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, payudara-kiriku kuisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut.....<br />
<br />
Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya bergerak lagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang vegieku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat..., kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr.... kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari vegieku...<br />
<br />
"Mas, masukkan sekarang, Masssss..... Mbak Sari udah nggak tahaaaannnn......", pintaku manja.....<br />
<br />
Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi, kugenggam penisnya dan kusorongkan lembut ke lubang kenikmatan.....<br />
<br />
"aaaaahhhhhh......." lenguhan kami kembali terdengar lebih seru.... Penis Mas Har baru masuk setengahnya dalam vegieku, dimajukannya lagi penisnya, dan kumajukan pula vegieku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa.....<br />
<br />
"Mas sayaaaang... maju-mundurnya barengan, ya.....", ajakku sambil mengajari teknik senggama yang baru, kunamakan gaya ini "Gaya Miring", dengan gaya ini kami berdua bisa sama-sama goyang, tidak sepihak saja.....<br />
<br />
Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba.... rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah.... Kulihat Mas Har merem-melek, demikian juga dengan diriku, penis Mas Har dengan irama teratur terus menghujam-mantap berirama di dalam liang kenikmatanku..... vegieku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya.....<br />
<br />
"Aduuuuhhhh, Maaaaassssss, enaaaaakkkkkkk........", aku agak berteriak sambil mendesis.......<br />
<br />
Air mani Mas Har belum juga muncrat, luarbiasa kuatnya kekasihku ini.....<br />
<br />
"Ganti gaya, Maaaasssss.... cabut dulu sebentar....." ajakku lagi, sambil kuputar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya, Mas Har memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tetekku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi penisnya memasuki vegieku......<br />
<br />
"aaaaaaaaahhhhhhhhhhh.... enak, Mbak Sariiiiii......., gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii....." Mas Har mendesah nikmat.....<br />
<br />
Kali ini aku hanya diam, sedang Mas Har yang lebih aktif memaju-mundurkan penisnya yang belum muncrat-muncrat juga air-maninya......<br />
<br />
......Sudah jam setengah-tiga, hampir satu jam dengan dua gaya yang baru ini......<br />
<br />
"Mbak Sari, siap-siap yaaa.... rudalku hampir nembak...."<br />
<br />
Kupeluk erat guling, dan Mas Har semakin mempercepat irama maju-mundurnya......<br />
<br />
"Aaah, aaah, aaahh...." Mas Har mendesah sambil mengeluarkan air maninya dengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding-dinding rahimku..... setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku.....<br />
<br />
"Aaaaaaaa........." aku berteriak panjang sambil kusemburkan juga air vegieku......<br />
<br />
Tenaga kami benar-benar seperti terkuras, getaran cinta kami masih terus terasa..... tanpa melepaskan pelukan dan juga penisnya, masih dengan posisi miring, kami tertidur lagi beberapa menit... sampai semua getaran mereda.....<br />
<br />
Jam tiga sudah lewat.... berarti masih bisa satu ronde lagi sebelum Ibu Sum dan kakak-kakak Mas Har pulang dari kerja.....<br />
<br />
"Mas, bangun, Mas.... sudah jam tiga lewat..... saya kan mesti membereskan kamar ini, mandi dan berpakaian sopan seperti biasanya bila ada Ibu....."<br />
<br />
"Mandi bareng, yok..... di sini aja di kamar mandiku, ada air hangatnya kan?" ajaknya....<br />
<br />
Dicabutnya penisnya dari lobang vegieku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya...... Aku pun segera bangun dan menarik tangannya, Mas Har bangkit dan memelukku, menciumku, menggelitiki tetek dan vegieku, kembali birahiku naik..... Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat.... Dengan posisi berdiri kembali penis Mas Har mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke vegieku. Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami bersenggama lagi...... bagai geregetan, Mas Har kembali menggerakkan penisnya maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa.....<br />
<br />
"Mas, sabunan dulu, ya sayaaaanggg....", tanpa melepaskan kedua alat kelamin kami, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka-rangsangan....<br />
<br />
"Lepas dulu, ya sayaaanggg.... kuambilkan handuk baru untuk kekasihku.....", Mas Har melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya... Selesai handukan, aku bermaksud mengambil dasterku untuk berpakaian, karena kupikir persenggamaan hari ini sudah selesai.....<br />
<br />
"Eiittt, tunggu dulu, istriku..... Rudalku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di liang hangat cinta kita......"<br />
<br />
......Edhiaaan, mau berapa kali aku orgasme hari ini..... kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air vegie sedari pagi tadi......<br />
<br />
Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang... biar Mas Har menindihku dari atas.....<br />
<br />
Kami bersenggama lagi sebagai hidangan penutup..... dengan "Gaya Sederhana" pria diatas wanita dibawah, melambangkan kekuatan pria yang melindungi kepasrahan wanita.... Mas Har terus menggoyang penisnya maju-mundur.....<br />
<br />
Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang Mas Har masih terus dengan mantapnya maju-mundur begitu kuat.....<br />
<br />
"Mas Har, Mbak Sari sudah mau keluar lagiiiiii......", kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku.....<br />
<br />
"Mbak, aku juga mau keluar sekarang......", dalam waktu bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing-masing......<br />
<br />
"Enaaaaaaaaaaakkkkkkk, Mas Haaaaaarrrrrr......."<br />
<br />
"Puaaaaassssss, Mbak Sariiiiii.........."<br />
<br />
Mas Har langsung ambruk di atas tubuh telanjanganku, waktu sudah hampir jam empat..... semua sendi-sendiku masih bergetar semuanya rasanya.....<br />
<br />
"Mas, sebentar lagi Ibu pulang, Mbak Sari mau siap-siap dulu ya, sayaang..."<br />
<br />
Mas Har segera bangkit sekaligus mencabut penisnya.... "Hari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidupku, Mbak Sariii... Bagaimana aku akan sanggup melupakannya?"<br />
<br />
Kupakai dasterku, kukecup lagi kedua pipi dan bibir Mas Har.... segera aku lari menuju kamarku, membersihkan air mani Mas Har yang masih menetes dari lubang vegieku yang agak bonyok.....<br />
<br />
Kukenakan celana dalam, rok dalam, beha, rok panjang, dan blus berlengan panjang, rambut kusisir rapi, kusanggul rapi ke atas.... semua ini untuk "mengelabui" Ibu Sumiati dan kedua kakak Mas Harianto, untuk menutupi sisi lain kehidupanku sebagai seorang Ratu Senggama.<br />
<br />
Demikianlah... selanjutnya hari-hariku selalu ku isi dengan persenggamaan yang kian hari kian liar, kian panas, dan kian bervariasi dengan Mas Har, pangeran cintaku yang tampan dan perkasa. Pertempuran kami berlangsung di banyak tempat di seluruh penjuru rumah... bahkan tak jarang Mas Har sengaja mencegatku di saat-saat aku berbelanja keperluan bulanan di Pasar Kota. Hotel dan Losmen yang ada di kota selalu menjadi tempat persinggahan kami untuk menuntaskan dendam birahi kami...<br />
Hanya saat Mas Har harus kuliah dan saat dia mengantar hasil job-job sampingannya saja yang dapat menunda pertempuran kami...<br />
Mas Har memang ngotot mengambil job sampingan yang bisa tetap dikerjakan di rumah, karena dia ngotot ingin menabung supaya bisa membeli rumah sendiri dan membiayai kehidupannya kelak dengan calon istri tercintanya....... aku.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-42048390119426488682011-02-15T06:16:00.000-08:002011-02-15T06:16:09.029-08:00Vira - RikaAku Rama. 21 Tahun. Mahasiswa.<br />
Kostku berada di daerah Ketandan. Sisi timur Yogyakarta. Daerah yg penuh dengan pengamen, pengasong, juga wong2 kere lainnya. Sedikit info, di seputar perempatan Ketandan terdapat tem2an (tempat ngetem) bus Jogja-Wonosari, Jogja-Solo dan beberapa jalur bus kota.<br />
Bulan keduaku di Ketandan, aku berkenalan dengan banyak pengamen disana. ngomong punya ngomong, akhirnya beberapa diantara mereka mengajakku untuk ikutan ngamen di tem2an bus Wonosarian. Rata2 setiap bis ngetem 5 menitan. Cukup buat menyanyikan 1-2 lagu, kemudian meminta beberapa keping receh. Setiap hari berlalu dengan menyenangkan. Bernyanyi dan bernyanyi.<br />
<span class="fullpost"> <br />
3 bulan aku ngamen di bus wonosarian, satu kesimpulan besar yang dapat kutarik. Penumpang Jogja-Wonosari 50% didominasi oleh guru dan PNS. 20% anak sekolah, 20% Pegawai toko/pabrik, sisanya yo orang2 desa........... Jadi......kalo ngamennya jam 7-8 pagi, penumpangnya ya itu2 saja. Guru, PNS dan anak sekolah. 3 bulan disana, sebagian besar wajah2 mereka sudah sangat akrab diingatanku.<br />
Namanya pengamen, tentunya di atas bis KAMILAH artisnya so.....karena merasa artis, maka pede aja kalo kami mengganggu, menjawil atau mencolek cewek2 yang berada di atas bis. Dari goda menggoda inilah, aku kenal dengan Vira. Kelas 2 SMK. 168 cm, 50 kg, 34 C (kurang lebih lo...). Selidik punya selidik, Vira pindahan dari Jakarta.<br />
Pertengahan Maret............Vira nge-SMS aku seperti ini,<br />
"mas rama ngamen gak ?"<br />
"iya.....ini lagi di tem2an. Emangnnya kenapa ?" balasku<br />
"nanti tak ceritaiin deh. pulang sekolah tunggu aku di tem2an yo........."<br />
Jam 1 lebih, Vira muncul di nongol bersama seorang temannya. masih menggunakan rok abu2, tapi atasannya sudah diganti kaos.<br />
"ada apa ?" sapaku duluan<br />
"nggak papa kok. pengen main aja ke kosnya mas rama", jawabnya<br />
"oalah..............tak pikir amu minta bantuan apa......."<br />
Vira tersenyum. Ada lesung pipi di pipi kirinya. Temannya juga ikut tersenyum.<br />
"tapi nggak nanggung kalo ada apa2 di kos lo....."<br />
"O....................dasar KUCING GARONG....." terdengar teriakan teman2ku. Nggak tak gubris. kami pun berlalu<br />
Kosku tidak terlalu jauh dari tem2an. Vira memperkenalkan temannya, sembari kami berjalan menuju kos. Rika. 2 SMK. Sedikit lebih pendek dari Vira. 34 C (ini juga kurang lebih lo....)<br />
"ya beginilah kamarku. jangan diejek............". aku memepersilahkan mereka masuk. Aku melepaskan kaos yang kupakai begitu masuk ke kamar. maklum udara jogja saat itu panasnya NAUZUBILLAH.......lagian sama anak2 bau kencur ini kok mesti malu2 yo.......<br />
"ada angin apa kok tiba2 pengen main kesini. kemarin2 tak ajak nggak mau...". mereka berdua berpandangan. Tersenyum. Aku bingung.<br />
"ya gpp. Emangnya gak boleh po...?" jawab Vira<br />
"Ya boleh banget sih. Tapi kan aneh aja......"<br />
Mereka berpandangan lagi. Vira kemudian mengambil posisi tepat disebelahku. Aku berbaring menyamping, menghadap mereka berdua.<br />
"Begini mas....................jujur2 aja yo...........hmmmmm......", Vira diam sebentar. Aku memandangnya, menunngu apa kata2 selanjutnya...<br />
"Begini mas.............kita lagi pengen banget.............", suaranya lebih tepat dibilang berbisik........."soale semalam kan sama Rika nonton BF dirumah......mau nyari teman mainnya bingung nih".<br />
Ups.............apa2an nih...............otomatis dong senjataku langsung ON mendengar ada musuh yang mau menyerang<br />
"Tolong dong mas..........!" Vira mencubit hidungku.<br />
Aku melihat matanya. Vira tersenyum. Anak2 jaman sekarang ternyata Ruarrrrrrrr biasaaaaaaaaaaa. Udah minta tolong yang saru2.........pake maksa lagi...<br />
"kalo gak mau gimana.......", aku menjulurkan lidah tepat di depan mukanya. Kaget aku tiba2 Vira menyambar lidahku dengan mulutnya, otomatis kami langsung berpagutan. Vira memainkan lidahnya dengan liar, aku sampai hampir kehabisan nafas.<br />
"Vir....pintunya dikunci dulu.........", aku berbisik kepadanya. Vira cukup berdiri untuk mengunci pintunya. Dia kemudian menyerangku lagi. Benar2 lagi BT (Birahi Tinggi.....). Vira kemudian menindihku. Kedua tanganny menjambak rambutku. Gumpalan dadanya terasa kenyal menempel didadaku. Tanganku mencari pantatnya. mengelus-ngelus dari luar roknya. perlahan kemudian roknya kutarik sampai kepinggang. telapak tanganku terus bermain di kulit pantatnya. aku meremas2 dengan gemas. sedang senjataku sudah semakin keras tertindis perutnya.<br />
Vira tiba2 melepas bibirnya................<br />
"ayo rik........kok malah nonton....."<br />
aku tersenyum mendengar kata2nya. Vira kemudian meloloskan kaosnya melalui kepala. Diikuti branya yang berwarna biru muda. kontan aku menelan ludah melihat gunung kembar yang terpampang dihadapanku. putingka kecil berwarna merah agak coklat.<br />
