Selasa, 15 Februari 2011

mengantar AMELIA, kakaknya kutangkap…. Adiknya berserah diri

Semenjak Amelia pindah kost aku mengurangi frequensi ML dengan amel, ada perasaan nggak nyaman karena Amel sudah berhubungan dengan seorang pengusaha muda yang aku kenalkan, jangan sampai kehidupannya yang mulai membaik hancur hanya karena ketahuan ML dengan ku.
Meskipun berkurang tapi kontak dan ketemu masih sering dilakukan, entah untuk sebuah show atau hanya sekedar berlatih. Seiring dengan perkembangan beberapa kali Amelia mengajak kakaknya yang bernama Siti datang ke tempat latihan. Beda dengan ketika pertama kali kedatangan Amelia yang nggak terawat, Siti kondisinya kelihatan terawat, walaupun tidak secara keseluruhan. Kadang kalau aku ngajar catwalk Siti sering ikutan berlatih sehingga aku menjadi akrab dengannya. Postur tubuh siti lebih pendek dibanding Amelia, tetapi untuk urusan sex, posturnya lebih yahut. Kemolekan pantat dan dadanya plus wajah yang tidak mengecewakan. Pada pertemuan kedua Siti datang ketempat latihan aku sudah mulai berpikir untuk mencicipi kemolekan Siti, mungkin itu yang membuat terjadinya keakraban secara cepat (karena aku juga ada mau).



“Amel, kamu jaan dulu ama Susi ya… biar Siti ma aku aja, nyusul pake motor” perintahku ke Amel ma Susi setelah selesai latihan. Aku dan Siti berboncengan menyusul keduanya untuk makan malam diluar. Disana kami makan ber empat, kelihatannya Amelia dan susi cukup tanggap, mereka senyam senyum ketika perhatianku lebih banyak ke siti. “Cepetan aja deh dari pada besok besok udah nggak bisa.” Bisik Amelia pas ada kesempatan. Aku ngakak, meskipun nggak tau maksud dari besok besok nggak bisa. Aku baru ngerti arti bisikan Amelia setelah Aku menikmati tubuh Siti bahwa bulan depan Siti mau nikah, itu aja yang ngasih tau juga Amelia.


Pulang dari makan aku meminta Amelia dan susi cari perlengkapan yang akan dipakai show lusa, dan aku janji nganterin Siti. Tentu saja aku nggak langsung anterin, Siti justru aku ajak untuk nonton film di 21.
Pada saat nonton aku gandeng tangannya dan sesekali kutepuk pipinya dengan mesra, siti hanya diam, bahkan mulai santai dengan mendekatkan kepalanya di pundakku.
“Enak ya..” timpalku saat ada adegan ciuman di layar.”pengen ya..” sahut Siti.
Pada waktu siti ngomong, bersamaan dengan aku yang noleh ke dia, sekalian saja aku tangkap bibirnya dengan bibirku. Siti kaget dan menarik kepalanya. “Mas adit bikin kaget aja” katanya, tapi sedetik kemudia Siti yang mulai melumat bibirku yang masih menghadap ke arahnya. Cukup lama ciuman berlangsung, bahkan tanganku sudah menahan kepala siti berikut badanku memutar ke arahnya. Tanganku mulai meraba turun mulai dari leher, belakang telinga, hingga ke dadanya yang masih dibungkus BH dan kaow Polo shirt nya. Aku merasakan kekenyalan toket siti, kuremas remas bergantian kiri dan kanan, dan perlahan mulai kuselipkan jari jariku kedalam kaos dari kancing kaos yang kulepaskan dari lobang kancing.

Maklum saja, karena dalam kondisi duduk dan ada perasaan rikuh dengan kiri kanan jadi aku nggak bisa terlalu banyak gerak. Jadinya jariku nggak bisa masuk untuk merasakan kekenyalannya secara langsung.

