Selasa, 15 Februari 2011

Zaskia dan Tasya

Zaskia Adya Merca (15), artis sinetron ''Cinta SMU'' bersama kakaknya, Tasya Nurmedina (17), menjadi korban penculikan yang dilakukan Andre.

''Kami sangat tertekan dengan kejadian ini. Apalagi selama disekap kami berdua dilarang berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman selama lima hari di Hotel Santika kamar 804 dan 805, Jalan KS Tubun, Jakarta,'' ungkap Zaskia dan Tasya di ruang Kanit Resintal Polsek Metro Setiabudi, Jakarta, Rabu (13/11) kemarin.

Yang menarik, kedua gadis cantik yang masih sekolah itu tahu ia menjadi jaminan utang ibunya kepada Novan AN. ''Walaupun ditahan, saya diizinkan syuting Sabtu (9/11) untuk sinetron 'Cinta SMU' dan 'Senandung Masa Puber'. Namun, saya diawasi oleh sekelompok orang yang ditugaskan menjaga saya. Sementara Tasya enggak diizinkan keluar dari kamar hotel,'' ujar Zaskia.



Menurut Zaskia, mereka berdua tidur dalam kamar 804, sedangkan para penjaga tidur di kamar 805 yang punya connecting door dengan kamar Zaskia. ''Kita tidur saling gantian, takut kalau mendadak salah satu dari mereka masuk dan berbuat jahat dengan kita,'' cerita Zaskia lagi.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan kedua gadis remaja yang cantik itu selama mereka disekap ?

This the Untold Story of Zaskia dan Tasya :

Tasya masuk ke kamar mandi kamar 804, dan menutup di belakangnya. Ia mulai melepaskan t-shirt dan jeansnya. Tasya berjalan mendekati cermin besar yang ada di situ dan mengamati tubuhnya. Tubuh mulus seorang gadis remaja cantik berusia 17 tahun. Tanpa sadar jari-jari Tasya turun menuju ke celana dalamnya yang berbentuk bikini. Perlahan jari-jari Tasya mengelusi kemaluannya sementara tangan yang lainnya mengelus buah dadanya dan memijati puting susunya perlahan. Tasya mengerang ketika perlahan tubuhnya mulai bereaksi, bergerak-gerak bersambutan dengan gerakan tangan di vaginanya. Dengan mata tertutup jari Tasya masuk ke dalam celana dalamnya dan menemukan clitorisnya dan mulai merabainya. Tubuh Tasya mundur perlahan sampai akhirnya bersandar di tembok sambil mempercepat rabaannya. Nafas Tasya mulai terengah-engah, kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan, sementara pinggulnya bergerak maju mundur Tasya berfantasi, dengan fantasinya yang paling dahsyat, seorang pria yang kekar dan tinggi menjilati kemaluannya, Tasya membayangkan dirinya menguasai laki-laki itu sepenuhnya.

"UUGGHHHHMMMMMHHMMM!" Tasya mengerang ketika mengalami orgasme. Setelah beberapa saat Tasya melepaskan celana dalamnya, membasuh kemaluannya, dengan menggunakan celana dalamnya tadi sebagai handuk Tasya membasuh vaginanya yang lengket karena cairan yang keluar. Tasya berencana untuk mulai mengenakan pakaiannya kembali ketika, sebuah bayangan terlihat di depan pintu kamar mandi Tasya.

"Siapa itu?" tanya Tasya setengah menjerit. Tanpa disangka oleh Tasya, pria itu membuka pintu kamar mandi yang lupa dikuncinya

"Cepat keluar dari sini, sekarang juga!" tapi laki-laki itu hanya menyeringai sambil terus memperhatikan tubuh Tasya dari kepala hingga kaki. Ternyata Andre, orang yang telah 3 hari menyekap dirinya dan Zaskia adiknya di hotel Santika tersebut. Sekarang Tasya terperangkap di kamar mandi yang kecil tanpa bisa lari dari Andre. Ketika Tasya bermaksud mengenakan pakaiannya untuk menutupi tubuhnya, Andre bersuara.

"Taro kembali itu sayang!" sebelum Tasya sempat berbuat sesuatu, tangan Andre maju dan merampas tasnya dan mengambil celana dalam Tasya. Celana dalam Tasya diciuminya dan dihirupnya dalam-dalam.

"Wangi banget, tapi gue pikir buat barang sewangi ini, lo butuh yang lebih gede dari pada jari lo doang." Andre menyeringai dan mengusapkan celana dalam Tasya di wajahnya.

Tasya menyadari dirinya dalam bahaya sekarang,. Ia berkelit dari Andre, mengitarinya, meraih t-shirt dan jeansnya dan berlari mendekati pintu kamar. Andre hanya tertawa ketika tubuh Tasya berhasil melewati dirinya, tangan Andre masih sempat meraih buah dada Tasya dan meremasnya sebelum Tasya meronta dan berhasil melepaskan dirinya. Tasya berlari dengan pakaiannya dan mendekati pintu connecting door ke kamar 805. Hati Tasya seakan berhenti dan nafasnya tersentak. Seorang laki-laki lain berdiri di depan connecting door tersebut , menghalangi jalan keluarnya. Tasya berputar menghadap Andre, sambil berusaha menutupi buah dada dan vaginanya dengan sisa pakaiannya.

"Mungkin lo mau liat ini," katanya sembari memperlihatkan sebuah handycam. Handycam itu mempunyai sebuah layar kecil, dan di layar tersebut Tasya melihat dirinya melakukan masturbasi, dengan menggunakan jarinya di dalam kamar mandi tadi.

"Bajingan kamu, serahkan itu!" Tasya berteriak.

"Tentu Tasya manis, ada orang yang mau lo kirimin rupanya, atau mau lo siarin di Seputar Indonesia?"

Tasya makin pucat, "Ap, apa maksud kamu?"

Sebagai jawaban, Andre mengarahkan lensa handycam tadi ke arah Tasya dan tangannya berusaha menarik t-shirt dan jeans yang dipegangi oleh Tasya.

"Jangan dekati saya bajingan, lepaskan saya, matikan itu, pergi dari sini!" Tasya berteriak sambil melangah mundur menjauhi Andre.