"ayo rik.....", seru Vira lagi. Rikapun melepas baju seragamnya. buah dadanya lebih kecil dari punyanya Vira. spontan aja tanganku mengocok senjataku dari luar celana.<br />
"uh.................."eluhku<br />
Vira menurunkan celana dalamnya. roknya masih melingkar di pinggangnya. sungguh pemandangan yang sangat seksi. daerah vaginanya tercukur rapu. aku menelan ludah lagi. belum sempat aku melihat punyanya Rika, Vira sudah menindihku kembali. dadanya serasa memenuhi seluruh dadaku. sensasinya........... tanganku langsung mencari belahan di selangkangannya. aku menggesek2nya dengan sangat perlahan.<br />
"mas..................ssss.....dicepetin mas..........". kulit mukanya semakin merah, tanda dia sudah sangat terangsang. karena jari2ku tetap mengesek2 dengan perlahan, akhirnya Vira yang menggerakkan pantatnya maju mundur, mencari sensasi yang lebih.<br />
Di bawah, aku merasa Rika mulai menurunkan celana panjangku, kemudian CD ku. Senjataku kini menjulang bebas. tidak lama kemudian, aku merasa senjataku disedot oleh benda basah...........<br />
"uh.....enak banget...rik...........". Meski tidak terkesan mahir, kuluman Rika di penisku bagaimanapun terasa sangat enak....terkadang masih terkena giginya. 2 menitan Rika menyedot kontolku, aku merasa sudah santa ON.<br />
"Vir, masukin ya sekarang...........",bisikku ditelinganya<br />
"iya mas, Vira juga udah gak tahan....."<br />
Vira membimbing kontolku ke memeknya. perlahan-lahan ia menurunkan pantatnya. kontolku pun menerobos vaginanya tanpa hambatan, sampai amblas semuanya.<br />
"ayo Vir, genjot yang cepat...........memek kamu enak banget....."<br />
"kontolmu juga enak mas.............ah........ah........"Vira meracau gak karuan. dengan posisi dia diatas, aku bisa menebak dia bakaln keluar duluan Rika kemudian memposisikan memeknya tepat di atas mulutku. bulu2nya lebat. mereka berdua posisinya berhadapan. saling melumat........aku sudah tidak bisa melihat selanjutnya, karena aku sibuk menjilati memeknya rika. kusedot2 kelentitnya, sampai rika mendesah2 gak karuan.<br />
"mas terus.........jilat terus mas.........enak.....banget....",<br />
kedua tanganku memegang rok dipinggang Vira. Ikut mengatur ritme, ya supaya jangan keluar duluan. kan sayang banget, musuhnya masih ada satu lagi . lima menit, Vira mempercepat genjotannya. keringatnya terasa menetes di perutku. semakin cepat dan semakin cepat..........<br />
"mas ditekan mas........sssssss.........vira mau keluar........"<br />
aku mengimbangi gerakannya. menekan kontolku keatas sekeras mungki. sampai beberapa kali terasa mentok dirahimnya.<br />
"ah.......ah.......Vira keluar mas.........tekan maaaaaaaaaaaaasssssssssss". Vira ambruk di sampingku. kontolku basah dengan cairan kewanitaannya.<br />
Rika kusuruh nungging. akku mengarahkan kontolku dan menusuknya dengan keras.<br />
"mas.......sakit mas...pelan2......"ringis rika<br />
kontolku baru masuk setengah. aku mendiamkannya sejenak.<br />
"kok memekmu sempit banget to rik......"<br />
"uda lama nggak dimasukin sih mas........."<br />
kudorong sedikit demi sedikit kontolku. akhirnya masuk semuanya. jepitan memeknya, luar biasa. jauh lebih kencang dari punyanya Vira. aku mulai menggenjotnya. tangan kananku meremas2 susunya, sedang tangan kiriku, memilin2 kelentitnya Vira yang terbaring terlentang disampingku.<br />
"aduh.....Vira kan masih capek, kok sudah dijahilin lagi sih....."<br />
"yo siapa suruh segitu aja sudah KO".<br />
tanganku tetap bermain di kelentitnya. sekali2 aku menyusupkan 2 jari kedalam memeknya.<br />
Lima menit kugenjot Rika dari belakang, tubuhku penuh dengan keringat.<br />
"terus mas........terus....enak banget....." Rika meracau<br />
Kucopot kontolku dari memeknya. kusuruh Vira mengulumnya. Vira mengulum kontolku dengan sangat mahir. sedotan2nya, ditambah kocokan tangannya di kontolku...........uh................aku memegang kepalany dan menggerakkannya maju munjur. "vir sedot yang kuat.........ah...........enak banget .....". aku nggak mau berlama2 dengan sedotannya Vira, sebab yakin nggak sampai 1 menit pasti aku bakalan jebol dengan kuluman seenak itu.<br />
Rika sudah tidur terlentang. kakinya dikangkang lebar2. aku mengarahkan batangku ke lubang memeknya. kutekan dengan keras.<br />
"ah............mas..............." aku menggenjotnya dengan tempo tinggi. Rika melingkarkan kakinya di pundakku. batangku benar2 masuk sampai yang terdalam.<br />
"terus mas........terusssss............hmmmmmmmm.......'<br />
aku merasakan cengkeraman tangan Rika dipundakku semakin keras. pertanda dia sudah mau klimaks. aku ya sudah tidak lama lagi. jepitan memeknya benar2 buat aku kewalahan.<br />
"Tekan mas...........tekan....Rika mau keluar.........."<br />
"aku juga Rik..........."<br />
"mas rika keluarrrrrrrrrrrrrr.........rrrrrr................ ..."<br />
spontan aku mencabut kontolku dari memeknya. mengocoknya di hadapan Vira. Vira menjulurka lidahnya sampai menyentuh kepala kontolku........<br />
"Vir..mas keluar.........rrrr....."<br />
Crot..........crot...........crot............air maniku memenuhi mukanya, sebagian masuk kemulutnya. aku ambruk diantara mereka berdua.<br />
Suasa hening...........<br />
"baru jam 3 lo mas.........", Vira menggodaku nakal. mukanya persis di depan mukaku. aku hanya tersenyum. Dasar ABG - ABG jaman sekarang...........</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-59043863856382819462011-02-15T06:15:00.002-08:002011-02-15T06:15:33.728-08:00Bu BROTO dan Mbak RESTYPerselingkuhanku dengan bu Broto sudah berlangsung mulus selama 3 bulan. Kami sepakat, untuk menjaga keamanan nasional, kami melakukannya hanya setiap Sabtu pagi disaat aku ngga pulang kampung. Kini bu Broto melakukannya sudah tidak sungkan2 lagi. Lebih gilannya lagi setiap Jumat malam Sabtu aku diminta mengintip dia bersetubuh dengan suaminya. Untuk memperlihatkan bahwa dia ngga pernah orgasme dengan suaminya yang hanya sebentar dan langsung tidur.<br />
<br />
Seperti halnya yang kami lakukan Sabtu pagi ini. Kami melakukan dengan penuh nafsu. Permainan bu Broto kini semakin berani, dia sudah mulai mahir memainkan lidahnya dikemaluanku. Diapun sudah ngga malu2 lagi mendesah keenakan dan mengerang disaat orgasme. Untung rumah sepi jadi suara kami tidak terdengar oleh siapa2. Hampir dua jam kami melakukannya pagi ini. Aku sampai dua kali ejakulasi sedangkan bu Broto lebih dari 6 x.<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Setelah selesai kami melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri dengan hanya bertelanjang bulat. Baru saja kami menutup kamar mandi, tiba2 terdengar agak keras orang mengetuk pintu. Aku terkejut, "Wah, jangan2 pak Broto pulang, tapi kok suara Vespanya ngga kedengaran..." Aku langsung memakai celana pendek dan kaosku dan segera keluar kamar mandi, sedang bu Broto tetap didalam pura2 sedang BAB. Baru selangkah dari pintu kamar mandi kembali terdengar TOK, TOK, TOK !!<br />
Kini suaranya lebih keras dari yang pertama, " Ya.. sebentar " teriaku sambil berlari kearah pintu depan dan saat aku melewati kamar bu Broto yang berantakan aku sempatkan menutup pintunya.<br />
<br />
Pintu depan segera aku buka (ternyata kami lupa menguncinya) dan didepan pintu ternyata berdiri seorang wanita berwajah manis berkulit bersih (sedikit lebih gelap dari warna kulit bu Broto) mengenakan celana jeans ketat yang membungkus pantat dan paha yang masih indah dengan paduan baju longggar berwarna krem dengan assesori ikat pinggang besar. Dari wajahnya, usianya sekitar diatas 40 an. Disampingnya ada sebuah koper pakaian. Kayaknya baru datang dari luar kota.<br />
" Mana mbak Tati (nama bu Broto) ?! " tanyanya agak keras, seperti orang kesal.<br />
" Maksud mbak bu Broto ? beliau sedang dikamar mandi, mbak siapa ya ? " tanyaku masih mencoba bersopan santun.<br />
" Saya Resti adiknya mas Broto yang dari Surabaya " jawabnya ketus.<br />
" Oh, eh silakan masuk mbak Resti.." aku agak gugup dan mempersilakannya masuk.<br />
" Siapa de Budi ? " tiba2 bu Broto berteriak dari belakang setelah keluar dari kamar mandi dan melangkah keluar " Waah ada tamu jauh to, loh Res, kamu mau datang kok ngga kasih kabar dulu biar kami jemput, de Budi ini Resti adik kandung satu2nya pak Broto, Resti ini Budi yang kos disini...eh de Budi tolong bawain kopornya mbak Resti ke kamar tengah. " mereka pun berpelukan saling menyapa dan akupun menenteng kopor mbak Resti ke kamar tengah selanjutnya aku kekamar mandi dan pura2 tiduran membiarkan mereka saling kangen2an akhirnya akupun tertidur beneran bangun2 ketika ada yang mengetuk pintu kamarku " de Budi, de Budi..." suara pak Broto memanggilku dan melihat jam dinding baru jam 11.17 padahal biasanya pak Broto pulang sekitar jam 1, aku kaget dan bingung " Wah ada apa lagi nih, jangan2 pak Broto tahu hubunganku dengan istrinya dan dia panggil adiknya untuk menyelesaikannya...wah gawat nih " pikirku bingung tapi tanganku tetap membuka pintu kamarku " Wah maaf nih de Budi bapak ngganggu istirahatnya, anu...bapak mau ke Cirebon sama atasan bapak sampai hari Rabu dan ditunggu di Terminal, tolong anterin bapak ya de Budi, nanti Vespanya de Budi bawa pulang. " kata pak Broto dan membuat hatiku lega,<br />
" Bisa, bisa pak sebentar saya cuci muka dan ganti baju dulu..." jawabku spontan.<br />
" Ya de Budi makan dulu saja baru kita berangkat..."<br />
Setelah mengantar pak Broto aku ngga langsung pulang, tapi nonton bioskop dulu, pulang2 jam 5.30 sore dan langsung mandi, aku sekilas melihat bu Broto dan mbak Resti lagi ngobrol sambil nonon TV.<br />
" De Budi sini dulu de " bu Broto memanggilku dari dalam saat aku keluar dari kamar mandi.<br />
" Ya sebentar bu, " jawabku sambil masuk kamar dan menyisir rambutku kemudian mendekati mereka yang sedang duduk disofa panjang yang memang satu2nya tempat duduk depan TV.<br />
" Ini, Resti mau bicara denganmu" kata bu Broto begitu aku berdiri didekat mereka dan aku lihat mbak Resti yang mengenakan piyama batik dan kelihatan lebih segar dari ketika dia datang, menggeser duduknya supaya aku bisa duduk disampingnya dan dia sekarang berada ditengah. " Silakan duduk disini de Budi " dan akupun duduk disampingnya.<br />
" Begini de Budi, saya adalah teman dari kecil dengan mbak Tati, usia kami hanya beda 1 tahun, saya lebih muda dan saya menganggap dia sebagai kakak kandungku sendiri dan diantara kami sudah ngga ada lagi rahasia2an dan mas Broto juga mengenal mbak Tati ini sejak kecil walaupun mereka tidak akrab. Saya tahu, mbak Tati ini orangnya sangat setia pada suami..." kata mbak Resti begitu aku duduk disebelahnya dan kata2 terakhirnya yang terputus membuatku berdebar2 dan aku hanya bisa diam menanti lanjutannya.<br />
" Saya benar2 bingung dan kaget dia bisa berselingkuh dengan de Budi..." kembali kata2nya terhenti dan matanya tajam menatapku yang kaget dan kebingungan.<br />
" Mmmaksud mbak...? " aku pura2 bloon dan mataku minta bantuan ke bu Broto, tapi dia asyik nonton TV.<br />
" Saya tahu apa yang terjadi tadi pagi karena pintu depan lupa dikunci begitu juga kamar tidur yang terbuka sehingga aku bisa nonton adegan seru kalian dan tadinya aku ngga percaya sama mbak Tati tapi tadi kami sudah ngobrol dan ternyata kami mempunyai masalah yang sama . " lanjut mbak Resti<br />
" Sudah 2 tahun lebih suamiku menderita diabetes kronis dan dia sudah ngga bisa berbuat apa2 denganku..." suara mbak Resti mulai pelan<br />
" Sekarang aku mau buat kesepakatan dengan de Budi, aku akan diam tidak melaporkan ke mas Broto tapi de Budi harus melakukan yang sama seperti de Budi melakukan mbak Tati, mau ? "<br />
Kembali mataku minta pertolongan bu Broto, kali ini dia menolongku, sambil tersenyum dia mengangguk2an kepalanya tanda setuju tapi timbul keisenganku sama mbak Resti.<br />
" Terus saya harus berbuat apa ? " aku pura2 bertanya<br />
Tiba2 mbak Resti mendekati telingaku dan berkata pelan " aku juga ingin dipuaskan seperti mbak Tati tadi pagi " tangan kanannya langsung mengelus kemaluanku yang hanya mengenakan celana pendek tanpa CD. Tangan kananku langsung menarik pinggangnya sehingga mbak Resti duduk dipangkuanku dan mbak Resti langsung menciumi bibirku tanpa ada perasaan risih ada bu Broto disampingnya, sedangkan bu Broto hanya pura2 batuk " ehem...ehem...dah sana didalam..."<br />