Keluar dari nonton, aku pulang kerumah untuk ganti dengan mobil capella 626 tahun 95. bukannya aku anterin pulang, aku langsung mengarahkan mobilku pada sebuah hotel garasi dikotaku. Begitu mobilku masuk, sesorang dengan sigap menutup pintu garasi dan menerima uangku untuk mengatur administrasi chek innya. Herannya Siti nggak komentar sedikitpun, kayaknya dia juga sudah nafsu untuk Bercinta. Siti hanya terlihat heran dengan cara pelayanan hotel tersebut. Tanpa lama lama, aku gandeng Siti menuju kamar yang terletak di atas garasi tersebut.
“Kalau mau minum tuh ambil sendiri di kulkas” kataku sambil menunjuk mini kulkas yang ada di kamar tersebut, Siti bergerak menuju kulkas dan mengambil 2 buah botol yang berisi minuman soda, dan menyodorkan salah satunya kepadaku. Sambil kuterima, kukecup bibirnya, dia membalas kecupanku dengan permainan lidahnya yang kentara sekali bahwa dia sudah expert dalam bercinta. Kutaruh botol yang berisi minuman beserta botol yang ditangan Siti. Kubaringkan tubuhnya di tempat tidur yang cukup luas untuk arena pertarungan dua anak manusia demi sebuah kenikatan dunia.

Kumasukkan tanganku ari bawah kaos yang dikenakan langsung menelusup kedalam BH nya, kurab daging kenyal yang membuat aku gregetan didalam gedung film karena kikuk untuk beraktifits secra menyolok. Sekarng sudah tidak ada lagi mata yang mengawasi, hanya ada kami berdua, tentu saja rasa sungkan sudah tidak ada dalam daftar diotakku.
Begitu kuremas toketnya secara lembut, mulut sitipun mendesah meraskan sensasinya.
Aku mengangkat tubuhku dan membuka kaos yang dikenakan Siti beserta BH yang dikenakan sekaligus, tampak sekarang didepan mata secar nyata bentuk payudara siti yang menantang bulat dengan putting warna coklat, menunggu untuk aku sentuh dan kuremas hingga akhirnya aku mainkan dengan organ mulutku, mulai gigitan kecil, jilatan hingga sedotan sedotan yang membuat Siti menggelinjang dan mendengus keenakan.
Saling bergantian serangan kulakukan antara dada dan bibir, ketika bibirku bermain di bibir Siti, tanganku memainkan perannya di dada, jika bibirku menyerang dada, tangank mulai mengarah pada paha yang masih dibungkus celana kain. Aku nggak memberi kesempatan sedikitpun untuk jeda, seranganku bertubi tubi membuat rintihan keenakan mulai terdengar.

Dengan mengangkat pinggulnya aku mulai melepaskan celana yang melekat di tubuh Siti dan kulanjutkan dengan melepaskan semua pakaian yang kukenakan sehingga siaplah dua manusia untuk mereguk madu kenikmatan. Begitu aku mendekat Siti segera menangkap senjataku yang tegak dan mengocoknya perlahan, ada getaran yang merasuk di aliran darahku ketika tanpa kuminta kepala *****ku sudah berpindah kedalam mulut Siti. Hisapan dan jilatannya sungguh terasa enak sekali, sesuai keyakinanku bahwa Siti sudah terbiasa melakukan peretubuhan. Rasanya menyenangkan sekali dengan posisi duduk diatas dada Siti dengan senjata terkulum dimulutnya, sementara aku hanya menonton sambil merasakan kenikmatan kuluman siti.
Beberapa waktu akhirnya aku memutar badanku, tetap dengan senjata yang terkulum sehingga wajahku sekarng didepan selangkangan milik Siti, kupandangi sejenak bentuk dari paha dengan bulu kalong yang merangsang hingga selangkangan yang ditumbuhi bulu lebat, kekagumanku terhenti ketika Siti menggoyangkan kedua kakinya, menyadarkanku dari pikiran penilaian lukisan 3 dimensi didepan mataku.