Andre hanya tertawa, ia mendekati Irfan, temannya, menyerahkan handycam tadi padanya. Andre berbalik menghadap Tasya, dan segera menendang lepas sepatunya, melepaskan jeans dan t-shirtnya. Telanjang bulat, Andre berdiri dan menatap Tasya. Perlahan Andre membungkuk dan mengeluarkan sesuatu dari kantong jeansnya yang ada di lantai. Andre memegangnya dan menariknya ke kepalanya. Ternyata itu adalah stocking yang telah dilubangi untuk mata dan hidung. Tasya langsung sadar semua kejadian ini bukan kebetulan belaka, mereka bukannya tidak sengaja masuk ke dalam kamar 804 tempat mengurung dirinya dan adiknya, ini semua sudah direncanakan! Jantung Tasya berdebar keras, matanya terasa berkunang-kunang. Andre meraih penisnya dan mengocoknya hingga benar-benar tegang dan keras. Tasya menatap wajah Andre yang tersembunyi ditutupi oleh stocking dan sepenuhnya sadar apa yang akan terjadi. Mereka akan meperkosa dirinya, dan mereka akan merekam semuanya dengan handycam itu. Tasya langsung berbalik, berusaha masuk ke dalam kamar mandi. Tapi rambut Tasya sudah terlebih dahulu ditarik oleh Andre hingga tubuhnya terbanting di atas tempat tidur.

"Lepaskan saya bajingan! Lepaskan saya, atau saya laporkan ke polisi!"

Tapi Andre hanya meraih puting susu Tasya dan menjepitnya keras-keras. Tasya meronta dan mundur hingga membentur dinding. Dengan kasar Andre menarik tubuh Tasya hingga berdiri dan menghadapkan wajahnya ke handycam.

"Ini adegan pertama Tasya Nurmedina, Si Ratu Ranjang," kata Andre.

"Jangan, jangan, saya masih perawan, jangan sakiti saya!" Tasya menangis sekarang.

"Ups, sori gue salah, judulnya gue ganti jadi Malam Pertama Tasya Nurmedina," Andre tertawa. Tangannya meraba-raba bagian bawah tubuh Tasya berusaha menemukan liang vagina Tasya. Tasya terus meronta-ronta dalam dekapan Andre, berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil.

"Hei, Broer," kata Irfan yang terus memegangi handycam, "Gimana kalo kita coba mulutnya sekarang?"

"Ide bagus juga tuh." Jawab Andre.

Dengan satu tangan di rambut Tasya, tangan Andre yang lain memukul perut Tasya, hingga Tasya langsung tersentak dan jatuh tersungkur, berlutut di lantai, megap-megap mencari udara yang keluar dari tubuhnya. Tasya hanya sempat dua kali menarik nafas sebelum penis Andre menyentuh bibirnya. Tasya terus meronta-ronta, tapi Andre juga terus mendorong penisnya masuk ke dalam mulutnya. Sementara masih memegangi rambut Tasya, tangan Andre yang lain meraba buah dada kanan Tasya dan menjepit puting susunya. Tasya menjerit keras, dan Andre langsung mendorong penisnya masuk hingga tenggorokan Tasya. Andre mulai bergerak maju mundur, sementara Tasya berusaha melepaskan diri sambil terbatuk-batuk.

"Lo lebih baek brenti berontak, atau lo bisa kehabisan nafas sayang!" kata Andre. Tasya meronta-ronta tidak bisa bernafas dengan penis Andre di tenggorokannya. Melihat itu Andre menarik penisnya sedikit memberi kesempatan Tasya mengambil nafas.

"Sekarang diem dan kulum, atau lo nggak bisa nafas lagi!" Perlahan Andre mulai bergerak keluar masuk pelan-pelan.

Tasya benar-benar shock. Penis Andre yang tegang dan keras itu masuk hingga tenggorokannya, ia dapat merasakan sesuatu yang asin dan lengket di dalam mulutnya. Tasya tersadar, Andre akan mengalami ejakulasi di dalam mulutnya. Kembali ia meronta berusaha menarik kepalanya. Dengan kasar Andre menarik kepala Tasya, penisnya makin masuk ke dalam tenggorokan Tasya dan menahan kepala Tasya hingga tidak bisa bergerak. Andre kemudian menarik sedikit penisnya dan tertawa melihat Tasya tersengal-sengal menghirup udara.

"Susah bener sih bikin lo ngerti apa yang gue mau, sekarang kulum dan jilat atau gue balik badan lo dan gue masukin punya gue ke pantat lo!" Tasya menyerah sekarang. Ia mulai mengulum dan menjilati penis Andre, berusaha memuaskan Andre, berharap jika ia puas maka ia akan melepaskan dirinya dan membiarkan dirinya tetap perawan. Andre tidak bisa bertahan lama di mulut Tasya. Tiba-tiba Andre mulai mengerang dan mendengaus, tangan yang ada di buah dada Tasya mulai meremas dan menarik-narik buah dada Tasya, sedangkan tangan yang lain memegangi kepala Tasya dan menggerakannya makin cepat, membuat Tasya mengulum makin cepat dan dalam. Sperma Andre menyembur di dalam mulut Tasya, menyemprot ke dalam tenggorokan Tasya, membuat Tasya terbatuk-batuk. Tasya mengerang berusaha menarik kepalanya. Penis Andre tetap ada di dalam mulutnya, memompa dan menyembur selama beberapa menit. Akhirnya Andre menarik penisnya perlahan hingga seluruhnya keluar dari mulut Tasya. Sperma berwarna putih dan lengket mengalir keluar dari mulut Tasya, mengalir turun ke buah dadanya. Tasya semakin shock melihat semua itu. Ia berharap semua ini adalah sebuah mimpi buruk. Ini tidak akan pernah terjadi pada dirinya.

Andre kembali menarik tubuh Tasya hingga berdiri dan menghadapkannya ke Irfan. Irfan mendekat dan menekan tombol di handycam hingga sekarang handycam itu memutar film yang tadi baru direkamnya. Tasya tersentak, ia pasti jatuh tersungkur jika tubuhnya tidak dipegangi oleh Andre. Tasya melihat dirinya, kepalanya bergerak-gerak membuat penis Andre bergerak keluar masuk di mulutnya, testis Andre menggantung di dagu Tasya. Sperma tampak memercik keluar dari mulutnya, dan penis Andre bergerak makin cepat, makin dalam dan ketika penis itu ditarik keluar, sperma tampak mengalir dari mulutnya, Tasya melihat dirinya terbatuk dan menelan sebelum penis itu dkeluarkan seluruhnya dari mulutnya. Tasya ketakutan, film itu akan menghancurkan karirnya sebagai pemain sinetron. Air mata mengalir dari kedua matanya, buah dadanya makin terasa sakit. Andre masih mendekapnya dari belakang dan meremas-remas buah dadanya, sambil menggosokan penisnya di pantat Tasya.

"Kita punya copy semua ini . Gue mau nawarin sama lo. Lo layanin kita semua, dan lo dapetin semua copy film yang ada. Kalo nggak, lo tau sendiri kan akibatnya?!" Tasya menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana saya tahu kamu menyerahkan semua copy yang kamu punya?"