Tapi mbak Resti ngga nggubris dia terus mencium bibirku penuh nafsu terdengar dari nafasnya yang memburu, aku melirik ke bu Broto dan dia nampak tegang sambil pura2 nonton TV tapi matanya sebentar2 melirik kearah kami. Aku yakin baru kali ini dia melihat secara langsung sepasang laki2 dan perempuan berciuman dengan penuh nafsu apalgi kini mbak Resti sudah membuka baju piyamanya dan pantatnya terus digayang2kan di kemaluanku, ternyata dia ngga pakai bra sehingga payudaranya yang berkuran sedang dan sudah mulai turun menantang untuk diraba dan dihisap, sesaat aku perhatikan ada yang berbeda dengan punya bu Broto, puting payudara mbak Resti masih kecil kayak wanita yang belum punya anak, tangan kananku mulai meraba payudaranya ternyata masih kenyal. "...aahh..." desahnya disaat tanganku meraba payudaranya dan tangan kirinya membantu menekan tanganku supaya aku meremas lebih keras payudaranya, tangan kanannya menarik kepalaku supaya aku menghisap payudara kirinya dan desahannyapun makin keras disaat lidahku menjilat2 di putingnya. Sambil menjilat mataku melirik bu Broto yang semakin gelisah tapi aku ngga peduli lidahku terus aku mainkan di payudara mbak Resti dan membuat dia semakin bernafsu. Kini dia turun dari pangkuanku dan berlutut didepanku dan tangannya langsung melorotkan celana pendeku hingga terlepas dan tentu sala kemaluanku yang sudah tegang dari tadi langsung menyembul keluar sebentar mbak Resti mengelus2 kemaluanku dan dia menarik sedikit posisi duduku supaya lebih melorot dan dia mengarahkan mulutnya kearah biji pelerku dan lidahnya bermain2 disini, permainan lidah mbak Resti lebih berpengalaman dari bu Broto terasa lebih halus demikian juga saat lidahnya mulai bermain dibatang kemaluanku sampai aku ngga bisa nahan suara kenikmatanku "...aagghhh..." dan ketika sambil menahan nikmat tanganku meraih tangan bu Broto yang sedari tadi terlihat hanya tegang aku merasakan tangannya sedikit gemetar dan saat dia menoleh kearahku aku melihat mukanya agak merah, ngga tahu apa karena malu atau nafsu atau karena keduanya. Sebentar bu Broto memandangku dan aku menarik tangannya supaya dia lebih mendekat kearahku dan diapun menggeser duduknya dan aku bisa meraih bahunya kemudian mencium bibirnya yang juga gemetar tapi dia langsung membalas ciumanku dan nafasnya makin memburu saat tangan kananku meraih payudaranya yang juga tanpa bra dan kami bertigapun sudah sangat dibakar nafsu birahi.<br />
Sesaat kemudian kami bertiga sudah tidak ada lagi yang mengenakan pakaian dan sudah pindah kekamar bu Broto, yang lebih agresif adalah mbak Resti, mungkin karena sudah lebih dari 2 tahun dia ngga dipuaskan suaminya jadinya sekarang seperti kehausan. Kini dia sudah berbaring di tempat tidur dan minta aku menyetubuhinya, tapi aku mau membuat dia lebih bernafsu supaya cepat orgasme karena ku masih menghadapi lawan satunya yakni bu Broto. Aku memang merangkak keatas tubuh mbak Resti sedang bu Broto kembali sebagai penonton, aku hanya mencium sesaat bibirnya kemudian lidahku merayap ke payudaranya sebenta bermain dikedua payudaranya sambil tangan kananku mengelus gundukan memeknya yang berbulu tipis, jilatanku merayap keperutnya dan bermain dipusarnya kemudian ke selangkangannya tapi aku ngga menjilat memeknya membuat mbak Resti penasaran, aku justru membalikan tubuh mbak Resti supaya tengkurap dan aku menciumi punggungnya terus turun ke kedua bongkahan pantatnya disini kadang aku menggigit pelang pantatnya membuat desahannya semakin keras aplagi saat lidahku mulai bermain dipaha bagian dalamnya dengan sedikit gigitan kecil membuat dia mengangkat pantatnya minta memeknya yang sudah sangat basah untuk dijilat dan tidak langsung menjilat memeknya aku terus menjilat bagian samping luar memeknya dan ini membuat pantatnya lebih tinggi terangkat dan pahanya lebih lebar terbuka dan akupun mulai memasukan kepalaku diantara kedua pahanya sambil mengadah keatas menghadap memeknya dan mulai menjilat klitnya dan cairan kentalnyapun makin banyak keluar sampai menetes ke daguku. Kedua tangan mbak Resti meremas sprei dan mulutnya terus mendesis bagai ular tiba2 tangannya menarik paha bu Broto dan mulutnya langsung menyergap memek bu Broto yang juga sudah basah, tiba2 mulut mbak Resti mengerang dan pantatnya memeknya ditekankan kuat2 ke mulutku sambil badannya bergetar "..bbud aku kkluarr.." dan dagukupun semakin basah tersiram lendir mbak Resti yang banyak mengeluarkan lendir. Sesaat diapun tergeletak dikasur dengan nafas memburu sedang bu Broto yang dari tadi juga sudah naik nafsunya oleh jilatan maut mbak Resti langsung naik diatas tubuhku memasukan kemaluanku ke liang memeknya dan langsung menggoyang dari atas. Ruapanya mbak Resti ingin membuat sensasi lain dia kembali bangun dan meraih payudara bu Broto dan langsung menghisapnya membuat bu Broto berteriak kecil menahan nikmat dan tangan kiriku yang nganggur langsung mengarah ke memek mbak Resti yang sedikit terbuka dan langsung aku masukan kedalamnya, memek mbak Resti sangat licin akibat orgasme tadi dan akibat sentuhan jariku dimemeknya nafsu mbak Resti bangkit lagi dan diapun menjilat payudara bu Broto dengan sangat bernafsu membuat bu Broto semakin tinggi melambung dan sebentar kemudian goyangannya semakin liar dan semakin liar dan diapun mencapai klimaksnya dan ambruk yang segera diaganti mbak Resti . Kali ini mbak Resti memperlihatkan kemahirannya diatas ranjang dimenggoyang dengan lembut tapi pasti membuat kemaluanku seakan dipijat2 dan dan membuat aku tidak tahan untung rupanya mbak Resti bukan pemain yang lama diapun sudah tidak beraturan goyangannya dan akhirnya aku keluar duluan disusul beberapa detik kemudian mbak Restipun orgasme. Dan kamipun tertidur kecapaian.</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-22176053936989776572011-02-15T06:15:00.000-08:002011-02-15T06:15:05.887-08:00"citra gangbang rape di tempat parkir"Nama saya Citra (samaran), dan saya adalah mahasiswa semester<br />
5 di salah satu universitas swasta ternama di bilangan Jakarta<br />
Pusat , dan apa yang akan saya ceritakan disini adalah kisah<br />
yang terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.<br />
Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika<br />
semester lima, bagaimana tidak, hari itu aku ada tiga mata<br />
kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yang<br />
terakhir mulai jam lima sampai jam 7 malam, belum lagi kalau<br />
ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan<br />
tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan<br />
teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa<br />
enam orang dan Pak Didi, sang dosen.<br />
<span class="fullpost"> <br />
"Bareng yuk jalannya, parkir dimana Citra ?" ajak Dimas "Jauh<br />
nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi"<br />
Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan<br />
kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak<br />
jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia<br />
ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke<br />
tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman<br />
seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku.<br />
Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan<br />
selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal<br />
sebagai buaya kampus.<br />
Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat<br />
parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote<br />
mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya.<br />
Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas<br />
yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.<br />
"Eeii... mau ngapain kamu ?" tanyaku sambil meronta karena<br />
Dimas mencoba mendekapku.<br />
"Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan<br />
badan nih, saya kangen sama vagina kamu nih" katanya sambil<br />
menangkap tanganku.<br />
"Ihh... nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di<br />
tempat parkir gila !" tolakku sambil berusaha lepas.<br />
Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu<br />
mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu<br />
meremasnya. "Dimas... jangan... nggak mmhhh!" dipotongnya<br />
kata-kataku dengan melumat bibirku.<br />
Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap<br />
kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai<br />
menelusup ke balik BH- ku. Nafsuku terpancing,<br />
berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan<br />
menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka<br />
mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu<br />
telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain<br />
dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan<br />
cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan.<br />
Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini<br />
aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada<br />
lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira<br />
setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan<br />
mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi<br />
tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan<br />
berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia<br />
membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih<br />
mulus dan celana dalam pink-ku.<br />
"Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi<br />
nih" katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai<br />
mengelusnya.<br />
Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu<br />
dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat.<br />
Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai<br />
menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular<br />
di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah<br />
nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan<br />
pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan<br />
badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin<br />
jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan<br />
wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.<br />
Dan... oohh... rasanya seperti tersengat waktu lidahnya<br />
menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana<br />
dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya<br />
menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.<br />
Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah<br />
dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat,<br />
goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana.<br />
Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di<br />
tengah gelombang birahi ini, tiba- tiba kami dikejutkan oleh<br />
sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku.<br />
Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan<br />
melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela,<br />
begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari<br />
selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh<br />
kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya<br />
sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan<br />
memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka<br />
kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik<br />
dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.<br />
Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus<br />
dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal<br />
itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di<br />
antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan<br />
sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya<br />
mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan<br />
berumur 40-an itu lalu berkata,<br />
"Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu<br />
buat biaya tutup mulut ?"<br />
Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak<br />
jauh dari selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup<br />
gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap<br />
membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak<br />
keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu<br />
akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal<br />
kencang.<br />
"Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar<br />
saya saja yang beresin" kataku<br />
"Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya<br />
jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !"<br />
Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau<br />
tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga<br />
menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi,<br />
lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan<br />
pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka<br />
ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung<br />
koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet<br />
pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala,<br />
cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya<br />
pikirku.<br />
"Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik<br />
kita ngerjain cewek kamu !" perintah yang tinggi itu pada<br />
Dimas.<br />
Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku<br />
menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka<br />
membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku<br />
serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan<br />
punggungku ke tembok.<br />
Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas<br />
kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan<br />
40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama<br />
Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.<br />
"Hehehe... cantik, mulus... wah beruntung banget kita malam<br />
ini !" katanya<br />
"Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?" tanya Pak Romli<br />
sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga<br />
pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku<br />
berdesir dielus seperti itu.<br />
"Citra" jawabku dengan agak bergetar.<br />
"Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya<br />
juga indah" Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.<br />
"Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?" pinta Pak Romli<br />
memajukan wajahnya<br />
Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan<br />
satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.<br />
"Ahh...non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma<br />
ngecup aja sih, gini dong harusnya" Kata Pak Egy seraya<br />
menarik wajahku dan melumat bibirku.<br />
Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas<br />
menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas<br />
payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling<br />
menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini<br />
mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya.<br />
Aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas<br />
sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana<br />
kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka<br />
mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku<br />
dan merabai pahaku.<br />
Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya,<br />
dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah<br />
dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung<br />
diturunkan.<br />
"Wow teteknya montok banget non, putih lagi" komentarnya<br />
sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.<br />
Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan<br />
gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar<br />
menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus<br />
dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher<br />
jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak<br />
Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia<br />
menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku<br />
sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara<br />
kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.<br />
Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam<br />
menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan<br />
jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku<br />
sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy<br />
yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku.<br />
Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan<br />
mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku<br />
semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli,<br />
bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua<br />
jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku.<br />
Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli<br />
meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah<br />
kapan dia keluarkan.<br />
"Waw...keras banget, mana diamaternya lebar lagi" kataku dalam<br />
hati "bisa mati orgasme nih saya"<br />
Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok<br />
benda itu makin membengkak saja.<br />
Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku,<br />
jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung<br />
dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh<br />
berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada<br />
mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga<br />
tubuhku.<br />
"Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang<br />
putih mulus ini" celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan<br />
pantatku yang sekal.<br />
Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana<br />
dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa<br />
meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah<br />
telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung<br />
di kaki kanan.<br />
"Pak masukin sekarang dong" pintaku yang sudah tidak sabar<br />
marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.<br />
"Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina<br />
non, wangi sih !" kata Pak Romli yang sedang menjilati<br />
vaginaku yang terawat baik.<br />
ak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek<br />
oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena<br />
penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang<br />
senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak<br />
hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi,<br />
dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang<br />
semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku<br />
ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan<br />
tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang<br />
tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya.<br />
Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali<br />
tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di<br />
kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak<br />
birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang<br />
bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.<br />
Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang<br />
terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat<br />
pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.<br />
"Ooohh... oohh... di dalam yah non... sudah mau nih" bujuknya<br />
dengan terus mendesah "Ahh... iyahh... di dalam aja... ahh"<br />
jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang<br />
barusan.<br />
Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya<br />
dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku,<br />
tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan<br />
hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya<br />
setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk<br />
kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga<br />
dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan<br />
pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot<br />
hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan<br />
menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai- berai,<br />
kedua pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih<br />
seperti susu kental manis.<br />
"Hehehe...liat nih, air sperma saya ada di dalam vagina wanita<br />
kamu" kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir<br />
vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan<br />
spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.<br />
Opps...omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya<br />
karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak<br />
tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil<br />
mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku<br />
cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih,<br />
begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan<br />
menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang<br />
sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku<br />
mengocok penisnya.<br />
Hhmmm...nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang<br />
berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma<br />
itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih<br />
mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil<br />
tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke<br />
atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik<br />
lubang kencingnya dengan lidahku.<br />
"Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini"<br />
potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan penis Pak<br />
Romli.<br />
Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang<br />
langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar<br />
Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan<br />
lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena<br />
tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk<br />
seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan<br />
segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga<br />
mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan<br />
kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong,<br />
tiba- tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata<br />
padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat<br />
berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat<br />
adegan-adegan panasku.<br />
Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat<br />
tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok<br />
dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya.<br />
Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka<br />
mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri.<br />
Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang<br />
paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami<br />
berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih<br />
dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu<br />
wuihh... seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku<br />
hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya<br />
dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong,<br />
kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat<br />
leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi<br />
payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai<br />
melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali<br />
menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat<br />
bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan-<br />
erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami.<br />
Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil<br />
merokok dan mengobrol dengan Dimas.<br />
Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika<br />
aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak<br />
memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu<br />
diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga<br />
kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam<br />
saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum<br />
aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama<br />
hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang<br />
stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat<br />
kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap<br />
menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya<br />
ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia<br />
sendiri duduk di atas tutup kloset.<br />
"Huh...capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong"<br />
perintahnya<br />
Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti<br />
ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan<br />
goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan<br />
pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan<br />
kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku<br />
terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih<br />
menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan<br />
bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku<br />
yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak<br />
di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan<br />
gerakan naik- turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk<br />
sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir.<br />
Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya<br />
juga aktif mencupangi pundak dan leherku.<br />
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak<br />
rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak<br />
Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah<br />
tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah<br />
mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan<br />
menggenggamkannya pada batang penisnya.<br />
"Mmpphh... mmmhh !" desahku ditengah keroyokan ketiga orang<br />
itu. Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara<br />
terasa makin panas dan pengap.<br />
"Ayo dong Citra... emut, sepongan kamu kan mantep banget"<br />
Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut<br />
dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada<br />
benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana<br />
masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk<br />
menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini<br />
tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas<br />
rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan<br />
Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku<br />
dibuatnya.<br />
Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut,<br />
lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari<br />
pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin<br />
melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut<br />
aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan<br />
menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari<br />
belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa<br />
karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok<br />
belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan<br />
mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya<br />
sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan<br />
tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang<br />
enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai<br />
bergetar<br />
"Aahhkk... saya mau keluar... non"<br />
Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan<br />
creett...creett, beberapa kali semprotan menerpa menerpa<br />
langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian<br />
lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga<br />
aku tak sanggup menampungnya lagi.<br />
Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan<br />
mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku<br />
melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di<br />
batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih<br />
berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas.<br />
Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas<br />
sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras,<br />
sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme<br />
sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas<br />
menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai<br />
akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan<br />
segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan<br />
juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di<br />
dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan<br />
kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di<br />
daerah selangakanganku.<br />
Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah<br />
peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok<br />
untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah<br />
bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi. Lututku juga<br />
terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah<br />
merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas.<br />
Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh<br />
wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan<br />
rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang<br />
berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan<br />
tempat itu.<br />
"Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau<br />
ketangkap kan harus bagi-bagi" begitu kata Pak Egy sebagai<br />
salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.<br />
"Citra... Citra... sori dong, kamu marah ya !" kata Dimas yang<br />
mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat<br />
parkir.<br />
Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika<br />
menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus.<br />
Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku<br />
dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata<br />
"Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba<br />
yang lebih gila yah, see you, good night"<br />
Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu<br />
menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.<br />
<br />
<br />
tamat</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2172463453052595347.post-32740251741983468412011-02-15T06:14:00.000-08:002011-02-15T06:14:20.573-08:00Zaskia dan TasyaZaskia Adya Merca (15), artis sinetron ''Cinta SMU'' bersama kakaknya, Tasya Nurmedina (17), menjadi korban penculikan yang dilakukan Andre.<br />
<br />
''Kami sangat tertekan dengan kejadian ini. Apalagi selama disekap kami berdua dilarang berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman selama lima hari di Hotel Santika kamar 804 dan 805, Jalan KS Tubun, Jakarta,'' ungkap Zaskia dan Tasya di ruang Kanit Resintal Polsek Metro Setiabudi, Jakarta, Rabu (13/11) kemarin.<br />
<br />
Yang menarik, kedua gadis cantik yang masih sekolah itu tahu ia menjadi jaminan utang ibunya kepada Novan AN. ''Walaupun ditahan, saya diizinkan syuting Sabtu (9/11) untuk sinetron 'Cinta SMU' dan 'Senandung Masa Puber'. Namun, saya diawasi oleh sekelompok orang yang ditugaskan menjaga saya. Sementara Tasya enggak diizinkan keluar dari kamar hotel,'' ujar Zaskia.<br />
<br />
<span class="fullpost"> <br />
<br />
Menurut Zaskia, mereka berdua tidur dalam kamar 804, sedangkan para penjaga tidur di kamar 805 yang punya connecting door dengan kamar Zaskia. ''Kita tidur saling gantian, takut kalau mendadak salah satu dari mereka masuk dan berbuat jahat dengan kita,'' cerita Zaskia lagi.<br />
<br />
Apa yang sebenarnya terjadi dengan kedua gadis remaja yang cantik itu selama mereka disekap ?<br />
<br />
This the Untold Story of Zaskia dan Tasya :<br />
<br />
Tasya masuk ke kamar mandi kamar 804, dan menutup di belakangnya. Ia mulai melepaskan t-shirt dan jeansnya. Tasya berjalan mendekati cermin besar yang ada di situ dan mengamati tubuhnya. Tubuh mulus seorang gadis remaja cantik berusia 17 tahun. Tanpa sadar jari-jari Tasya turun menuju ke celana dalamnya yang berbentuk bikini. Perlahan jari-jari Tasya mengelusi kemaluannya sementara tangan yang lainnya mengelus buah dadanya dan memijati puting susunya perlahan. Tasya mengerang ketika perlahan tubuhnya mulai bereaksi, bergerak-gerak bersambutan dengan gerakan tangan di vaginanya. Dengan mata tertutup jari Tasya masuk ke dalam celana dalamnya dan menemukan clitorisnya dan mulai merabainya. Tubuh Tasya mundur perlahan sampai akhirnya bersandar di tembok sambil mempercepat rabaannya. Nafas Tasya mulai terengah-engah, kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan, sementara pinggulnya bergerak maju mundur Tasya berfantasi, dengan fantasinya yang paling dahsyat, seorang pria yang kekar dan tinggi menjilati kemaluannya, Tasya membayangkan dirinya menguasai laki-laki itu sepenuhnya.<br />
<br />
"UUGGHHHHMMMMMHHMMM!" Tasya mengerang ketika mengalami orgasme. Setelah beberapa saat Tasya melepaskan celana dalamnya, membasuh kemaluannya, dengan menggunakan celana dalamnya tadi sebagai handuk Tasya membasuh vaginanya yang lengket karena cairan yang keluar. Tasya berencana untuk mulai mengenakan pakaiannya kembali ketika, sebuah bayangan terlihat di depan pintu kamar mandi Tasya.<br />
<br />
"Siapa itu?" tanya Tasya setengah menjerit. Tanpa disangka oleh Tasya, pria itu membuka pintu kamar mandi yang lupa dikuncinya<br />
<br />
"Cepat keluar dari sini, sekarang juga!" tapi laki-laki itu hanya menyeringai sambil terus memperhatikan tubuh Tasya dari kepala hingga kaki. Ternyata Andre, orang yang telah 3 hari menyekap dirinya dan Zaskia adiknya di hotel Santika tersebut. Sekarang Tasya terperangkap di kamar mandi yang kecil tanpa bisa lari dari Andre. Ketika Tasya bermaksud mengenakan pakaiannya untuk menutupi tubuhnya, Andre bersuara.<br />
<br />
"Taro kembali itu sayang!" sebelum Tasya sempat berbuat sesuatu, tangan Andre maju dan merampas tasnya dan mengambil celana dalam Tasya. Celana dalam Tasya diciuminya dan dihirupnya dalam-dalam.<br />
<br />
"Wangi banget, tapi gue pikir buat barang sewangi ini, lo butuh yang lebih gede dari pada jari lo doang." Andre menyeringai dan mengusapkan celana dalam Tasya di wajahnya.<br />
<br />
Tasya menyadari dirinya dalam bahaya sekarang,. Ia berkelit dari Andre, mengitarinya, meraih t-shirt dan jeansnya dan berlari mendekati pintu kamar. Andre hanya tertawa ketika tubuh Tasya berhasil melewati dirinya, tangan Andre masih sempat meraih buah dada Tasya dan meremasnya sebelum Tasya meronta dan berhasil melepaskan dirinya. Tasya berlari dengan pakaiannya dan mendekati pintu connecting door ke kamar 805. Hati Tasya seakan berhenti dan nafasnya tersentak. Seorang laki-laki lain berdiri di depan connecting door tersebut , menghalangi jalan keluarnya. Tasya berputar menghadap Andre, sambil berusaha menutupi buah dada dan vaginanya dengan sisa pakaiannya.<br />
<br />
"Mungkin lo mau liat ini," katanya sembari memperlihatkan sebuah handycam. Handycam itu mempunyai sebuah layar kecil, dan di layar tersebut Tasya melihat dirinya melakukan masturbasi, dengan menggunakan jarinya di dalam kamar mandi tadi.<br />
<br />
"Bajingan kamu, serahkan itu!" Tasya berteriak.<br />
<br />
"Tentu Tasya manis, ada orang yang mau lo kirimin rupanya, atau mau lo siarin di Seputar Indonesia?"<br />
<br />
Tasya makin pucat, "Ap, apa maksud kamu?"<br />
<br />
Sebagai jawaban, Andre mengarahkan lensa handycam tadi ke arah Tasya dan tangannya berusaha menarik t-shirt dan jeans yang dipegangi oleh Tasya.<br />
<br />
"Jangan dekati saya bajingan, lepaskan saya, matikan itu, pergi dari sini!" Tasya berteriak sambil melangah mundur menjauhi Andre.<br />
<br />
Andre hanya tertawa, ia mendekati Irfan, temannya, menyerahkan handycam tadi padanya. Andre berbalik menghadap Tasya, dan segera menendang lepas sepatunya, melepaskan jeans dan t-shirtnya. Telanjang bulat, Andre berdiri dan menatap Tasya. Perlahan Andre membungkuk dan mengeluarkan sesuatu dari kantong jeansnya yang ada di lantai. Andre memegangnya dan menariknya ke kepalanya. Ternyata itu adalah stocking yang telah dilubangi untuk mata dan hidung. Tasya langsung sadar semua kejadian ini bukan kebetulan belaka, mereka bukannya tidak sengaja masuk ke dalam kamar 804 tempat mengurung dirinya dan adiknya, ini semua sudah direncanakan! Jantung Tasya berdebar keras, matanya terasa berkunang-kunang. Andre meraih penisnya dan mengocoknya hingga benar-benar tegang dan keras. Tasya menatap wajah Andre yang tersembunyi ditutupi oleh stocking dan sepenuhnya sadar apa yang akan terjadi. Mereka akan meperkosa dirinya, dan mereka akan merekam semuanya dengan handycam itu. Tasya langsung berbalik, berusaha masuk ke dalam kamar mandi. Tapi rambut Tasya sudah terlebih dahulu ditarik oleh Andre hingga tubuhnya terbanting di atas tempat tidur.<br />
<br />
"Lepaskan saya bajingan! Lepaskan saya, atau saya laporkan ke polisi!"<br />
<br />
Tapi Andre hanya meraih puting susu Tasya dan menjepitnya keras-keras. Tasya meronta dan mundur hingga membentur dinding. Dengan kasar Andre menarik tubuh Tasya hingga berdiri dan menghadapkan wajahnya ke handycam.<br />
<br />
"Ini adegan pertama Tasya Nurmedina, Si Ratu Ranjang," kata Andre.<br />
<br />
"Jangan, jangan, saya masih perawan, jangan sakiti saya!" Tasya menangis sekarang.<br />
<br />
"Ups, sori gue salah, judulnya gue ganti jadi Malam Pertama Tasya Nurmedina," Andre tertawa. Tangannya meraba-raba bagian bawah tubuh Tasya berusaha menemukan liang vagina Tasya. Tasya terus meronta-ronta dalam dekapan Andre, berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil.<br />
<br />
"Hei, Broer," kata Irfan yang terus memegangi handycam, "Gimana kalo kita coba mulutnya sekarang?"<br />
<br />
"Ide bagus juga tuh." Jawab Andre.<br />
<br />
Dengan satu tangan di rambut Tasya, tangan Andre yang lain memukul perut Tasya, hingga Tasya langsung tersentak dan jatuh tersungkur, berlutut di lantai, megap-megap mencari udara yang keluar dari tubuhnya. Tasya hanya sempat dua kali menarik nafas sebelum penis Andre menyentuh bibirnya. Tasya terus meronta-ronta, tapi Andre juga terus mendorong penisnya masuk ke dalam mulutnya. Sementara masih memegangi rambut Tasya, tangan Andre yang lain meraba buah dada kanan Tasya dan menjepit puting susunya. Tasya menjerit keras, dan Andre langsung mendorong penisnya masuk hingga tenggorokan Tasya. Andre mulai bergerak maju mundur, sementara Tasya berusaha melepaskan diri sambil terbatuk-batuk.<br />
<br />
"Lo lebih baek brenti berontak, atau lo bisa kehabisan nafas sayang!" kata Andre. Tasya meronta-ronta tidak bisa bernafas dengan penis Andre di tenggorokannya. Melihat itu Andre menarik penisnya sedikit memberi kesempatan Tasya mengambil nafas.<br />
<br />
"Sekarang diem dan kulum, atau lo nggak bisa nafas lagi!" Perlahan Andre mulai bergerak keluar masuk pelan-pelan.<br />
<br />
Tasya benar-benar shock. Penis Andre yang tegang dan keras itu masuk hingga tenggorokannya, ia dapat merasakan sesuatu yang asin dan lengket di dalam mulutnya. Tasya tersadar, Andre akan mengalami ejakulasi di dalam mulutnya. Kembali ia meronta berusaha menarik kepalanya. Dengan kasar Andre menarik kepala Tasya, penisnya makin masuk ke dalam tenggorokan Tasya dan menahan kepala Tasya hingga tidak bisa bergerak. Andre kemudian menarik sedikit penisnya dan tertawa melihat Tasya tersengal-sengal menghirup udara.<br />
<br />
"Susah bener sih bikin lo ngerti apa yang gue mau, sekarang kulum dan jilat atau gue balik badan lo dan gue masukin punya gue ke pantat lo!" Tasya menyerah sekarang. Ia mulai mengulum dan menjilati penis Andre, berusaha memuaskan Andre, berharap jika ia puas maka ia akan melepaskan dirinya dan membiarkan dirinya tetap perawan. Andre tidak bisa bertahan lama di mulut Tasya. Tiba-tiba Andre mulai mengerang dan mendengaus, tangan yang ada di buah dada Tasya mulai meremas dan menarik-narik buah dada Tasya, sedangkan tangan yang lain memegangi kepala Tasya dan menggerakannya makin cepat, membuat Tasya mengulum makin cepat dan dalam. Sperma Andre menyembur di dalam mulut Tasya, menyemprot ke dalam tenggorokan Tasya, membuat Tasya terbatuk-batuk. Tasya mengerang berusaha menarik kepalanya. Penis Andre tetap ada di dalam mulutnya, memompa dan menyembur selama beberapa menit. Akhirnya Andre menarik penisnya perlahan hingga seluruhnya keluar dari mulut Tasya. Sperma berwarna putih dan lengket mengalir keluar dari mulut Tasya, mengalir turun ke buah dadanya. Tasya semakin shock melihat semua itu. Ia berharap semua ini adalah sebuah mimpi buruk. Ini tidak akan pernah terjadi pada dirinya.<br />
<br />
Andre kembali menarik tubuh Tasya hingga berdiri dan menghadapkannya ke Irfan. Irfan mendekat dan menekan tombol di handycam hingga sekarang handycam itu memutar film yang tadi baru direkamnya. Tasya tersentak, ia pasti jatuh tersungkur jika tubuhnya tidak dipegangi oleh Andre. Tasya melihat dirinya, kepalanya bergerak-gerak membuat penis Andre bergerak keluar masuk di mulutnya, testis Andre menggantung di dagu Tasya. Sperma tampak memercik keluar dari mulutnya, dan penis Andre bergerak makin cepat, makin dalam dan ketika penis itu ditarik keluar, sperma tampak mengalir dari mulutnya, Tasya melihat dirinya terbatuk dan menelan sebelum penis itu dkeluarkan seluruhnya dari mulutnya. Tasya ketakutan, film itu akan menghancurkan karirnya sebagai pemain sinetron. Air mata mengalir dari kedua matanya, buah dadanya makin terasa sakit. Andre masih mendekapnya dari belakang dan meremas-remas buah dadanya, sambil menggosokan penisnya di pantat Tasya.<br />
<br />
"Kita punya copy semua ini . Gue mau nawarin sama lo. Lo layanin kita semua, dan lo dapetin semua copy film yang ada. Kalo nggak, lo tau sendiri kan akibatnya?!" Tasya menggelengkan kepalanya.<br />
<br />
"Bagaimana saya tahu kamu menyerahkan semua copy yang kamu punya?"<br />
<br />
"Well, soal itu lo musti percaya sama gue Tasya sayang. Gue sebenernya bisa jual semua copy itu, dan gue bisa kaya banget. Cuma gue mo ngasih lo kesempatan buat dapetin semua ini." Andre menyeringai dan memperhatikan Tasya dari kepala hingga kakinya.<br />
<br />
"Saya tidak punya banyak uang. Tapi saya punya tabungan. Saya bisa kasih kamu sekitar 15 juta." Tasya memohon.<br />
<br />
Andre mendekati Tasya, menjambak rambutnya dan mencium bibir Tasya sambil memasukan lidahnya ke dalam mulut Tasya. Sambil meronta Tasya mendorong tubuh Andre. Sambil menarik rambut Tasya, Andre menarik Tasya ke tempat tidur dan langsung saja Andre mendorong Tasya hingga jatuh terjengkang, kaki Tasya menendang-nendang tubuh Andre yang ada di dekatnya.<br />
<br />
"Jangan, jangan, jangan." Tasya menjerit dan menangis.<br />
<br />
Andre berlutut di hadapan Tasya, penisnya tegang dan mengeras lagi, batangnya berwarna kemerahan, sedangkan kepalanya berwarna ungu basah mengkilat, berayun-ayun di pinggul Andre. Penis itu terlihat besar sekali oleh Tasya. Lebih-lebih ketika Tasya membayangkan tidak ada yang pernah masuk ke dalam vaginanya selain jarinya sendiri. Andre membuka lebar kaki Tasya dan memperhatikan vaginanya. Rambut kemaluan Tasya tipis dan halus, bibir vaginanya tampak lembut berwarna merah muda, belahannya tampak sempit sekali. Tasya sendiri dengan berbaring terlentang tidak bisa berbuat banyak untuk melepaskan diri. Tangan Andre mendekat ke vagina Tasya, membuka bibir vaginanya, mengosokan jarinya di bagian dalam bibir vagina Tasya, lalu ia menarik jarinya tersebut dan memasukan jarinya itu ke dalam mulutnya.<br />
<br />
"Hmmmm, enak banget, buset dah, bener-bener lezat," kata Andre. Ia menjilati jarinya dan kembali memasukan jarinya ke belahan vagina Tasya kembali. Tasya terus meronta, berusaha untuk duduk, berusaha merapatkan kakinya, berusaha melepaskan pegangan tangan Andre. Kesal dengan rontaan dari Tasya, Andre mengayunkan tangannya ke wajah Tasya. Tasya melihat tangan itu mengayun tapi terlambat. Tangan Andre menghajar wajahnya dengan suara keras. Sekarang Tasya tergeletak tak berdaya, dengan kaki dipegangi dan terbuka lebar. Irfan mulai merekam kembali kegiatan Andre ketika ia membuka belahan vagina Tasya dan memasukan jarinya ke dalam vagina Tasya. Tasya memalingkan mukanya dan diam tak bergerak.<br />
<br />
"Waktu gue menarik bayaran buat film-film lo Tasya sayang." Kata Andre.<br />
<br />
Kembali Tasya berusaha duduk, untuk melindungi dirinya. Tapi Andre langsung merangkak ke atas tubuh Tasya, denga penis yang terus berayun-ayun. Tasya tidak bisa melepaskan pandangannya dari penis Andre. Andre mengangkat kaki Tasya lebih tinggi lagi. Penis Andre sudah berada di hadapan vagina Tasya dan menyentuh bibir vaginanya. Lalu dengan kasar Andre mulai mendorong, Tasya menangis memohon agar Andre berhenti. Tanpa mendengarkan tangisan Tasya, Andre terus mendorong dan merasakan bibir vagina Tasya mulai terbuka.<br />
<br />
Lalu Andre merasakan kepala penisnya mulai masuk ke dalam vagina Tasya diiringi oleh hentakan nafas dari Tasya. Terus mendorong, Andre merasakan jepitan erat dari dinding vagina Tasya di penisnya. Andre melihat Tasya yang ada di bawahnya, gadis remaja yang cantik sekali, seorang bintang sinetron, dan tubuh yang merangsang, Andre bertekad merobek selaput dara Tasya. Perlahan Andre mulai mendorong lagi, ia sangat bernafsu untuk merasakan selaput dara Tasya dirobek penisnya sebelum ia mulai memperkosa Tasya. Tasya akan memberikan dirinya kenikmatan pertama dengan vaginanya yang masih perawan, kemudian setelah puas, giliran pantat Tasya yang bulat itu dicicipinya. Andre sudah bersiap-siap untuk bersenang-senang beberapa jam berikutnya.<br />
<br />
Sakit! Nyeri! Sakitnya tak pernah Tasya bayangkan sebelumnya, melanda vaginanya. Bajingan itu memasukan penisnya ke dalam vaginanya. Perlahan ia mulai masuk ke dalam diri Tasya. Tasya sudah meronta sekuat tenaga, tapi Andre tidak merasakannya sedikitpun. Perlahan, perlahan sekali penis Andre mulai terbenam di dalam vagina Tasya. Andre meraih kepala Tasya dan mengangkat kepalanya memaksa Tasya melihat penis Andre masuk terbenam di dalam vaginanya.<br />
<br />
"Jangan, jangan, saya mohon, hentikan, sakit sekali. Saya akan lakukan apa saja, hentikan!" Andre berhenti.<br />
<br />
"Apa saja Tasya sayang?"<br />
<br />
"Ya, ya, apa saja, jangan perkosa saya, saya mohon, saya masih perawan, jangan perkosa saya."<br />
<br />
"Oke deh Tasya. Lo mau perawan lo, tapi kita mau tidur sama lo. Kita semua bisa sama-sama puas. Tapi begini caranya," Andre berpaling ke Irfan dan mengedipkan matanya. "Lo musti masukin punya temen gue di mulut lo, sementara gue masukin punya gue ke…. pantat lo!"<br />
<br />
"Tidak!" Tasya berteriak.<br />
<br />
"Kalo begitu lo bakalan kehilangan perawan lo. Lo punya waktu sepuluh detik buat mutusin. Itu tawaran kita. Lo nggak bakalan hamil dan kalo lo emang sayang banget ama perawan lo, lo bisa simpen dia. Lo bisa tetep perawan, lo pake pantat lo, nggak ada yang bakal tau, dan lo bisa dapetin film-film buat lo semua. Kita udah beberapa hari ini liat lo dan pantat lo yang bulet itu. Tapi sekarang itu milik kita. Kalo lo coba melawan, lo kita perkosa di depan dan setelah itu gue rasain juga pantat lo sekalian. Tapi kalo lo nurut, gue pake pantat lo, dan lo bisa pergi sama film dan perawan lo. Ya, waktunya habis!" Andre mulai mendorong lagi penisnya. Sakit kembali menyerang vagina Tasya. Andre sudah dekat dengan selaput daranya dan siap merobeknya.<br />
<br />
"Baik, baik," jerit Tasya, air matanya semakin deras mengalir. "Saya nurut perintah kalian. Tapi saya mau film itu sekarang dan ini semua tidak direkam." Andre dan Irfan melihat satu sama lain.<br />
<br />
"Oke, kita matiin kamera itu dan film-film itu ada di sana di bawah ." Irfan mendekati kamera dan menekan sebuah tombol kemudian ia mengambil kaset video di bawahnya, diperlihatkannya itu kepada Tasya."<br />
<br />
"Tolong hancur itu, saya mohon."<br />
<br />
Irfan langsung membanting kaset-kaset itu dan menginjaknya hingga akhirnya kaset itu tinggal serpihan plastik dan gulungan pita yang putus-putus. Sementara penis Andre masih terbenam di dalam vagina Tasya ketika ia berkata.<br />
<br />
"Nah sayang, kaset yang baru akan tetep ada di dalem handycam. Kalo lo udah lakukan tugas lo, lo bisa ambil handycam itu, sama filmnya sekalian, terserah lo mo apain."<br />
<br />
Tasya hanya menganggukan kepalanya.<br />
<br />
"Saya mohon keluarkan sekarang, sakit sekali, saya mohon." Perlahan, Andre menarik penisnya keluar, sambil terus memperhatikan vagina Tasya yang sangat sempit, Andre melepaskan dirinya perlahan, menikmati jepitan vagina Tasya di penisnya ketika bibir vagina itu menutup kembali.<br />
<br />
Tasya kemudian berbaring di atas kasur, sementara Irfan mulai menciumi wajahnya serta meremas-remas buah dadanya. Mereka berkata, bahwa mereka hanya akan memberi peringatan padanya satu kali untuk tidak meronta-ronta. Kalau Tasya tidak menuruti perintah itu maka mereka akan memperkosanya berkali-kali dan merekam semuanya! Tasya berusaha membalas ciuman Irfan, sementara matanya dipejamkan erat-erat, membiarkan lidah Irfan masuk ke dalam mulutnya.<br />
<br />
"Ayo sayang." Erang Irfan, "cium gue!" Tasya memanjangkan lidahnya, membalas ciuman Irfan, ia merasakan tubuh Irfan makin menghangat, sementara remasan tanganya mulai melembut.<br />
<br />
"Rangkul leher gue Tasya, peluk gue, angetin tubuh gue sayang," Irfan berbisik. Tasya melingkarkan tangannya di leher Irfan dan memeluknya, sementara tangan Irfan terus merabai buah dadanya dan sesekali menarik-narik puting susunya. Tasya tersentak, ketika dirasanya sebuah tangan mulai merabai vaginanya.<br />
<br />
"Mmmmphhh," Tasya mengerang dengan mulut masih beradu dengan mulut Irfan.<br />
<br />
"Tenang Tasya sayang, gue cuma mau ngerasain doang, lo tetep perawan." Kata Andre menenangkan Tasya. Tiba-tiba Tasya merasakan kehangatan mengalir di vaginanya, tubuhnya tersentak, dan tanpa sadar pinggulnya terangkat. Tasya merasa sangat nikmat ketika lidah Andre menjilati bagian dalam bibir vaginanya, membuatnya basah dan lengket. Tasya sama sekali tidak bisa melawan sensasi yang timbul di vaginanya. Untuk beberapa menit Andre terus menjilati bibir vagina Tasya, menciuminya dan menjilati cairan yang keluar dari vagina Tasya. Andre sangat hati-hati dan lembut ketika menjilati vagina Tasya itu. Kaki dan pinggul Tasya bergarak dan tersentak-sentak tanpa bisa dikendalikan oleh Tasya. Irfan kemudian berhenti menciumi Tasya, tersenyum padanya serta mengangkat kepala Tasya hingga Tasya bisa melihat Andre yang sedang mengerjai vaginanya. Ketika Tasya melihat ke atas, penis Irfan sudah mendekati mulutnya.<br />