Aku mulai menjilati seputar kemaluan Siti, dengan jari jari aku mengorek dalamnya bibir bawah Siti. Dan ketika kursakan bulatan sebesar biji kacang, lidahku mulai menari diatasnya, membuat gerakan gerakan Siti nggak beraturan, sekaligus kocokan mulutnya semakin liar. Hal itu berlangsung cukup lama sampai kurasakan Siti mengejang dan melenguh menikmati getaran hebat dari dalam hingga mencapai ubun ubunnya. Bibir bawah sitipun semakn berlendir bercampur ludahku.
Hanya sekian detik waktu yang kuberikan untuk Siti mengatur nafas, yaitu ketika aku berbalik menghadap wajah siti, dan mendekatkan kepala rudalku dipintu kemaluannya, segera kugesekkan dengan tanganku membuat gairah Siti kembali mengemuka. Dan begitu kurasakan respon Siti mualai muncul kumasukka senjataku kedalam gua yang menjanjikan kenikmatan surgawi. Kukayuh dengan tempo lambat, kembali desahan sudah berkumandang hingga kutambah tempo permainan hingga akhirnya kecepatan penuh. Saat punggungku terasa capek, kuhentikan kayuhanku dan aku berbaring, Siti tanggap dan segera duduk di atas selangkangku dengan kepala dan batang amblas di rahimnya. Maju mundur naik turun berputar kekanan dan kekiri, semua dikombinasikan gerakannya oleh Siti, sehingga membuat aku merem melek dengan suara ku melenguh nikmat. Hal itu berlangsung hingga akhirnya Siti menghujam hujamkan kemaluannya dengan kuat sementara aku mengangkat pnggulku setinggi tingginya saat seluruh karya dan cipta kenikmatan bergetar dari dalam diri.

Siang Hari sepulangsekolah Amelia Meneleponku “ Waduh… kayaknya kemarin kakaku dipipisin juga nihh ?” Sindir Amel, aku ketawa ngakak “Bisa aja kamu Mel. Abisnya aku kepengen, Siti juga lagi horny, ya udah deeh, kejadian.” Sahutku, selanjutnya Amel cerita kalau Siti bulan depan mau Nikah.

Berbeda dengan Siti, adiknya Amelia yang baru kelas 1 SMA (Amelia udah kelas 3) justru datang kerumahku dan meminta kesediaanku untuk mengorbitkan dirinya.
“Nggak gampang Lisa…. Ada proses pengorbanan yang harus kamu terima kalau pengen seperti Amel.” Jelaku ketika permintaannya disampaikan kepadaku.
“Aku ngerti kok mas Amel gimana, aku juga nggak masalah, yang penting aku juga bisa punya kehidupan yang lebih baik dari saat ini.” Lisa sedikit memaksa. “Emang sekarang kamu siap ?” tanayaku lebih meyakinkan. Lisa hanya mengangguk. Dan aku mulai menutup pintu ruangan tempat latihan. “Oke, sekarang kalau kamu emang memaksa, aku pengin lihat dulu bentuk tubuh kamu, biar aku punya gambaran.” Pancingku lebih lanjut. “Caranya ?” “buka aja pakaiamu, biar aku liaha.” Dengan sedikit grogi Lisa mulai membuka pakaiannya, tetapi ketika mau melepaskan hem yang dikenakan Lisa terhenti ragu ragu. “Sekarang pejamkan mata kamu…. Lepas hem kamu. Sekali kamu lakukan seterusnya kamu udah nggak canggung lagi.” Jelasku memberi kekuatan Lisa. Karena aku sendiri mulai penasaran dengan tubuh Lisa. “Selanjutnya buka bawahan kamu. “ Perintahku lebih tegas. “Buka BH dan CD kamu.” Lisa sepertinya sudah kepalang basah, walaupun tetap memejamkan mata. “Nah sekarang buka mata kamu, rasakan dan kendalikan perasaan kamu, maka Lisa akan menjadi terbiasa.” Lisa sudah nggak bisa lagi mundur, dia berdiri tegak dengan pandangan kearahku. Sementara aku hanya memperhatikan dengan seksama seperti orang yang mau membeli sebuah barang meneliti dari depan dan belakang. Aku mulai merasakan adikku berdiri tegak. Tubuhnya Lisa tidak sesintal Amelia atau Siti, badannya terlihat lebih kurus dengan tetek yang nggak begitu besar, pangkal paha yang ditumbuhi rambut jarang jarang, tapi keinginanku untuk merasakan kemaluan Lisa sudah mantap.