"Well, soal itu lo musti percaya sama gue Tasya sayang. Gue sebenernya bisa jual semua copy itu, dan gue bisa kaya banget. Cuma gue mo ngasih lo kesempatan buat dapetin semua ini." Andre menyeringai dan memperhatikan Tasya dari kepala hingga kakinya.

"Saya tidak punya banyak uang. Tapi saya punya tabungan. Saya bisa kasih kamu sekitar 15 juta." Tasya memohon.

Andre mendekati Tasya, menjambak rambutnya dan mencium bibir Tasya sambil memasukan lidahnya ke dalam mulut Tasya. Sambil meronta Tasya mendorong tubuh Andre. Sambil menarik rambut Tasya, Andre menarik Tasya ke tempat tidur dan langsung saja Andre mendorong Tasya hingga jatuh terjengkang, kaki Tasya menendang-nendang tubuh Andre yang ada di dekatnya.

"Jangan, jangan, jangan." Tasya menjerit dan menangis.

Andre berlutut di hadapan Tasya, penisnya tegang dan mengeras lagi, batangnya berwarna kemerahan, sedangkan kepalanya berwarna ungu basah mengkilat, berayun-ayun di pinggul Andre. Penis itu terlihat besar sekali oleh Tasya. Lebih-lebih ketika Tasya membayangkan tidak ada yang pernah masuk ke dalam vaginanya selain jarinya sendiri. Andre membuka lebar kaki Tasya dan memperhatikan vaginanya. Rambut kemaluan Tasya tipis dan halus, bibir vaginanya tampak lembut berwarna merah muda, belahannya tampak sempit sekali. Tasya sendiri dengan berbaring terlentang tidak bisa berbuat banyak untuk melepaskan diri. Tangan Andre mendekat ke vagina Tasya, membuka bibir vaginanya, mengosokan jarinya di bagian dalam bibir vagina Tasya, lalu ia menarik jarinya tersebut dan memasukan jarinya itu ke dalam mulutnya.

"Hmmmm, enak banget, buset dah, bener-bener lezat," kata Andre. Ia menjilati jarinya dan kembali memasukan jarinya ke belahan vagina Tasya kembali. Tasya terus meronta, berusaha untuk duduk, berusaha merapatkan kakinya, berusaha melepaskan pegangan tangan Andre. Kesal dengan rontaan dari Tasya, Andre mengayunkan tangannya ke wajah Tasya. Tasya melihat tangan itu mengayun tapi terlambat. Tangan Andre menghajar wajahnya dengan suara keras. Sekarang Tasya tergeletak tak berdaya, dengan kaki dipegangi dan terbuka lebar. Irfan mulai merekam kembali kegiatan Andre ketika ia membuka belahan vagina Tasya dan memasukan jarinya ke dalam vagina Tasya. Tasya memalingkan mukanya dan diam tak bergerak.

"Waktu gue menarik bayaran buat film-film lo Tasya sayang." Kata Andre.

Kembali Tasya berusaha duduk, untuk melindungi dirinya. Tapi Andre langsung merangkak ke atas tubuh Tasya, denga penis yang terus berayun-ayun. Tasya tidak bisa melepaskan pandangannya dari penis Andre. Andre mengangkat kaki Tasya lebih tinggi lagi. Penis Andre sudah berada di hadapan vagina Tasya dan menyentuh bibir vaginanya. Lalu dengan kasar Andre mulai mendorong, Tasya menangis memohon agar Andre berhenti. Tanpa mendengarkan tangisan Tasya, Andre terus mendorong dan merasakan bibir vagina Tasya mulai terbuka.

Lalu Andre merasakan kepala penisnya mulai masuk ke dalam vagina Tasya diiringi oleh hentakan nafas dari Tasya. Terus mendorong, Andre merasakan jepitan erat dari dinding vagina Tasya di penisnya. Andre melihat Tasya yang ada di bawahnya, gadis remaja yang cantik sekali, seorang bintang sinetron, dan tubuh yang merangsang, Andre bertekad merobek selaput dara Tasya. Perlahan Andre mulai mendorong lagi, ia sangat bernafsu untuk merasakan selaput dara Tasya dirobek penisnya sebelum ia mulai memperkosa Tasya. Tasya akan memberikan dirinya kenikmatan pertama dengan vaginanya yang masih perawan, kemudian setelah puas, giliran pantat Tasya yang bulat itu dicicipinya. Andre sudah bersiap-siap untuk bersenang-senang beberapa jam berikutnya.

Sakit! Nyeri! Sakitnya tak pernah Tasya bayangkan sebelumnya, melanda vaginanya. Bajingan itu memasukan penisnya ke dalam vaginanya. Perlahan ia mulai masuk ke dalam diri Tasya. Tasya sudah meronta sekuat tenaga, tapi Andre tidak merasakannya sedikitpun. Perlahan, perlahan sekali penis Andre mulai terbenam di dalam vagina Tasya. Andre meraih kepala Tasya dan mengangkat kepalanya memaksa Tasya melihat penis Andre masuk terbenam di dalam vaginanya.

"Jangan, jangan, saya mohon, hentikan, sakit sekali. Saya akan lakukan apa saja, hentikan!" Andre berhenti.

"Apa saja Tasya sayang?"

"Ya, ya, apa saja, jangan perkosa saya, saya mohon, saya masih perawan, jangan perkosa saya."

"Oke deh Tasya. Lo mau perawan lo, tapi kita mau tidur sama lo. Kita semua bisa sama-sama puas. Tapi begini caranya," Andre berpaling ke Irfan dan mengedipkan matanya. "Lo musti masukin punya temen gue di mulut lo, sementara gue masukin punya gue ke…. pantat lo!"

"Tidak!" Tasya berteriak.

"Kalo begitu lo bakalan kehilangan perawan lo. Lo punya waktu sepuluh detik buat mutusin. Itu tawaran kita. Lo nggak bakalan hamil dan kalo lo emang sayang banget ama perawan lo, lo bisa simpen dia. Lo bisa tetep perawan, lo pake pantat lo, nggak ada yang bakal tau, dan lo bisa dapetin film-film buat lo semua. Kita udah beberapa hari ini liat lo dan pantat lo yang bulet itu. Tapi sekarang itu milik kita. Kalo lo coba melawan, lo kita perkosa di depan dan setelah itu gue rasain juga pantat lo sekalian. Tapi kalo lo nurut, gue pake pantat lo, dan lo bisa pergi sama film dan perawan lo. Ya, waktunya habis!" Andre mulai mendorong lagi penisnya. Sakit kembali menyerang vagina Tasya. Andre sudah dekat dengan selaput daranya dan siap merobeknya.

"Baik, baik," jerit Tasya, air matanya semakin deras mengalir. "Saya nurut perintah kalian. Tapi saya mau film itu sekarang dan ini semua tidak direkam." Andre dan Irfan melihat satu sama lain.

"Oke, kita matiin kamera itu dan film-film itu ada di sana di bawah ." Irfan mendekati kamera dan menekan sebuah tombol kemudian ia mengambil kaset video di bawahnya, diperlihatkannya itu kepada Tasya."

"Tolong hancur itu, saya mohon."

Irfan langsung membanting kaset-kaset itu dan menginjaknya hingga akhirnya kaset itu tinggal serpihan plastik dan gulungan pita yang putus-putus. Sementara penis Andre masih terbenam di dalam vagina Tasya ketika ia berkata.

"Nah sayang, kaset yang baru akan tetep ada di dalem handycam. Kalo lo udah lakukan tugas lo, lo bisa ambil handycam itu, sama filmnya sekalian, terserah lo mo apain."

Tasya hanya menganggukan kepalanya.

"Saya mohon keluarkan sekarang, sakit sekali, saya mohon." Perlahan, Andre menarik penisnya keluar, sambil terus memperhatikan vagina Tasya yang sangat sempit, Andre melepaskan dirinya perlahan, menikmati jepitan vagina Tasya di penisnya ketika bibir vagina itu menutup kembali.

Tasya kemudian berbaring di atas kasur, sementara Irfan mulai menciumi wajahnya serta meremas-remas buah dadanya. Mereka berkata, bahwa mereka hanya akan memberi peringatan padanya satu kali untuk tidak meronta-ronta. Kalau Tasya tidak menuruti perintah itu maka mereka akan memperkosanya berkali-kali dan merekam semuanya! Tasya berusaha membalas ciuman Irfan, sementara matanya dipejamkan erat-erat, membiarkan lidah Irfan masuk ke dalam mulutnya.

"Ayo sayang." Erang Irfan, "cium gue!" Tasya memanjangkan lidahnya, membalas ciuman Irfan, ia merasakan tubuh Irfan makin menghangat, sementara remasan tanganya mulai melembut.

"Rangkul leher gue Tasya, peluk gue, angetin tubuh gue sayang," Irfan berbisik. Tasya melingkarkan tangannya di leher Irfan dan memeluknya, sementara tangan Irfan terus merabai buah dadanya dan sesekali menarik-narik puting susunya. Tasya tersentak, ketika dirasanya sebuah tangan mulai merabai vaginanya.

"Mmmmphhh," Tasya mengerang dengan mulut masih beradu dengan mulut Irfan.

"Tenang Tasya sayang, gue cuma mau ngerasain doang, lo tetep perawan." Kata Andre menenangkan Tasya. Tiba-tiba Tasya merasakan kehangatan mengalir di vaginanya, tubuhnya tersentak, dan tanpa sadar pinggulnya terangkat. Tasya merasa sangat nikmat ketika lidah Andre menjilati bagian dalam bibir vaginanya, membuatnya basah dan lengket. Tasya sama sekali tidak bisa melawan sensasi yang timbul di vaginanya. Untuk beberapa menit Andre terus menjilati bibir vagina Tasya, menciuminya dan menjilati cairan yang keluar dari vagina Tasya. Andre sangat hati-hati dan lembut ketika menjilati vagina Tasya itu. Kaki dan pinggul Tasya bergarak dan tersentak-sentak tanpa bisa dikendalikan oleh Tasya. Irfan kemudian berhenti menciumi Tasya, tersenyum padanya serta mengangkat kepala Tasya hingga Tasya bisa melihat Andre yang sedang mengerjai vaginanya. Ketika Tasya melihat ke atas, penis Irfan sudah mendekati mulutnya.

"Buka sayang!" perintah Irfan. Ia tidak sekasar Andre dan penisnya juga tidak sebesar milik Andre. "Sekarang, mulai kulum dan jilatin punya gue, pura-puranya lo lagi minum dari botol susu. Bikin gue keluar di mulut lo!"

Tasya mulai mengulum kepala penis Irfan, membuatnya basah, menjilat dan mengulum batang penisnya sekuat tenaga setiap kali Irfan menarik penisnya itu keluar. Sebentar saja, Tasya sudah mengetahui apa yang disukai oleh Irfan, dan mulai menjilat dan mengulum sesuai keinginan Irfan. Pertama-tama, penis itu membuat dirinya tidak bisa bernafas ketika masuk terlalu dalam di tenggorokannya. Tasya berusaha menahan nafasnya, membiarkan penis itu masuk ke tenggorokannya, menunggu dan berusaha bernafas melalui hidung ketika penis itu ditarik keluar, sementara lidahnya menjilati batang penis itu.

Sementara vagina Tasya sudah basah sekali, cairan itu menetes dan menggenang di atas kasur. Ketika tubuhnya diputar hingga sekarang Tasya ada dalam posisi merangkak, ia merasakan belahan pantatnya di buka oleh sepasang tangan. Tasya langsung panik, berusaha menarik kepalanya dari penis yang masuk di mulutnya, berusaha menepiskan tangan yang ada di pantatnya.

"Jangan bergerak sayang, atau gue masukin punya gue ke lobang lo. Sekarang rileks dan biar gue masukin jari gue ke lobang lo. Percaya ama gue, lo bakalan berharap lobang lo ini bisa membuka kalo punya gue masuk ke lobang lo ini. Ini bakalan lebih sakit daripada kalo lo kehilangan perawan punya lo, kalo lo nggak gue siapin dari sekarang."

Rasa takut dan malu bercampur jadi satu mengalir di seluruh tubuh Tasya, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah Andre. Perlahan ia melemaskan pantatnya, merasakan jari-jari Andre menggosok dan merabai liang anusnya.

"Uuggghhhhhhh!" Tasya terbatuk. Sperma tiba-tiba menyembur masuk ke dalam tenggorokannya, saking banyak dan cepatnya semburan tadi sebagian berbalik ke dalam mulutnya dan mengalir keluar mengalir ke dagu, leher hingga buah dadanya. Irfan menarik penisnya, dan kembali semburan sperma keluar dan mengenai wajahnya dan langsung mengalir di pipinya dan berkumpul di buah dadanya. Kedua pemerkosanya tertawa.

"Sekarang jilati, dan isep semuanya keluar dari punya gue," perintah Irfan. Tasya memasukan kepala penis Irfan ke dalam mulutnya dan mulai menghisapi kepala penis itu. Kembali sebuah semburan kecil masuk ke dalam mulutnya. Tasya menarik kepalanya, mual merasakan sperma yang masuk ke dalam perutnya. Kembali mereka berdua tertawa senang. Irfan kemudian menjauhi Tasya, membiarkan Andre terus mengerjai pantat Tasya. Ujung jari Andre mulai mendorong masuk ke anusnya, sakit mulai menyengat Tasya. Perlahan, Andre mulai memutar-mutar jarinya membuat liang anus Tasya membuka menyakitkan. Andre terus mendorong dan memutar hingga akhirnya seluruh jari tengah Andre masuk ke dalam anus Tasya dan mulai bergerak keluar masuk. Tangan Tasya meremas tempat tidur di bawahnya, berusaha menahan sakit yang amat sangat. Irfan kembali lagi dengan membawa celana dalam Tasya. Ia kemudian mengusapkan celana dalam tadi ke wajah, leher serta buah dada Tasya, membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel.

"Oke Tasya, sekarang turunin kepala lo sampe nempel ke kasur," perlahan dan ragu-ragu Tasya menurunkan kepalanya hingga menyentuh kasur. Sepasang tangan kembali menarik pantatnya ke atas hingga Tasya menungging. Tasya melihat melalui bahunya, melihat Andre menyeringai.

"Yes, ini bener-bener hari keberuntungan gue, gue udah lama pengen ngerasain pantat lo Tasya," Tasya gemetar ketakutan ketika Andre berlutut di belakangnya, tubuhnya tersentak ketika kembali tangan Andre membuka belahan pantatnya dan mulai merabainya lagi.

"Saya mohon, saya mohon, jangan lakukan, saya tidak tahan sakitnya, kamu berdua sudah masukin punya kalian di mulut saya, apakah itu tidak cukup buat kalian?" Tasya memohon.

"Jangan banyak mulut brengsek! Lo sama sekali nggak bisa nyuruh kita berdua. Kita bakal kerjain apa yang kita suka." Jawab Andre dari belakang Tasya.

Andre kemudian memegang penisnya dan mendorongnya diantara kedua kaki Tasya, Tasya merasakan kepala penis Andre digosokan pada bibir vaginanya dan tubuhnya langsung mengejang maju.

"Jangan bergerak sayang, atau gue masukin sekalian!" dengan kasar Andre mengosokan kepala penisnya ke belahan vagina Tasya.

"Gue musti basahin punya gue dulu, dan punya lo ini kan udah basah, gue kira cukup buat pelumas," kata Andre. Irfan sendiri berlutut di depan Tasya, memegangi rambutnya, dan menariknya hingga kepala Tasya menengadah menghadap pada Irfan sehingga Irfan bisa melihat ekspresi wajah Tasya, sedangkan tangan Irfan yang lain meraih buah dada kiri Tasya dan meremasnya keras-keras.

"Masukin aja!" kata Irfan pada Andre.

Rasa sakit langsung menyengat pantat Tasya, ia berusaha merangkak ke depan, tapi tangan di rambutnya membuatnya harus diam tak bergerak, punggung Tasya melengkung menahan sakit, pantatnya terangkat ke atas. Tangan Andre di perut Tasya memeganginya dan menariknya agar punggung Tasya lurus kembali. Tasya terengah-engah, meluruskan punggungnya, dipegangi oleh dua pasang tangan, tak berdaya menunggu rasa sakit selanjutnya.

Dan lagi sakit yang lebih menyengat menyerang anusnya, membuatnya berkunang-kunang, Tasya merasa Andre berusaha memasukan kakinya bukan penisnya.

"Oookkhh, saya mohon, ampun, ampun, berhenti, jangan, sudah, sudah, saya tidak kuat lagi. Keluarkan, saya mohon, keluarkan, jangan, jangan, jangan," Tasya memohon-mohon.

"Terus kita dapet apa Tasya sayang?" tanya Andre,"Lo kan udah minta supaya perawan lo nggak ilang. Lo berubah pikiran? Lo mau nyerahin perawan loa aja?" Andre berkata sambil berhenti mendorong memberi kesempatan pada anus Tasya untuk menerima penisnya. Tasya menggelengkan kepalanya.

"Saya mohon, jangan, jangan sakiti saya lagi. Saya tidak pernah berbuat salah sama kamu, apa yang sudah saya lakukan sama kamu?" tanya Tasya, ketika menyadari Andre telah berhenti mendorong penisnya masuk ke anusnya. Tasya sedikit merasa lega, ketika itu ia berpikir bahwa Andre akan berhenti memperkosa anusnya, tapi tiba-tiba Andre mendorong keras-keras dan penisnya terdorong masuk ke dalam anus Tasya. Tasya merasakan lubang anusnya membesar diterobos oleh penis Andre, sedangkan Andre merasakan rasa panas di kepala hingga batang penisnya ketika seluruhnya telah masuk ke dalam anus Tasya. Tasya menjerit-jerit.

"Jangan, jangan, saya mohon, sakit sekali, sakit, berhenti, sakiiitt."

"Oke, sayang, gue udah masuk semua dan gue akan segera mulai pake pantat lo. Kalo gue udah puas, giliran temen gue lo layanin. Lo bisa bikin semua ini gampang, atau kita musti pegangin lo dan gue perkosa lo sampe lo nggak bisa bergerak lagi."

Tangan di buah dada Tasya meremas makin keras, membuat tubuh Tasya semakin kesakitan. Irfan menyuruh Tasya memundurkan pantatnya dan berusaha rileks. Perlahan, sambil menangis Tasya memundurkan pantatnya. Rasa sakit kembali menyerang. Tapi tidak sesakit ketika Andre tadi mendorong penis masuk. Kembali Tasya bergerak mundur, ia merasakan penis Andre masuk makin dalam, membuat liang anusnya terbuka makin lebar. Andre kemudian menarik penisnya, mendorongnya masuk lagi, membuat Tasya mengerang kesakitan. Sekarang pantat Tasya secara berirama mulai bergerang maju mundur, membantu penis Andre masuk dan keluar dari anusnya, berusaha mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan. Tapi sakit yang ditimbulkan tidak berkurang, anusnya membuka menyakitkan, dan terasa seperti terbakar panas. Andre sendiri bergerak mundur sedikit untuk kemudian masuk kembali, terus menerus, berirama memperkosa liang anus Tasya yang masih sempit dan kering. Tasya, lama kelamaan, mulai terbiasa atas rasa sakit yang ada di anusnya, berusaha rileks dan bergerak mengikuti gerakan pinggul Andre. Tapi yang timbul hanya rasa sakit tanpa kenikmatan sedikitpun.

"Ya, sayang, mulai gerakin pantat lo, pijetin punya gue sayang, goyang sayang," erang Andre. "Punya gue udah masuk semuanya Tasya, lo nggak bakalan ngerasain lebih sakit lagi sayang," kata Andre. Tasya menarik nafas dalam-dalam, berusaha rileks semampunya, tangan di rambutnya menarik kepalanya hingga menempel di atas kasur. Tasya yang cantik sekarang menungging, kepala menempel di atas kasur, pantatnya di atas dengan sebuah penis masuk di dalam anusnya. Tasya merasa dirinya seperti penuh, seakan-akan dirinya ingin buang air. Andre mulai lagi bergerang, keluar, masuk, keluar, masuk. Tasya lebih rileks sekarang, membantu Andre dengan mengangkat pantatnya ke atas, membantu penis Andre masuk ke dalam anusnya. Gerakan Andre makin cepat sekarang, Andre benar-benar memperkosa anus Tasya sekarang. Tasya berusaha membuat gerakan memutar dengan pantatnya, berharap bisa membuat Andre orgasme secepat mungkin. Ini menyebabkan tangan Andre meraih buah dada Tasya dan meremasnya dengan penuh nafsu.

"Gitu sayang, bener, gerakin pantat lo, bales gerakan gue sayang." Irfan yang masih memegangi kepala Tasya mempererat pegangannya dan menarik kepala Tasya kembali dan memajukan penisnya ke mulut Tasya.

"Oke Tasya, kulum gue lagi, sekarang masukin sedalem-dalemnya dan bikin gue keluar di tenggorokan lo," kata Irfan sambil tertawa.

Sekali lagi penis Irfan masuk ke dalam mulut Tasya dan mulai bergerak keluar masuk. Tasya mengulum dan menjilati berusaha menahan rasa mual yang timbul lagi dan berusaha menahan sakit di anusnya. Irfan sekarang bergerak berirama dengan Andre. Mereka bergerak bergantian, Irfan mendorong pundak Tasya ke belakang, mengeluarkan penisnya dan mulut Tasya, membuat Tasya mundur ke belakang dan mendorong penis Andre masuk ke dalam anusnya, Andre kemudian mendorong pinggul Tasya maju membuat penisnya keluar dan mendorong penis Irfan masuk ke dalam mulut Tasya, bergantian terus menerus. Sakit di anus Tasya hampir hilang. Tasya masih kesakitan, tapi tidak sesakit pertama kali tadi. Tasya mengulum dan menjilat, pantatnya digoyang dan diputarnya, berusaha mengakhiri perkosaan pada dirinya secepat mungkin. Mata Tasya yang terpejam erat dan mulut dan anus dimasukin oleh penis, membuat Tasya tidak melihat kedua pemerkosanya mengangguk satu sama lain di atasnya. Tiba-tiba penis Irfan di mulutnya didorong masuk hingga tenggorokannya, dan diam tak bergerak, membuat Tasya tidak bisa bernafas dan batuk-batuk, kepalanya dipegangi erat-erat tak bisa bergerak. Rasa sakit yang amat sangat kembali menyerang anusnya, sakit yang hampir membuat Tasya pingsan. Dengan mata berkunang-kunang dan lemas kesakitan, Tasya mendengar kedua pemerkosanya tertawa terbahak-bahak. Ternyata Andre telah berbohong ketika berkata penisnya telah masuk ke dalam anus Tasya seluruhnya, ia hanya memasukan setengah dari penisnya, dan ia baru saja mendorong seluruh penisnya masuk ke anus Tasya.

Sekarang Andre langsung bergerak cepat dan keras, mendorong penisnya masuk sampai pangkalnya masuk ke anus Tasya. Ia sangat terangsang membayangkan Tasya yang tidak mengetahui bahwa penisnya baru masuk sebagian di anusnya. Andre sangat bergairah, anus Tasya sangat sempit dan panas, ia sangat menikmati jepitan anus Tasya di penisnya, menikmati pijatan di penisnya. Penis Andre sesungguhnya juga merasa sakit karena sempitnya anus Tasya, tapi tanpa peduli ia kembali mulai bergerak keluar masuk. Dilihatnya liang anus Tasya yang dimasuki penisnya hingga pangkalnya, dan ketika ditariknya penis itu, Andre menikmati sekali otot-otot anus itu berdenyut memijati batang penisnya, sampai tinggal kepala penis Andre yang masih tertinggal di anus Tasya, kemudian didorongnya lagi penis itu masuk.

Sakit semakin menjadi-jadi menyerang pantat hingga seluruh tubuh Tasya. Dengan penis di tenggorokan dan pantatnya Tasya hampir gila melawan rasa sakit yang timbul. Tasya kemudian merasakan penis di mulutnya mulai mengejang dan bergetar. Sperma kembali menyembur masuk ke tenggorokannya, ia kembali batuk dan tersedak. Berusaha untuk bisa bernafas, Tasya berhenti meronta. Sakit kembali menyerang, Andre telah bergerak lagi, masuk dan keluar tanpa berhenti lagi. Makin lama makin cepat, tanpa perasaan dan kasar, Tasya merasa anusnya hampir robek karena kasarnya gerakan Andre. Tasya menjerit dengan penis di mulutnya yang masih terus menyemburkan sperma, ketika cairan panas terasa mengalir masuk di anusnya. Ia menjerit dan menjerit tanpa daya ketika sperma Andre membuat anusnya semakin perih. Meronta-ronta Tasya berusaha melepaskan dirinya, tapi tak berhasil. Kedua terus memegangi dirinya dan memompa sperma mereka masuk ke mulut dan anus Tasya hingga sperma mereka habis. Penis di mulutnya ditarik keluar, Tasya tersedak memuntahkan sperma yang ada di mulutnya ke atas kasur. Di pantatnya penis Andre mulai ditarik keluar perlahan. Ketika sampai dikepala penisnya ia berhenti sejenak, dan kemudian perlahan kembali ditarik hingga terlepas seluruhnya dari jepitan anus Tasya.

"Uugghhhh," Tasya mengerang ketika penis Andre terlepas dari jepitan anusnya. Cairan mengalir keluar dari anusnya. Tasya melihat ke belakang dan melihat di anatar kedua kakinya menetes sperma kental berwarna putih dengna bercak-bercak merah mengumpul di kasur. Tubuh Tasya bergetar dan tersungkur lemas.

"Saya mohon, jangan lagi, jangan lagi, cukup, saya mohon, cukup." Tangis Tasya.

"Lo minta yang ini sayang?" terdengar seseorang berkata. Irfan, yang telah menggunakan mulut Tasya dan menyemburkan spermanya masuk ke perut Tasya dua kali berdiri di dekat Tasya dan memegangi penisnya. Penisnya sudah tegang dan keras lagi. Sebelum Tasya sempat bereaksi, Irfan membalik tubuh Tasya hingga terlentang, menarik kakinya ke atas dan memperhatikan anus Tasya. Irfan langsung mengosok-gosok liang anus Tasya, berusaha memasukinya, tanpa bisa dicegah oleh Tasya. Liang anus Tasya masih sedikit terbuka setelah disodomi oleh Andre, kembali dipaksa untuk melebar oleh penis Irfan. Irfan mendorong kaki Tasya hingga menyentuh bahu Tasya, menempelkan lutut Tasya di buah dada Tasya sembari mulai memompa keluar masuk, mendorong penisnya dalam-dalam ke anus Tasya. Tasya kembali kesakitan, walaupun tidak sesakit ketika di disodomi oleh Andre tadi. Irfan mengerang dan mendengus, tersenyum melihat wajah Tasya di bawahnya, meraih buah dada Tasya dan meremasnya hingga Tasya mengerang. Irfan juga memilin dan menjepit puting susu Tasya dengan kasar dan menarik-nariknya bergantian.

"Gerakin pantat lo sayang, goyang, bales gerakan gue!" perintah Irfan sambil terus bergerak. Tasya mulai bergerak berusaha mendorong pantatnya naik, membuat penis Irfan masuk makin dalam dan cepat. Tasya makin kesakitan, tapi ia masih bisa menahannya tanpa menjerit lagi, ia mulai terbiasa dengan sakit yang ditimbulkan oleh gesekan penis Irfan dengan dinding liang anusnya. Irfan hanya bertahan selama beberapa menit, ia langsung mengerang, mendengus-dengus dan menyemburkan spermanya. Irfan tidak lagi punya banyak sperma, tapi ia menyemburkan seluruh sisa spermanya ke dalam anus Tasya yang berdarah-darah. Sakit kembali menyerang ketika Irfan menarik penisnya keluar dari anus Tasya. Tasya merasa liang anusnya menutup keras ketika seluruh penis Irfan telah ditarik keluar, ia sangat ingin pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan seluruh sperma yang ada di anusnya.

"Bangun dan jongkok, cepet!" mereka membentak Tasya. Tasya berusaha bangun dan berjongkok, limbung untuk beberapa saat, kakinya tidak bisa digerakan untuk sesaat. Irfan meletakan celana dalam Tasya yang ternoda sperma di bawah pantatnya.

"Keluarin semua, keluarin sperma gue dari pantat lo." Tasya menurut, sambil berjongkok ia berusaha mengejan dan mendengar suara cairan keluar dari anusnya. Tasya terus mengejan berusaha mengeluarkan seluruh cairan itu dari anusnya. Akhirnya setelah selesai, Irfan membersihkan pantat Tasya dengan celana dalam tadi dan mendorongnya hingga tersungkur ke atas kasur lagi. Selama satu jam ini ia telah diperkosa melalui mulut dan disodomi bergantian. Dengan kepala dan tubuh sakit Tasya berbaring, berkata dalam hati akhirnya semua itu telah berakhir, ia hanya berharap mereka akan meninggal dirinya segera. Tapi tiba-tiba Tasya teringat tentang kaset yang terakhir.

"Mana kaset itu, saya mau kaset itu," kata Tasya lirih, sambil mengulurkan tangannya. Mereka berdua mengalihkan pandangannya dari handycam dan tertawa.

"Kaset yang mana Tasya, sori deh, gue boong ama lo. Asal lo tau di sini masih ada tiga kamera lagi yang udah ngerekam waktu gue pake pantat lo tadi." Rasa terkejut melumpuhkan Tasya sama sekali, ia hanya bisa berbaring di atas kasur dan menangis keras-keras.

"Dasar goblok lo Tasya, emangnya kita mau ngelepasin lo begitu aja?" Tasya meronta dan melawan. Irfan sudah ada di atas tubuhnya, berusaha membuka kaki Tasya dengan lututnya, menggigit puting susu Tasya. Akhirnya kaki Tasya berhasil di buka, dan penis Irfan yang tegang mengayun-ayun di depan belahan bibir vaginanya. Irfan menundukan kepalanya berusaha mencium bibir Tasya. Tasya berusaha menghindari bibir Irfan yang mendekatinya, Irfan langsung mengangkat tangannya yang menampar wajah Tasya, berulang kali.

"Cium gue, layanin gue, buka kaki lo, buka pantat lo, lakukan semua yang gue perintah atau gue tampar muka lo sampe lepas," bentak Irfan. Sambil terus menangis Tasya menatap Irfan, menatap wajahnya yang ditutupi stocking mendekati wajahnya, menatap bibir dan liadh Irfan yang terjulur padanya. Irfan langsung melumat bibir Tasya, menjilati lidah Tasya dangen lidahnya, memasukan lidahnya sejauh mungkin dalam mulut Tasya. Sementara itu, penis Irfan juga menggosok-gosok belahan vagina Tasya. Kepala penis Irfan mendorong-dorong hampir masuk ke dalam vagina Tasya, keluar lagi dan mengosoki clitoris Tasya. Penis itu terus berulang kali bergesekan dengan belahan vagina Tasya dan mulai basah. Tasya merintih, merasakan kenikmatan yang timbul. Tasya merasakan kenikmatan dan vaginanya mulai mengeluarkan cairan lagi. Wajah Irfan terangkat, melihat ke deapan dan menganggukan kepalnya, setelah itu ia menundukan kepalanya lagi, diam tak bergerak untuk beberapa saat, kemudian perlahan mulai mendorong penisnya masuk ke vagina Tasya.

"Jangan, jangan perkosa saya, jangan masukan di situ, saya masih perawan, saya mohon, keluarkan, saya mohon, kasihani saya, saya sudah layanin kalian dengan pantat saya, kalian janji akan melepaskan saya, saya mohon lepaskan saya."

Perlahan, penis Irfan mulai masuk senti demi senti, terus masuk hingga kepala penis Irfan bersentuhan dengan selaput dara Tasya.

"Jangan kuatir Tasya sayang, gue cuma mau masukin sampe di sini. Lo bisa rasain punya gue di selaput dara lo kan?" Tasya menganggukan kepalnya.

"Ya, sakit sekali, saya mohon keluarkan itu, keluarkan."

"Tasya, gue pikir enakan kalo lo layanin gue begini aja, gue masukin sampe segini, nggak dalem-dalem, perawan lo nggak bakalan robek, gimana setuju?"

"Ya, ya," erang Tasya. "Tapi jangan masukan lebih dalam lagi, saya mohon."

"Sekarang bilang kalo mau dimasukin Tasya, bilang kalo lo pengen gue masukin pantat lo, bilang lo suka kalo gue keluar di mulut lo, bilang kalo lo pengen gue masuk di pantat lo lagi, bilang lo pengen gue keluar di mulut lo lagi."

"Sa, sa, saya mohon masukin pantat saya lagi dan keluarin di mulut saya," Tasya merintih.

"Bilang kalo lo pengen gue perkosa pelan-pelan, jangan kasar." Perintah Irfan lagi.

"Perkosa saya pelan-pelan, jangan kasar-kasar." Jawab Tasya

Irfan lalu meraih kaki Tasya, mengangkatnya dan meletakan kedua kaki Tasya di bahunya, ditariknya kaki Tasya hingga pantatnya terlihat dari atas. Tangan Irfan kemudian mencari liang anus Tasya, dan ia memasukan jari tengahnya serta mulai bergerak keluar masuk.

"Ohhkkk, oohhh." Tasya mengerang.

"Mana yang lebih enak Tasya, di belakang atau di depan?"

"Di belakang." Jawab Tasya.

"Bilang kalo lo lebih suka pake pantat lo Tasya."

"Saya lebih suka pakai pantat saya." Tasya terus mengerang dan merintih ketika Irfan terus menggerakan sebagian penisnya keluar masuk vagina Tasya dan tangannya bergerak di anus Tasya.

"Bilang kalo lo adalah cewek hiper yang suka kalo mulut dan pantat lo dimasukin barengan Tasya."

"Saya cewek hiper, saya suka sekali pantat dan mulut saya dipakai bersamaan." Tasya mengerang.

Jari di anusnya mulai menimbulkan sensasi baru, Tasya mulai menangis lagi. Setaip kali kepala penis Irfan menyentuh selaput daranya, Tasya tersentak dan menahan nafas. Irfan secara terus menerus masuk hingga menyentuh selaput dara Tasya lalu ditariknya lagi penisnya keluar. Akhirnya Irfan menarik jarinya dari pantat Tasya. Sensasi yang baru saja timbul langsung hilang, Tasya merasa dirinya tiba-tiba kosong.

Sakit kembali menyerang dengan hebat. Tasya menjerit melolong untuk beberapa detik. Irfan mendorong pinggulnya keras-keras, Tasya berteriak kesakitan ketika kepala penis Irfan menerjang maju dan merobek selaput daranya. Seluruh penis Irfan masuk seluruhnya ke vagina Tasya, membuat Tasya merasa seperti sebuah tongkat dimasukan ke dalam kemaluannya itu. Irfan mulai mengerang dan mendengus, dan langsung bergerak memperkosa Tasya dengan kasar. Tasya terbaring menangis tak berdaya, rasa sakit terus mengalir dari vagina dan buah dadanya, ketika tangan Irfan meremas buah dadanya sambil terus memompa keluar masuk di vaginanya. Tasya dapat melihat Andre, orang yang pertama memakai pantatnya sedang merekam temannya yang sedang memperkosa Tasya. Andre mengarahkan kameranya ke penis Irfan yang bergerak keluar masuk lalu mengarah ke atas dan merekam wajah Tasya. Tasya juga melihat empat buah kamera lain di sekelilingnya. Andre lalu meletakan kamera itu ke sebuah tripod mengatur fokusnya kemudian merangkak mendekati kepala Tasya. Tasya melihat penis Andre mendekati mulutnya. Ketika Tasya menggelengkan kepalanya Irfan kembali meremas buah dadanya.

"Kulum temen gue sayang." Tasya tidak berdaya. Irfan berkata itu sembari mendorong penisnya lebih keras dan dalam lagi. Andre kemudian memasukan penisnya, membuat Tasya tersedak ketika penis itu masuk untuk pertama kalinya. Irfan mulai bergerak makin keras, makin cepat dan berusaha masuk lebih dalam lagi. Ia mendorong dan bergerak kasar membuat Tasya menjerit dengan penis Andre di mulutnya. Kemudian Tasya merasakan cairan hangat mengalir dalam vaginanya. Suara cairan menyembur terdengar dari dalam vaginanya. Andre kemudian mengeluarkan penisnya dari mulut Tasya, kemudian menarik rambut Tasya hingga bisa melihat Irfan yang sedang menarik penisnya keluar. Darah dan sperma bercampur menetes di atas kasur, mengalir di pahanya dari vaginanya. Dengan tubuh nyeri dan kepala berkunang-kunang, Tasya duduk terikat erat di atas sebuah kursi. Vagina Tasya masih kesakitan, ia bisa merasakan sperma bercampur darah masih mengalir keluar dari vaginanya mengumpul di atas kursi diantara kedua pahanya. Pantatnya juga nyeri, seakan-akan sesuatu masih dimasukan di dalam anusnya. Mereka berdua telah bergantian memperkosa vaginanya. Tasya telah menuruti semua perintah mereka, karena sadar tidak berguna menolak perintah mereka. Wajah-wajah mereka yang ditutupi oleh stocking terpatri di ingatannya. Ketika selaput dara Tasya telah dirobek, mereka bergantian minta dilayani dengan berbagai posisi, Tasya melayani mereka dengan berbaring di atas kasur, berjongkok di atas penis mereka, dengan doggie style, dan ia juga diperkosa ketika ia berdiri menghadap tembok. Yang terakhir Tasya berjongkok dengan Andre di bawahnya dan memasukan penisnya yang besar ke dalam vagina Tasya, sementara dari belakang Irfan memasukan penisnya ke dalam pantat Tasya. Dan semua itu direkam dalam kaset. Rekaman itu sedang diputar dan telah diedit oleh mereka. Semua jeritan Tasya telah dihilangkan, yang ada sekarang hanya rekaman Tasya sedang mengamati dirinya melalui cermin, melakukan masturbasi, sedang nungging dan melayani dua orang laki-laki bergantian. Yang terdengar hanya suara Tasya sedang berkata, "Masukan di pantat, saya cewek hiper, keluarin di mulut saya." Mereka telah membuat Tasya seperti seorang bintang film porno.

Sambil meremas dan menyakiti buah dada Tasya mereka mengikat Tasya di atas kursi dan menutup mulutnya, menempatkan kemera di tempat tersembunyi, membuka kunci pintu kamar 804 dan menunggu Zaskia yang sedang syuting sinetron diluar.


T A M A T

1 komentar:

  1. SIGIT TERNYATA TEMBUS,AWALNYA SAYA COBA COBA MENELPON DAN SAYA MEMBERITAHUKAN SEMUA KELUHAN SAYA KEPADA MBAH SIGIT,,ALHAMDULILLAH MBAH SIGIT TELAH MEMBERIKAN SAYA SAYA BENAR BENAR TIDAK PERCAYA DAN HAMPIR PINSANG KARNA ANKA YANG DIBERIKAN OLEH MBAH SOLUSI YANG SANGAT TEPAT DAN DIA MEMBERIKAN ANKA YANG BEGITU TEPAT..,MULANYA SAYA RAGU TAPI DENGAN PENUH SEMANGAT ANKA YG DIBERIKAN MBAH SIGIT, ITU SAYA KALI 100 LEMBAR DAN SYUKUR ALHAMDULILLAH BERHASIL,SEKALI LAGI MAKASIH BANYAK YAA MBAH,SAYA TIDAK AKAN LUPA BANTUAN DAN BUDI BAIK MBAH SIGIT,JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA SILAHKAN HUBUNGI MBAH SIGIT DI 085=322=903=889

    BalasHapus