<br />
"Buka sayang!" perintah Irfan. Ia tidak sekasar Andre dan penisnya juga tidak sebesar milik Andre. "Sekarang, mulai kulum dan jilatin punya gue, pura-puranya lo lagi minum dari botol susu. Bikin gue keluar di mulut lo!"<br />
<br />
Tasya mulai mengulum kepala penis Irfan, membuatnya basah, menjilat dan mengulum batang penisnya sekuat tenaga setiap kali Irfan menarik penisnya itu keluar. Sebentar saja, Tasya sudah mengetahui apa yang disukai oleh Irfan, dan mulai menjilat dan mengulum sesuai keinginan Irfan. Pertama-tama, penis itu membuat dirinya tidak bisa bernafas ketika masuk terlalu dalam di tenggorokannya. Tasya berusaha menahan nafasnya, membiarkan penis itu masuk ke tenggorokannya, menunggu dan berusaha bernafas melalui hidung ketika penis itu ditarik keluar, sementara lidahnya menjilati batang penis itu.<br />
<br />
Sementara vagina Tasya sudah basah sekali, cairan itu menetes dan menggenang di atas kasur. Ketika tubuhnya diputar hingga sekarang Tasya ada dalam posisi merangkak, ia merasakan belahan pantatnya di buka oleh sepasang tangan. Tasya langsung panik, berusaha menarik kepalanya dari penis yang masuk di mulutnya, berusaha menepiskan tangan yang ada di pantatnya.<br />
<br />
"Jangan bergerak sayang, atau gue masukin punya gue ke lobang lo. Sekarang rileks dan biar gue masukin jari gue ke lobang lo. Percaya ama gue, lo bakalan berharap lobang lo ini bisa membuka kalo punya gue masuk ke lobang lo ini. Ini bakalan lebih sakit daripada kalo lo kehilangan perawan punya lo, kalo lo nggak gue siapin dari sekarang."<br />
<br />
Rasa takut dan malu bercampur jadi satu mengalir di seluruh tubuh Tasya, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah Andre. Perlahan ia melemaskan pantatnya, merasakan jari-jari Andre menggosok dan merabai liang anusnya.<br />
<br />
"Uuggghhhhhhh!" Tasya terbatuk. Sperma tiba-tiba menyembur masuk ke dalam tenggorokannya, saking banyak dan cepatnya semburan tadi sebagian berbalik ke dalam mulutnya dan mengalir keluar mengalir ke dagu, leher hingga buah dadanya. Irfan menarik penisnya, dan kembali semburan sperma keluar dan mengenai wajahnya dan langsung mengalir di pipinya dan berkumpul di buah dadanya. Kedua pemerkosanya tertawa.<br />
<br />
"Sekarang jilati, dan isep semuanya keluar dari punya gue," perintah Irfan. Tasya memasukan kepala penis Irfan ke dalam mulutnya dan mulai menghisapi kepala penis itu. Kembali sebuah semburan kecil masuk ke dalam mulutnya. Tasya menarik kepalanya, mual merasakan sperma yang masuk ke dalam perutnya. Kembali mereka berdua tertawa senang. Irfan kemudian menjauhi Tasya, membiarkan Andre terus mengerjai pantat Tasya. Ujung jari Andre mulai mendorong masuk ke anusnya, sakit mulai menyengat Tasya. Perlahan, Andre mulai memutar-mutar jarinya membuat liang anus Tasya membuka menyakitkan. Andre terus mendorong dan memutar hingga akhirnya seluruh jari tengah Andre masuk ke dalam anus Tasya dan mulai bergerak keluar masuk. Tangan Tasya meremas tempat tidur di bawahnya, berusaha menahan sakit yang amat sangat. Irfan kembali lagi dengan membawa celana dalam Tasya. Ia kemudian mengusapkan celana dalam tadi ke wajah, leher serta buah dada Tasya, membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel.<br />
<br />
"Oke Tasya, sekarang turunin kepala lo sampe nempel ke kasur," perlahan dan ragu-ragu Tasya menurunkan kepalanya hingga menyentuh kasur. Sepasang tangan kembali menarik pantatnya ke atas hingga Tasya menungging. Tasya melihat melalui bahunya, melihat Andre menyeringai.<br />
<br />
"Yes, ini bener-bener hari keberuntungan gue, gue udah lama pengen ngerasain pantat lo Tasya," Tasya gemetar ketakutan ketika Andre berlutut di belakangnya, tubuhnya tersentak ketika kembali tangan Andre membuka belahan pantatnya dan mulai merabainya lagi.<br />
<br />
"Saya mohon, saya mohon, jangan lakukan, saya tidak tahan sakitnya, kamu berdua sudah masukin punya kalian di mulut saya, apakah itu tidak cukup buat kalian?" Tasya memohon.<br />
<br />
"Jangan banyak mulut brengsek! Lo sama sekali nggak bisa nyuruh kita berdua. Kita bakal kerjain apa yang kita suka." Jawab Andre dari belakang Tasya.<br />
<br />
Andre kemudian memegang penisnya dan mendorongnya diantara kedua kaki Tasya, Tasya merasakan kepala penis Andre digosokan pada bibir vaginanya dan tubuhnya langsung mengejang maju.<br />
<br />
"Jangan bergerak sayang, atau gue masukin sekalian!" dengan kasar Andre mengosokan kepala penisnya ke belahan vagina Tasya.<br />
<br />
"Gue musti basahin punya gue dulu, dan punya lo ini kan udah basah, gue kira cukup buat pelumas," kata Andre. Irfan sendiri berlutut di depan Tasya, memegangi rambutnya, dan menariknya hingga kepala Tasya menengadah menghadap pada Irfan sehingga Irfan bisa melihat ekspresi wajah Tasya, sedangkan tangan Irfan yang lain meraih buah dada kiri Tasya dan meremasnya keras-keras.<br />
<br />
"Masukin aja!" kata Irfan pada Andre.<br />
<br />
Rasa sakit langsung menyengat pantat Tasya, ia berusaha merangkak ke depan, tapi tangan di rambutnya membuatnya harus diam tak bergerak, punggung Tasya melengkung menahan sakit, pantatnya terangkat ke atas. Tangan Andre di perut Tasya memeganginya dan menariknya agar punggung Tasya lurus kembali. Tasya terengah-engah, meluruskan punggungnya, dipegangi oleh dua pasang tangan, tak berdaya menunggu rasa sakit selanjutnya.<br />
<br />
Dan lagi sakit yang lebih menyengat menyerang anusnya, membuatnya berkunang-kunang, Tasya merasa Andre berusaha memasukan kakinya bukan penisnya.<br />
<br />
"Oookkhh, saya mohon, ampun, ampun, berhenti, jangan, sudah, sudah, saya tidak kuat lagi. Keluarkan, saya mohon, keluarkan, jangan, jangan, jangan," Tasya memohon-mohon.<br />
<br />
"Terus kita dapet apa Tasya sayang?" tanya Andre,"Lo kan udah minta supaya perawan lo nggak ilang. Lo berubah pikiran? Lo mau nyerahin perawan loa aja?" Andre berkata sambil berhenti mendorong memberi kesempatan pada anus Tasya untuk menerima penisnya. Tasya menggelengkan kepalanya.<br />
<br />
"Saya mohon, jangan, jangan sakiti saya lagi. Saya tidak pernah berbuat salah sama kamu, apa yang sudah saya lakukan sama kamu?" tanya Tasya, ketika menyadari Andre telah berhenti mendorong penisnya masuk ke anusnya. Tasya sedikit merasa lega, ketika itu ia berpikir bahwa Andre akan berhenti memperkosa anusnya, tapi tiba-tiba Andre mendorong keras-keras dan penisnya terdorong masuk ke dalam anus Tasya. Tasya merasakan lubang anusnya membesar diterobos oleh penis Andre, sedangkan Andre merasakan rasa panas di kepala hingga batang penisnya ketika seluruhnya telah masuk ke dalam anus Tasya. Tasya menjerit-jerit.<br />
<br />
"Jangan, jangan, saya mohon, sakit sekali, sakit, berhenti, sakiiitt."<br />
<br />
"Oke, sayang, gue udah masuk semua dan gue akan segera mulai pake pantat lo. Kalo gue udah puas, giliran temen gue lo layanin. Lo bisa bikin semua ini gampang, atau kita musti pegangin lo dan gue perkosa lo sampe lo nggak bisa bergerak lagi."<br />
<br />
Tangan di buah dada Tasya meremas makin keras, membuat tubuh Tasya semakin kesakitan. Irfan menyuruh Tasya memundurkan pantatnya dan berusaha rileks. Perlahan, sambil menangis Tasya memundurkan pantatnya. Rasa sakit kembali menyerang. Tapi tidak sesakit ketika Andre tadi mendorong penis masuk. Kembali Tasya bergerak mundur, ia merasakan penis Andre masuk makin dalam, membuat liang anusnya terbuka makin lebar. Andre kemudian menarik penisnya, mendorongnya masuk lagi, membuat Tasya mengerang kesakitan. Sekarang pantat Tasya secara berirama mulai bergerang maju mundur, membantu penis Andre masuk dan keluar dari anusnya, berusaha mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan. Tapi sakit yang ditimbulkan tidak berkurang, anusnya membuka menyakitkan, dan terasa seperti terbakar panas. Andre sendiri bergerak mundur sedikit untuk kemudian masuk kembali, terus menerus, berirama memperkosa liang anus Tasya yang masih sempit dan kering. Tasya, lama kelamaan, mulai terbiasa atas rasa sakit yang ada di anusnya, berusaha rileks dan bergerak mengikuti gerakan pinggul Andre. Tapi yang timbul hanya rasa sakit tanpa kenikmatan sedikitpun.<br />
<br />
"Ya, sayang, mulai gerakin pantat lo, pijetin punya gue sayang, goyang sayang," erang Andre. "Punya gue udah masuk semuanya Tasya, lo nggak bakalan ngerasain lebih sakit lagi sayang," kata Andre. Tasya menarik nafas dalam-dalam, berusaha rileks semampunya, tangan di rambutnya menarik kepalanya hingga menempel di atas kasur. Tasya yang cantik sekarang menungging, kepala menempel di atas kasur, pantatnya di atas dengan sebuah penis masuk di dalam anusnya. Tasya merasa dirinya seperti penuh, seakan-akan dirinya ingin buang air. Andre mulai lagi bergerang, keluar, masuk, keluar, masuk. Tasya lebih rileks sekarang, membantu Andre dengan mengangkat pantatnya ke atas, membantu penis Andre masuk ke dalam anusnya. Gerakan Andre makin cepat sekarang, Andre benar-benar memperkosa anus Tasya sekarang. Tasya berusaha membuat gerakan memutar dengan pantatnya, berharap bisa membuat Andre orgasme secepat mungkin. Ini menyebabkan tangan Andre meraih buah dada Tasya dan meremasnya dengan penuh nafsu.<br />
<br />
"Gitu sayang, bener, gerakin pantat lo, bales gerakan gue sayang." Irfan yang masih memegangi kepala Tasya mempererat pegangannya dan menarik kepala Tasya kembali dan memajukan penisnya ke mulut Tasya.<br />
<br />
"Oke Tasya, kulum gue lagi, sekarang masukin sedalem-dalemnya dan bikin gue keluar di tenggorokan lo," kata Irfan sambil tertawa.<br />
<br />
Sekali lagi penis Irfan masuk ke dalam mulut Tasya dan mulai bergerak keluar masuk. Tasya mengulum dan menjilati berusaha menahan rasa mual yang timbul lagi dan berusaha menahan sakit di anusnya. Irfan sekarang bergerak berirama dengan Andre. Mereka bergerak bergantian, Irfan mendorong pundak Tasya ke belakang, mengeluarkan penisnya dan mulut Tasya, membuat Tasya mundur ke belakang dan mendorong penis Andre masuk ke dalam anusnya, Andre kemudian mendorong pinggul Tasya maju membuat penisnya keluar dan mendorong penis Irfan masuk ke dalam mulut Tasya, bergantian terus menerus. Sakit di anus Tasya hampir hilang. Tasya masih kesakitan, tapi tidak sesakit pertama kali tadi. Tasya mengulum dan menjilat, pantatnya digoyang dan diputarnya, berusaha mengakhiri perkosaan pada dirinya secepat mungkin. Mata Tasya yang terpejam erat dan mulut dan anus dimasukin oleh penis, membuat Tasya tidak melihat kedua pemerkosanya mengangguk satu sama lain di atasnya. Tiba-tiba penis Irfan di mulutnya didorong masuk hingga tenggorokannya, dan diam tak bergerak, membuat Tasya tidak bisa bernafas dan batuk-batuk, kepalanya dipegangi erat-erat tak bisa bergerak. Rasa sakit yang amat sangat kembali menyerang anusnya, sakit yang hampir membuat Tasya pingsan. Dengan mata berkunang-kunang dan lemas kesakitan, Tasya mendengar kedua pemerkosanya tertawa terbahak-bahak. Ternyata Andre telah berbohong ketika berkata penisnya telah masuk ke dalam anus Tasya seluruhnya, ia hanya memasukan setengah dari penisnya, dan ia baru saja mendorong seluruh penisnya masuk ke anus Tasya.<br />
<br />
Sekarang Andre langsung bergerak cepat dan keras, mendorong penisnya masuk sampai pangkalnya masuk ke anus Tasya. Ia sangat terangsang membayangkan Tasya yang tidak mengetahui bahwa penisnya baru masuk sebagian di anusnya. Andre sangat bergairah, anus Tasya sangat sempit dan panas, ia sangat menikmati jepitan anus Tasya di penisnya, menikmati pijatan di penisnya. Penis Andre sesungguhnya juga merasa sakit karena sempitnya anus Tasya, tapi tanpa peduli ia kembali mulai bergerak keluar masuk. Dilihatnya liang anus Tasya yang dimasuki penisnya hingga pangkalnya, dan ketika ditariknya penis itu, Andre menikmati sekali otot-otot anus itu berdenyut memijati batang penisnya, sampai tinggal kepala penis Andre yang masih tertinggal di anus Tasya, kemudian didorongnya lagi penis itu masuk.<br />
<br />
Sakit semakin menjadi-jadi menyerang pantat hingga seluruh tubuh Tasya. Dengan penis di tenggorokan dan pantatnya Tasya hampir gila melawan rasa sakit yang timbul. Tasya kemudian merasakan penis di mulutnya mulai mengejang dan bergetar. Sperma kembali menyembur masuk ke tenggorokannya, ia kembali batuk dan tersedak. Berusaha untuk bisa bernafas, Tasya berhenti meronta. Sakit kembali menyerang, Andre telah bergerak lagi, masuk dan keluar tanpa berhenti lagi. Makin lama makin cepat, tanpa perasaan dan kasar, Tasya merasa anusnya hampir robek karena kasarnya gerakan Andre. Tasya menjerit dengan penis di mulutnya yang masih terus menyemburkan sperma, ketika cairan panas terasa mengalir masuk di anusnya. Ia menjerit dan menjerit tanpa daya ketika sperma Andre membuat anusnya semakin perih. Meronta-ronta Tasya berusaha melepaskan dirinya, tapi tak berhasil. Kedua terus memegangi dirinya dan memompa sperma mereka masuk ke mulut dan anus Tasya hingga sperma mereka habis. Penis di mulutnya ditarik keluar, Tasya tersedak memuntahkan sperma yang ada di mulutnya ke atas kasur. Di pantatnya penis Andre mulai ditarik keluar perlahan. Ketika sampai dikepala penisnya ia berhenti sejenak, dan kemudian perlahan kembali ditarik hingga terlepas seluruhnya dari jepitan anus Tasya.<br />
<br />
"Uugghhhh," Tasya mengerang ketika penis Andre terlepas dari jepitan anusnya. Cairan mengalir keluar dari anusnya. Tasya melihat ke belakang dan melihat di anatar kedua kakinya menetes sperma kental berwarna putih dengna bercak-bercak merah mengumpul di kasur. Tubuh Tasya bergetar dan tersungkur lemas.<br />
<br />
"Saya mohon, jangan lagi, jangan lagi, cukup, saya mohon, cukup." Tangis Tasya.<br />
<br />
"Lo minta yang ini sayang?" terdengar seseorang berkata. Irfan, yang telah menggunakan mulut Tasya dan menyemburkan spermanya masuk ke perut Tasya dua kali berdiri di dekat Tasya dan memegangi penisnya. Penisnya sudah tegang dan keras lagi. Sebelum Tasya sempat bereaksi, Irfan membalik tubuh Tasya hingga terlentang, menarik kakinya ke atas dan memperhatikan anus Tasya. Irfan langsung mengosok-gosok liang anus Tasya, berusaha memasukinya, tanpa bisa dicegah oleh Tasya. Liang anus Tasya masih sedikit terbuka setelah disodomi oleh Andre, kembali dipaksa untuk melebar oleh penis Irfan. Irfan mendorong kaki Tasya hingga menyentuh bahu Tasya, menempelkan lutut Tasya di buah dada Tasya sembari mulai memompa keluar masuk, mendorong penisnya dalam-dalam ke anus Tasya. Tasya kembali kesakitan, walaupun tidak sesakit ketika di disodomi oleh Andre tadi. Irfan mengerang dan mendengus, tersenyum melihat wajah Tasya di bawahnya, meraih buah dada Tasya dan meremasnya hingga Tasya mengerang. Irfan juga memilin dan menjepit puting susu Tasya dengan kasar dan menarik-nariknya bergantian.<br />
<br />
"Gerakin pantat lo sayang, goyang, bales gerakan gue!" perintah Irfan sambil terus bergerak. Tasya mulai bergerak berusaha mendorong pantatnya naik, membuat penis Irfan masuk makin dalam dan cepat. Tasya makin kesakitan, tapi ia masih bisa menahannya tanpa menjerit lagi, ia mulai terbiasa dengan sakit yang ditimbulkan oleh gesekan penis Irfan dengan dinding liang anusnya. Irfan hanya bertahan selama beberapa menit, ia langsung mengerang, mendengus-dengus dan menyemburkan spermanya. Irfan tidak lagi punya banyak sperma, tapi ia menyemburkan seluruh sisa spermanya ke dalam anus Tasya yang berdarah-darah. Sakit kembali menyerang ketika Irfan menarik penisnya keluar dari anus Tasya. Tasya merasa liang anusnya menutup keras ketika seluruh penis Irfan telah ditarik keluar, ia sangat ingin pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh sperma yang ada di anusnya.<br />
<br />
"Bangun dan jongkok, cepet!" mereka membentak Tasya. Tasya berusaha bangun dan berjongkok, limbung untuk beberapa saat, kakinya tidak bisa digerakan untuk sesaat. Irfan meletakan celana dalam Tasya yang ternoda sperma di bawah pantatnya.<br />
<br />
"Keluarin semua, keluarin sperma gue dari pantat lo." Tasya menurut, sambil berjongkok ia berusaha mengejan dan mendengar suara cairan keluar dari anusnya. Tasya terus mengejan berusaha mengeluarkan seluruh cairan itu dari anusnya. Akhirnya setelah selesai, Irfan membersihkan pantat Tasya dengan celana dalam tadi dan mendorongnya hingga tersungkur ke atas kasur lagi. Selama satu jam ini ia telah diperkosa melalui mulut dan disodomi bergantian. Dengan kepala dan tubuh sakit Tasya berbaring, berkata dalam hati akhirnya semua itu telah berakhir, ia hanya berharap mereka akan meninggal dirinya segera. Tapi tiba-tiba Tasya teringat tentang kaset yang terakhir.<br />
<br />
"Mana kaset itu, saya mau kaset itu," kata Tasya lirih, sambil mengulurkan tangannya. Mereka berdua mengalihkan pandangannya dari handycam dan tertawa.<br />
<br />
"Kaset yang mana Tasya, sori deh, gue boong ama lo. Asal lo tau di sini masih ada tiga kamera lagi yang udah ngerekam waktu gue pake pantat lo tadi." Rasa terkejut melumpuhkan Tasya sama sekali, ia hanya bisa berbaring di atas kasur dan menangis keras-keras.<br />
<br />
"Dasar goblok lo Tasya, emangnya kita mau ngelepasin lo begitu aja?" Tasya meronta dan melawan. Irfan sudah ada di atas tubuhnya, berusaha membuka kaki Tasya dengan lututnya, menggigit puting susu Tasya. Akhirnya kaki Tasya berhasil di buka, dan penis Irfan yang tegang mengayun-ayun di depan belahan bibir vaginanya. Irfan menundukan kepalanya berusaha mencium bibir Tasya. Tasya berusaha menghindari bibir Irfan yang mendekatinya, Irfan langsung mengangkat tangannya yang menampar wajah Tasya, berulang kali.<br />
<br />
"Cium gue, layanin gue, buka kaki lo, buka pantat lo, lakukan semua yang gue perintah atau gue tampar muka lo sampe lepas," bentak Irfan. Sambil terus menangis Tasya menatap Irfan, menatap wajahnya yang ditutupi stocking mendekati wajahnya, menatap bibir dan liadh Irfan yang terjulur padanya. Irfan langsung melumat bibir Tasya, menjilati lidah Tasya dangen lidahnya, memasukan lidahnya sejauh mungkin dalam mulut Tasya. Sementara itu, penis Irfan juga menggosok-gosok belahan vagina Tasya. Kepala penis Irfan mendorong-dorong hampir masuk ke dalam vagina Tasya, keluar lagi dan mengosoki clitoris Tasya. Penis itu terus berulang kali bergesekan dengan belahan vagina Tasya dan mulai basah. Tasya merintih, merasakan kenikmatan yang timbul. Tasya merasakan kenikmatan dan vaginanya mulai mengeluarkan cairan lagi. Wajah Irfan terangkat, melihat ke deapan dan menganggukan kepalnya, setelah itu ia menundukan kepalanya lagi, diam tak bergerak untuk beberapa saat, kemudian perlahan mulai mendorong penisnya masuk ke vagina Tasya.<br />
<br />
"Jangan, jangan perkosa saya, jangan masukan di situ, saya masih perawan, saya mohon, keluarkan, saya mohon, kasihani saya, saya sudah layanin kalian dengan pantat saya, kalian janji akan melepaskan saya, saya mohon lepaskan saya."<br />
<br />
Perlahan, penis Irfan mulai masuk senti demi senti, terus masuk hingga kepala penis Irfan bersentuhan dengan selaput dara Tasya.<br />
<br />
"Jangan kuatir Tasya sayang, gue cuma mau masukin sampe di sini. Lo bisa rasain punya gue di selaput dara lo kan?" Tasya menganggukan kepalnya.<br />
<br />
"Ya, sakit sekali, saya mohon keluarkan itu, keluarkan."<br />
<br />
"Tasya, gue pikir enakan kalo lo layanin gue begini aja, gue masukin sampe segini, nggak dalem-dalem, perawan lo nggak bakalan robek, gimana setuju?"<br />
<br />
"Ya, ya," erang Tasya. "Tapi jangan masukan lebih dalam lagi, saya mohon."<br />
<br />
"Sekarang bilang kalo mau dimasukin Tasya, bilang kalo lo pengen gue masukin pantat lo, bilang lo suka kalo gue keluar di mulut lo, bilang kalo lo pengen gue masuk di pantat lo lagi, bilang lo pengen gue keluar di mulut lo lagi."<br />
<br />
"Sa, sa, saya mohon masukin pantat saya lagi dan keluarin di mulut saya," Tasya merintih.<br />
<br />
"Bilang kalo lo pengen gue perkosa pelan-pelan, jangan kasar." Perintah Irfan lagi.<br />
<br />
"Perkosa saya pelan-pelan, jangan kasar-kasar." Jawab Tasya<br />
<br />
Irfan lalu meraih kaki Tasya, mengangkatnya dan meletakan kedua kaki Tasya di bahunya, ditariknya kaki Tasya hingga pantatnya terlihat dari atas. Tangan Irfan kemudian mencari liang anus Tasya, dan ia memasukan jari tengahnya serta mulai bergerak keluar masuk.<br />
<br />
"Ohhkkk, oohhh." Tasya mengerang.<br />
<br />
"Mana yang lebih enak Tasya, di belakang atau di depan?"<br />
<br />
"Di belakang." Jawab Tasya.<br />
<br />
"Bilang kalo lo lebih suka pake pantat lo Tasya."<br />
<br />
"Saya lebih suka pakai pantat saya." Tasya terus mengerang dan merintih ketika Irfan terus menggerakan sebagian penisnya keluar masuk vagina Tasya dan tangannya bergerak di anus Tasya.<br />
<br />
"Bilang kalo lo adalah cewek hiper yang suka kalo mulut dan pantat lo dimasukin barengan Tasya."<br />
<br />
"Saya cewek hiper, saya suka sekali pantat dan mulut saya dipakai bersamaan." Tasya mengerang.<br />
<br />
Jari di anusnya mulai menimbulkan sensasi baru, Tasya mulai menangis lagi. Setaip kali kepala penis Irfan menyentuh selaput daranya, Tasya tersentak dan menahan nafas. Irfan secara terus menerus masuk hingga menyentuh selaput dara Tasya lalu ditariknya lagi penisnya keluar. Akhirnya Irfan menarik jarinya dari pantat Tasya. Sensasi yang baru saja timbul langsung hilang, Tasya merasa dirinya tiba-tiba kosong.<br />
<br />
Sakit kembali menyerang dengan hebat. Tasya menjerit melolong untuk beberapa detik. Irfan mendorong pinggulnya keras-keras, Tasya berteriak kesakitan ketika kepala penis Irfan menerjang maju dan merobek selaput daranya. Seluruh penis Irfan masuk seluruhnya ke vagina Tasya, membuat Tasya merasa seperti sebuah tongkat dimasukan ke dalam kemaluannya itu. Irfan mulai mengerang dan mendengus, dan langsung bergerak memperkosa Tasya dengan kasar. Tasya terbaring menangis tak berdaya, rasa sakit terus mengalir dari vagina dan buah dadanya, ketika tangan Irfan meremas buah dadanya sambil terus memompa keluar masuk di vaginanya. Tasya dapat melihat Andre, orang yang pertama memakai pantatnya sedang merekam temannya yang sedang memperkosa Tasya. Andre mengarahkan kameranya ke penis Irfan yang bergerak keluar masuk lalu mengarah ke atas dan merekam wajah Tasya. Tasya juga melihat empat buah kamera lain di sekelilingnya. Andre lalu meletakan kamera itu ke sebuah tripod mengatur fokusnya kemudian merangkak mendekati kepala Tasya. Tasya melihat penis Andre mendekati mulutnya. Ketika Tasya menggelengkan kepalanya Irfan kembali meremas buah dadanya.<br />
<br />
"Kulum temen gue sayang." Tasya tidak berdaya. Irfan berkata itu sembari mendorong penisnya lebih keras dan dalam lagi. Andre kemudian memasukan penisnya, membuat Tasya tersedak ketika penis itu masuk untuk pertama kalinya. Irfan mulai bergerak makin keras, makin cepat dan berusaha masuk lebih dalam lagi. Ia mendorong dan bergerak kasar membuat Tasya menjerit dengan penis Andre di mulutnya. Kemudian Tasya merasakan cairan hangat mengalir dalam vaginanya. Suara cairan menyembur terdengar dari dalam vaginanya. Andre kemudian mengeluarkan penisnya dari mulut Tasya, kemudian menarik rambut Tasya hingga bisa melihat Irfan yang sedang menarik penisnya keluar. Darah dan sperma bercampur menetes di atas kasur, mengalir di pahanya dari vaginanya. Dengan tubuh nyeri dan kepala berkunang-kunang, Tasya duduk terikat erat di atas sebuah kursi. Vagina Tasya masih kesakitan, ia bisa merasakan sperma bercampur darah masih mengalir keluar dari vaginanya mengumpul di atas kursi diantara kedua pahanya. Pantatnya juga nyeri, seakan-akan sesuatu masih dimasukan di dalam anusnya. Mereka berdua telah bergantian memperkosa vaginanya. Tasya telah menuruti semua perintah mereka, karena sadar tidak berguna menolak perintah mereka. Wajah-wajah mereka yang ditutupi oleh stocking terpatri di ingatannya. Ketika selaput dara Tasya telah dirobek, mereka bergantian minta dilayani dengan berbagai posisi, Tasya melayani mereka dengan berbaring di atas kasur, berjongkok di atas penis mereka, dengan doggie style, dan ia juga diperkosa ketika ia berdiri menghadap tembok. Yang terakhir Tasya berjongkok dengan Andre di bawahnya dan memasukan penisnya yang besar ke dalam vagina Tasya, sementara dari belakang Irfan memasukan penisnya ke dalam pantat Tasya. Dan semua itu direkam dalam kaset. Rekaman itu sedang diputar dan telah diedit oleh mereka. Semua jeritan Tasya telah dihilangkan, yang ada sekarang hanya rekaman Tasya sedang mengamati dirinya melalui cermin, melakukan masturbasi, sedang nungging dan melayani dua orang laki-laki bergantian. Yang terdengar hanya suara Tasya sedang berkata, "Masukan di pantat, saya cewek hiper, keluarin di mulut saya." Mereka telah membuat Tasya seperti seorang bintang film porno.<br />
<br />
Sambil meremas dan menyakiti buah dada Tasya mereka mengikat Tasya di atas kursi dan menutup mulutnya, menempatkan kemera di tempat tersembunyi, membuka kunci pintu kamar 804 dan menunggu Zaskia yang sedang syuting sinetron diluar.<br />
<br />
<br />
T A M A T</span>bilibuzzhttp://www.blogger.com/profile/02101219050316114149noreply@blogger.com1