Perlahan aku mendekati Lisa, tubuh Lisa sedikit bergoyang menahan rasa cemas menunggu apa yang akan aku lakukan. Ketika sudah berhadapan, aku mulai menyentuh putting Lisa yang merah kecoklatan dengan kulit kuning langsat. Untuk kulit memang lebih bagus kulit Lisa dinading Amelia at au siti. Bergitu aku menyentuh putingnya terlihat mataku tangan Lisa merinding,bulu yang ad ditangannya berdiri semua. Aku tersenyum. Kumainkan sedikit kedua putingnya bergantian dan Lisa menggelinjang. Kutinggalkan putingnya dan berjalan kebelakang tubuh Lisa, pantat lisa nggak begitu gede. Bentuk tubuh yang cocok sebenarnya untuk capstok hidup atau model. Kusentuh punggungnya, kuraba lembut turun kebawa hingga kusentuh kedua pantat mungilnya, dan kemabali aku kedepan masih dengan meraba lembut seluruh bagian tubuhnya, Lisa menggigit bibir bawahnya, dan ketika rabaanku menyentuh di sekitar pangkal pahanya, aku tahu kalau kemaluannya sudah mulai basah. Lisa hanya berdiri tegak, sesekali tubuhnya bergoyang, kepalanya mendongak menahan birahi yang mulai menyerangnya.
Akhirnya kupegang dagunya, dan pean pelan kudaratkan bibirku melumat bibir miliki Lisa. Mata Lisa terpejam merasakan kuluman bibirku di bibirnya. Taganku mulai meremas payudara Lisa. Awalnya Lisa hanya berdiri tegak tanpa gerak hingga akhirnya tangannya menggantung dileherku, dan kurasakan tubuhnya mulai melemas santai menikmati cumbuanku.

Aku mulai menarik Lisa untuk menempati sofa sudut yang ada diruangan itu, dengan cumbuan di bibir dan dadanya Lisa menggelinjang danmulai mendesah merasakan kenikmata getaran getaran birahi.
Kuletakkan dia berbaring dengan kepala tergeletak di pinggir sofa tempat tangan, sementara kakinya aku angkat dan kubuka lebar, sehingga bentuk kemaluannya menganga dan terkuak. Dan aku mulai mencumbu daerah selangkangan yang telah kubuka, kujilati clitorisnya sampai Lisa melonjak lonjak kegelian dengan suara erangan yang menambah gairah ku untuk terus mengerjai tubuh Lisa. Hingga akhirnya Lisa teriak “Mmmaaasss… aaakuuu pppipiiissss.” Aku merasakan semprotan cairan Lisa memenuhi rongga kemaluannya.
Kulepas celanaku dan kuminta sekaligus aku ajari Lisa untuk mengulum punyaku, mulanya canggung dansedikit jijik, tapi karena tdi aku sudah memberikan cntoh menjilati memeknya, Lisa melakukan juga apa yang aku minta, dan mulailah aku menyaksikan tontonan melebihi BF. Bukan hanya melihat tapi mersakan kenikmatan apa yang aku lihat. Karena fantasiku yang berkembang demikian liar justru membuat aku cepat mendapatkan orgasme. Cairan putih kental membanjiri mulut Lisa, karena pada saat aku mengejang aku tahan kepala Lisa nempel diselangkangku. Sehingga mau tidak mau cairanku muncrat didalam mulutnya. “Ditelan Lis… biar jadi jamu penambah kecantikan.” Kataku asal.

Selesai aku menggapai kenikmatan, Lisa aku sandarkan disofa dan mulai kugosok gosokkan kepala nuklirku ke daerah liang kewanitaannya. Perlahan aku masukkan centi demi centi untuk menurangi rasa sakit Lisa. Lisa rupanya sudah bulat, dia menahan rasa sakit agar tujuannya tercapai, hingga ketika hentakan pinggulku membobol pertahanan Lisa, dia sempat mengaduh keras, kemudia mengambil nafas menghilangkan rasa sakit. Setelaha kulihat ada senyum di bibir Lisa, aku mulai mengayuh lamabat lambat, ketika cairan pelumas Lisa sudah banyak dan gerakanku mulai sedikit leluasa aku mulai menambah kecepatan menjadi rata rata sambil kuremas remas putting Lisa. Kayuhanku bertambah cepa hingga kali ini didahului oleh Lisa yang mencengkeram kuat sofa yang didudukinya, tak berapa lama aku menarik punyaku dan menyemprotkan cairan kenikmatanku di dada Lisa.

Hingga hari ini Amelia nggak pernah tahu kalau Lisa kehilangan perawan bersamaku, dia hanya merasa bahwa Aku pasti pernah menikmati Lisa.
Lisa sendiri berkembang dengan pesat berkat semangatnya, bahkan sekarang dia ada di Jakarta sebagai salah satu model yan berkiprah disana, karena perkembangan posturnya memenuhi kualitasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar